Judul : Jantung kita yang ajaib
Kisah perjalanan hidup sepasang insan yang kehilangan keluarganya. Sang pria memiliki jantung lemah, sementara sang wanita mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawa nya di tambah dia tidak memiliki kaki sejak lahir.
Keduanya menjalani operasi transplantasi jantung. Pendonor jantung mereka adalah sepasang suami istri yang misterius dan meninggalkan memori penyesalan suami istri itu di dalam nya, jantung mereka mendorong mereka untuk mencari satu sama lain kemudian menyatukan mereka.
Inilah kisah perjuangan dua insan yang menjadi yatim piatu karena keadaan, mereka hanya saling memiliki satu sama lain dan keajaiban jantung mereka yang terus menolong hidup mereka melewati suka dan duka bersama sama. Baik di dunia nyata maupun di dunia lain
Remake total dari karya teman saya code name the heart
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7
Beberapa hari kemudian, di kamar isolasi rawat inap, “uh,” Elsa membuka matanya, dia menatap langit langit, tapi tiba tiba “ngiiing,” telinganya mendengar suara bising banyak orang bercakap cakap walau di dalam ruangan tidak ada orang sama sekali, Elsa mengangkat tangannya dan menutup telinganya, namun suara bising itu tidak menghilang,
“Ke..kenapa ini....aaaaaaaaah,”
Elsa berteriak sambil menutup telinganya, “sreeg,” pintu di geser, seorang nenek berdiri di balik pintu, dia melihat Elsa yang terduduk di ranjangnya sambil menunduk menutup kedua telinganya dan menangis, dia langsung berlari dan memeluk Elsa,
“Sussh...tidak apa apa Elsa, nenek di sini,” ujar sang nenek.
“Ne..nenek, telinga ku sakit...nek, tolong nek.....aaaaaah,” teriak Elsa sekali lagi.
Sang nenek yang panik menekan tombol untuk memanggil perawat dan dokter di dekat ranjang kemudian dia kembali memeluk Elsa. Tak lama kemudian dokter dan para perawat berlarian masuk ke dalam kamar, mereka mencoba menenangkan Elsa dan berbicara padanya, namun suara mereka malah semakin menyakiti Elsa sehingga Elsa berontak seperti seseorang yang sedang kesurupan.
Akhirnya dokter Kelvin mengambil alat suntik dan memberi Elsa obat penenang, Elsa pun kembali tenang dan tertidur, kemudian dokter Kelvin memeriksa tubuhnya dan memeriksa jantungnya,
“Dia tidak apa apa kan dok ?” tanya nenek.
“Tidak apa apa, aku tidak tahu apa yang menyebabkan dia histeris, apa nenek sudah cerita mengenai kedua orang tuanya ?” tanya dokter Kelvin.
“Belum dok, aku masuk karena mendengar dia berteriak,” jawab nenek.
“Ok, walau kecocokan jantungnya mencapai angka 80% tapi jangan katakan dulu berita dukanya agar tidak membebani pikiran dan jantungnya, aku mohon nenek mengerti, demi kebaikan dia,” ujar dokter Kelvin.
“Aku mengerti dok, terima kasih,” balas nenek yang mulai menitikkan air mata.
“Terima kasih nek, saya akan cari tahu apa sebab kenapa dia bisa histeris seperti ini,” ujar dokter Kelvin.
Setelah memastikan keadaan Elsa baik baik saja, Kelvin dan para perawat meninggalkan kamar, membiarkan nenek duduk di sebelah Elsa yang tertidur kembali sambil memegang tangannya sambil menangis. Beberapa jam kemudian, Elsa membuka matanya, dia menoleh melihat sang nenek tertidur di sisi ranjangnya,
“Nek,” tegur Elsa.
Tapi sang nenek tidak bangun dan tidak bergerak sama sekali, tangan Elsa terjulur dan memegang pundak neneknya,
“Nek, bangun nek,” ujar Elsa sekali lagi.
Sang nenek tetap tidak bangun, Elsa mulai khawatir, dia terus menggoyang goyangkan tubuh sang nenek,
“Nek...nek...nek,” ujar Elsa dengan suara sedikit kencang.
Elsa mencoba memegang tangannya, ternyata tangan sang nenek sudah dingin, dia langsung meletakkan jari ke hidung sang nenek dan ternyata sang nenek sudah tidak bernafas, air mata Elsa mulai berlinang, dia menggoyangkan tubuh nenek nya dengan penuh semangat,
“Nek...bangun nek....bangun nek.....nenek.....nenek,” teriak Elsa.
Seorang perawat yang mendengar teriakan Elsa, langsung masuk kemudian melihat Elsa yang sedang menggoyangkan neneknya dengan penuh semangat dan berlinangan air mata. Sang perawat langsung memeriksa kondisi sang nenek dan terkejut, dia langsung menghentikan Elsa dan menggelengkan kepalanya, kemudian Elsa memeluk sang perawat dan menangis meraung raung di pelukan sang perawat.
Dokter jaga datang karena di panggil perawat dengan menekan tombol dan langsung memeriksa sang nenek, hasil diagnosa sang dokter rupanya sang nenek terlalu lelah di tambah kondisi mentalnya yang stress, akhirnya dia menghembuskan nafas terakhirnya di sebelah cucu kesayangannya. Elsa semakin menangis, dia memukuli dirinya sendiri karena menyesal membuat neneknya khawatir dan menungguinya selama ini.
Setelah Elsa sudah tenang kembali, Kelvin menemuinya di kamarnya, dia mengucapkan bela sungkawa yang sedalam dalamnya kepada Elsa yang termenung. Elsa bisa mendengar detak jantung Kelvin yang tulus mengatakan bela sungkawa kepada dirinya, kemudian dia langsung bertanya,
“Dok, papa dan mama saya bagaimana ?” tanya Elsa.
Kelvin yang mendengar pertanyaan Elsa langsung diam seribu bahasa, namun Elsa tahu karena detak jantung Kelvin meningkat tanda dia menyembunyikan sesuatu,
“Tolong dok, katakan pada ku,” ujar Elsa.
“Baiklah, aku minta kamu tabah ya, aku akan katakan (menghela nafas) papa dan mama mu tidak selamat dalam kecelakaan yang menimpa kalian, mereka sudah berpulang,” ujar Kelvin.
Elsa tidak menjawab, dia menunduk, kedua tangannya meremas selimut yang menyelimuti pinggangnya, air matanya mengalir tapi dia berusaha tegar, dia menoleh melihat Kelvin, mulutnya yang bergetar, memaksakan tersenyum,
“Berarti...sekarang aku tinggal sendirian ya dok hehe,” ujar Elsa tersenyum dengan air mata bercucuran.
Kelvin tidak bisa menjawab, dia menjulurkan tangannya dan memegang tangan Elsa untuk mendukung Elsa yang mencoba sebisa mungkin untuk tegar. Elsa menunduk dan menangis,
“Saya turut berduka cita,” ujar Kelvin lirih.
“Terima kasih dok,” balas Elsa sambil menangis.
******
Beberapa hari kemudian, setelah selesai memakamkan neneknya di pemakaman milik rumah sakit, Elsa duduk di atas kursi rodanya di taman sambil termenung dan sendirian, tiba tiba ada seorang gadis yang kira kira baru berusia 12 tahun menghampirinya,
“Halo kakak ?” tanya gadis itu sambil menatap wajahnya.
“Halo,” jawab Elsa.
“Kakak ngerti apa yang aku katakan ?” tanya sang gadis.
Elsa tidak menjawab, tapi dia mengangguk sambil menoleh melihat sang gadis yang berdiri di sebelahnya. Wajah sang gadis langsung ceria,
“Kakak orang indonesia ya ?” tanya sang gadis.
“Iya, kamu juga kan,” jawab Elsa.
“Hehe iya, kakak lagi berobat di sini ?” tanya sang gadis.
“Iya, kalau kamu ?” tanya Elsa.
“Aku lagi menjenguk kakak ku di sini, aku kesini sama papa dan mama, kita menginap di sini selama dua hari, kakak namanya siapa ?” tanya sang gadis kecil.
“Namaku Elsa, kalau kamu ?” tanya Elsa.
“Aku Lia, salam kenal ya kak,” jawab Lia.
“Iya, salam kenal Lia, kakak mu sakit apa ?” tanya Elsa.
“Dia sakit jantung kak, dia ga pernah keluar rumah dan selalu di dalam rumah, sekalinya keluar cuman ke rumah sakit,” jawab Lia.
“Kamu sayang kakak mu ya ?” tanya Elsa.
“Iya dong, sangat sayang hehe, kalo kakak sakit apa ?” jawab Lia sekaligus bertanya balik.
“Oh ini,” ujar Elsa sambil memperlihatkan jahitan di dadanya.
“Itu sakit apa kak ?” tanya Lia yang tidak mengerti.
“Sama sepeti kakak mu, jantung juga,” jawab Elsa.
“Wah sama ya,” ujar Lia sambil mengamati jahitan di dada Elsa.
“Liaaa,”
Terdengar teriakan dari kejauhan, Lia dan Elsa menoleh, mereka melihat sepasang suami istri melambaikan tangan kepada mereka dari kejauhan,
“Papa mama kamu ya ?” tanya Elsa.
“Iya, aku kesana dulu ya, nanti kalau sudah sembuh kita main main ya kak,” ujar Lia riang.
“Iya, kalau kesini lagi jenguk kakak juga ya,” balas Elsa.
“Sip, pasti kak, dah dulu ya kak,” balas Lia.
“Iya sana,” balas Elsa.
Lia berbalik dan berlari menghampiri ayah dan ibunya yang memanggilnya, Elsa tersenyum, dia menatap Lia yang bergandengan tangan dengan ayahnya dari kejauhan,
“Enak ya punya keluarga hehe, tapi kok dia ga tanya soal kaki ku ya, biasanya yang pertama di tanya kaki ku kan, walau anak kecil, namanya Lia ya, dia tulus banget,” ujar Elsa dalam hati.
Elsa terus menatap Lia yang semakin lama semakin jauh dari pandangannya, tapi dia masih mendengar percakapan Lia dan ayahnya,
“Papa, tadi ada kakak yang sakit jantung juga, sama kayak kakak ku,” ujar Lia.
“Oh ya, yang barusan kamu ajak ngobrol ?” tanya sang ayah.
“Iya pa, bener, namanya kak Elsa,” jawab Lia.
“Oh Elsa ya,” balas sang ayah.
“Yang di kursi roda itu bukan ?” tanya sang ibu sambil menoleh ke samping.
“Iya benar ma, nanti kalau kesini lagi, boleh ya Lia temenin dia, kayaknya dia kesepian,” jawab Lia.
“Iya boleh, tapi jangan lupa juga jenguk kakak mu,” balas sang ibu.
“Iya ma, ngerti,” balas Lia dengan riang.
Mendengar percakapan Lia dengan kedua orang tuanya, Elsa menutup mulutnya dengan tangan, air matanya bercucuran deras dan dia menunduk agar tidak ada orang yang melihat dirinya menangis.
“Kakaknya di sini kan, semoga Lia kesini lagi,” ujar Elsa dalam hati.
Setelah itu, selama dua hari Lia terus mengunjungi Elsa di taman sampai dia pulang kembali ke jakarta. Pertemuan nya dengan Lia membuat Elsa sedikit memiliki harapan untuk terus hidup hanya demi bertemu lagi dengan nya.