NovelToon NovelToon
Silhoute Of Love

Silhoute Of Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir / Kutukan
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: d06

**Prolog**

Di bawah langit yang kelabu, sebuah kerajaan berdiri megah dengan istana yang menjulang di tengahnya. Kilian, pangeran kedua yang lahir dengan kutukan di wajahnya, adalah sosok yang menjadi bisik-bisik di balik tirai-tirai istana. Wajahnya yang tertutup oleh topeng tidak hanya menyembunyikan luka fisik, tetapi juga perasaan yang terkunci di dalam hatinya—sebuah hati yang rapuh, terbungkus oleh dinginnya dinding kebencian dan kesepian.

Di sisi lain, ada Rosalin, seorang wanita yang tidak berasal dari dunia ini. Takdir membawanya ke kehidupan istana, menggantikan sosok Rosalin yang asli. Ia menikah dengan Kilian, seorang pria yang wajahnya mengingatkannya pada masa lalunya yang penuh luka dan pengkhianatan. Namun, di balik ketakutannya, Rosalin menemukan dirinya perlahan-lahan tertarik pada pangeran yang memikul beban dunia di pundaknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon d06, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 11

Merasa sedikit tersudut, Rosalin memberi William senyum tipis sebelum perlahan melangkah menjauh, mencari udara segar di tepi balkon aula. Dari sudut matanya, ia melihat Kilian yang masih asyik dalam percakapan dengan Elena, tatapannya yang dalam kepada wanita itu sama sekali tak teralihkan.

Tanpa sadar airmata perlahan mengalir dari sudut matanya, dengan kasar Rosalin mengusap air matanya

‘kenapa aku selalu bodoh?, kenapa rasa ini masih ada? Kenapa aku selalu menangis dengan hal yang sama berulang kali? Kenapa harus aku?

‘baik dulu maupun sekarang tidak ada yang berubah dari kita, aku tetap mencintaimu dan kamu tetap mencintai wanita lain’

Kenapa, kenapa dan kenapa yang terbersit di benaknya, untuk apa Rosalin menangisi hal yang sepele seperti ini dia tidak pantas untuk hal ini.

Rosalin pergi dari tempat itu dan memutuskan mencari teman, daripada waktunya terbuang sia-sia lebih baik dia menambah relasi agar Rosalin lebih banyak tahu tentang tempat ini

Saat matanya menerawang sekeliling pandangan Rosalin tertuju kepada seorang laki-laki berambut hitam dia tidak terlalu tinggi tapi Rosalin yakin dia lebih tinggi darinya dibandingkan dengan Kilian pria itu memiliki postur wajah yang manis

Sepertinya dia akan menjadi sasaran yang mudah untuk di dekati, dilihat dari tingkah lakunya dia hanya diam sendirian dan sibuk dengan bukunya. Rosalin mendekat sedikit ragu untuk menyapa terlebih dahulu, tapi dia tetap mencobanya

“halo?”

Satu kali percobaan

“Permisi?”

Dua kali

“Maaf mengganggu waktunya”

Dan ketiga kalinya tetap sama, tidak ada respon ataupun jawaban dari sang empu

Awalnya Rosalin berpikir orang ini tidak suka kepadanya atau tidak mau di ganggu sama sekali, saat Rosalin memutuskan untuk pergi dia merasakan tepukan kecil dipundaknya

Rosalin menatap pria itu dengan pandangan ingin tahu. Gerakan tangannya barusan terasa asing namun familiar, seolah membawa ingatan samar yang pernah ia pelajari. ‘bahasa isyarat?... apakah dia tidak bisa berbicara?’ pikirnya sambil mencoba membaca gerakan tangan yang pria itu buat. Meski tak terbiasa, Rosalin memutuskan untuk mengikuti isyarat itu dengan cara sehalus mungkin.

Dia mencoba tersenyum, lalu membalas dengan gerakan tangan sederhana yang artinya “Halo,” berharap pria itu mengerti maksudnya. Pria itu tampak sedikit terkejut, namun anggukan dan senyum kecilnya memberi Rosalin kepastian bahwa dia berhasil menebak benar.

Tak ingin pria itu merasa canggung, Rosalin melanjutkan dengan mencoba berkomunikasi lewat isyarat sederhana dan sesekali kata-kata singkat. Lambat laun, ia merasa bahwa keheningan yang menyertai percakapan ini justru membuat mereka berdua merasa nyaman. Dalam kesunyian yang lembut, mereka bisa saling memahami tanpa terganggu oleh hiruk-pikuk pesta di sekitar.

Pria itu kemudian mengisyaratkan namanya, “Riel”. Rosalin mengulangi namanya dengan isyarat, memastikan dia mengingatnya dengan benar. Riel mengangguk lagi, tampak senang. Di balik sikap pendiamnya, Rosalin bisa merasakan aura tenang yang menenangkan hatinya, seolah kehadirannya adalah pelipur di malam penuh kekhawatiran ini.

“Aku Rosalin,” ujarnya lembut sambil menunjuk dirinya sendiri. Ia tersenyum, merasa perkenalan ini adalah awal dari sebuah persahabatan yang mungkin saja bisa mengalihkan pikirannya

Riel kembali menggerakkan tangannya dengan gerakan yang halus dan penuh rasa ingin tahu, "Kalau tidak salah, Anda adalah istri Kilian, bukan?"

Dengan senyum lembut, Rosalin membalas menggunakan bahasa isyarat, "Benar, saya istrinya. Apakah Anda dekat dengan suami saya?"

Riel tersenyum tipis. "Saya temannya," jawabnya singkat.

Rosalin mengangguk pelan. "Benarkah? Tapi saya jarang melihat Anda."

“Memang. Saya sering bekerja di luar kota, jadi jarang berada di sini,” balas Riel.

Rosalin mengangguk, seolah menemukan jawabannya. "Jadi begitu, pantas saja Anda terlihat asing."

Riel menatap Rosalin dengan tatapan penuh rasa ingin tahu, "Bagaimana bisa Anda pintar menggunakan bahasa isyarat?"

Rosalin tersenyum tipis dan berkata, *Saya hanya mengerti sedikit, seorang teman saya yang mengajarkannya."

Itu kebohongan. Kenyataannya, Rosalin memahami bahasa isyarat karena dulu dia sering pergi ke tempat-tempat yang membantu orang-orang dengan kekurangan. Melihat ketegaran mereka membuat Rosalin merasa lebih kuat, menyadarkannya bahwa ada ujian hidup yang jauh lebih berat dibandingkan dirinya.

Sejenak, Riel menatap Rosalin seolah bisa merasakan ada lebih dari sekadar "teman" yang mengajarkannya. Dia tersenyum, tatapannya menyampaikan rasa hormat dan penghargaan.

"Kilian beruntung memiliki istri sepertimu,"kata Riel dalam bahasa isyarat. Tatapan itu begitu dalam dan tulus, membuat Rosalin merasa seolah dipahami secara lebih dalam.

Namun, di sudut ruangan, seseorang memperhatikan mereka. Wanita itu berbisik kepada Kilian yang berdiri tak jauh dari sana, "Sepertinya istrimu tidak puas dengan satu laki-laki. Setelah mendekati adikmu, kini dia mendekati temanmu."

Mendengar kata-kata itu, Kilian merasa panas dan amarahnya muncul. Tanpa pikir panjang, dia melangkah mendekat dan menarik pergelangan tangan Rosalin dengan kasar.

Terkejut dengan perlakuan Kilian, Rosalin menghempaskan tangannya yang dicengkeram kuat. Tatapannya memancarkan kemarahan dan kekecewaan.

"Ada apa?!"tanya Rosalin dengan nada tegas.

Kilian membalas dengan dingin, *l"Jaga batasanmu. Bergabunglah dengan wanita lain, bukan dengan pria."

Rosalin tersentak, namun dengan cepat membalas, "Kenapa tidak boleh? Itu hakku. Kau sendiri sering berbincang santai dengan wanita lain. Apa aku pernah marah dan melarangmu?"

Tatapan Kilian mengeras, namun dia tidak bisa menjawab. Tanpa menunggu tanggapan darinya, Rosalin berbalik dan meninggalkannya yang masih terdiam di tempat. Ada perasaan terluka dan kecewa dalam hatinya—kecewa karena Kilian begitu mudah dipengaruhi oleh ucapan orang lain dan tak mempercayainya.

Di balik langkah mantapnya, Rosalin menahan luka yang dirasakannya, namun tekadnya semakin kuat. Dia tahu, jika Kilian terus menutup hatinya dan menilai tanpa mengenal lebih dalam, maka dia harus bertahan dan membuktikan bahwa dirinya layak dihargai, bukan dihakimi.

Dengan tatapan tajam yang penuh teguran, Riel menggerakkan tangannya dengan cepat di hadapan Kilian.

*"Ada apa denganmu?! Seharusnya kau tidak memarahinya. Dia hanya mengobrol denganku, bukan dengan pria asing. Apa kau tidak menganggapku sebagai teman? Kau malah mencurigaiku dengan Rosalin? Pikirkan perbuatanmu, Kilian. Minta maaflah padanya."*

Tanpa menunggu jawaban, Riel berbalik dan pergi meninggalkan Kilian sendirian, meninggalkan atmosfer yang terasa berat di antara mereka.

Kilian terdiam, kata-kata Riel berputar di pikirannya. Ada rasa sesal yang mulai merayap, menghancurkan amarah yang sebelumnya menguasainya. Kilian tahu, tak biasanya ia tersulut emosi hanya karena bisikan orang lain. Selama ini, ia selalu berhasil menjaga jarak dan tidak terpancing. Namun kali ini, amarahnya meledak tanpa kendali. Tapi kenapa?

Saat memikirkan wajah Rosalin yang terluka karena ucapannya, hati Kilian terasa perih. Di sisi lain, perasaan asing itu mengganggunya—cemburu yang tidak ingin diakuinya. Mungkinkah dia sebenarnya takut kehilangan perhatian Rosalin? Kilian menggeleng, mencoba menolak pikiran itu, namun sesal tetap terasa dalam hatinya.

JANGAN LUPA DUKUNGANNYA YOROBUNNN

1
CaH KangKung,
🥀
CaH KangKung,
lanjut
CaH KangKung,
nyimak dan...menarik
CaH KangKung,
👣👣
aywae
semangat thor
menurut saya ceritanya cukup seru untuk genre romantis dan misteri

semoga ceritanya sering update
Tomoko Kuroki
Hati gw kayak dikasih energi setelah baca cerita ini. Terima kasih!
dea febriani: sama sama, makasih juga udah mau mampir🙏
total 1 replies
Yoh Asakura
Jangan biarkan reader terlalu lama menanti, cepat update ya thor!
dea febriani: udah di baca belum eps terbaru nya?
total 1 replies
vee
Aku senang sekali ketika membaca cerita ini, semua masalah di kehidupan sehari-hari terasa jauh seketika.
dea febriani: seneng dengernya, tetap semangat👍💪
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!