"Kaiden?"
Savira Azalea biasa dipanggil Zea, umurnya 21 tahun lebih berapa bulan. memilih merantau ke kota demi meninggalkan keluarga toxic nya, Zea justru bertemu kembali dengan mantan pacarnya Kaiden, sialnya Kaiden adalah anak dari majikan tempat Zea bekerja.
"Zea, kamu mau kan balikan lagi sama aku?"
"enggak Kai, aku gak bisa kita udah berbeda"
"enggak Ze, enggak!. kamu tetep Zea-nya Kaiden. gadis yang aku cintai sedari dulu. kamu dan hadirnya berarti dalam hirup aku Ze"
"kisah kita memang indah, tapi tidak untuk diulang"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nsalzmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 LATIHAN PACARAN
Hari berlalu begitu saja, tanggal di kalender juga berubah dari warna merah menjadi warna hitam. Semua anggota keluarga Maverick tidak ada dirumah kecuali Zea, pak kebun, dan pak Hadi Cahyono Kumolonimbus si satpam yang katanya sedikit budek.
Sementara Oma Atma, kemarin malam sudah pulang ke Bogor, ada urusan katanya.
Semua kerjaan telah selesai Zea kerjakan, kini ia sudah mandi dan tengah berbaring santai di dalam kamarnya.
"Zea, aku masih mencintaimu. Dan itu akan terus, bahkan bila aku tak bersamamu lagi, namamu akan terus abadi dalam hidupku."
Zea membaca tulisan kecil yang tertulis dibalik foto dirinya dan Kaiden. huh... Zea sadar ia masih begitu mencintai Kaiden. Tapi, siapa lah Zea ini?. Zea cuma gadis biasa dari desa. Gak nyangka juga 7 tahun lamanya gak ketemu, dipertemukan di tempat Zea mengais rezeki.
Tes,,, air mata Zea menetes begitu saja. Apakah Kaiden akan serius untuk memperjuangkan nya? Bukankah kekasihnya yang bernama Nesha itu juga sosok gadis yang sempurna?
Wajah, fisik boleh diadu karena Zea juga cantik. Tapi Harta?
Zea tak mau bersaing, udah pasti gak akan menang. Pangkat dan harta seseorang itu akan membuat mata orang lain berpandangan berbeda. Iya kan?
Drttt...Drttt....
Ponsel yang tergeletak di kasur samping duduk Zea bergetar lama, menandakan ada panggilan masuk. Tertera nama 'mas Vandra' dilayar. Karena hanya kontak Estiana dan Vandra saja yang Zea punya.
Zea menghapus air matanya, ia bergerak untuk mengangkat telepon.
"Halo Mas?"
"Ze? Kerjaan kamu sudah selesai belum?" ucap Vandra dari seberang telepon sama
"Udah selesai sih mas, emangnya ken-"
"Oke, saja jemput kamu."
Panggilan terputus begitu saja, "Mas Vandra mau ngapain jemput aku?" beonya.
Tok
Tok
Pintu kamarnya yang terkunci diketuk dari luar, Zea merapikan bajunya terlebih dahulu sebelum membuka, "Loh Mas Vandra?"
Vandra menatap dengan senyum manisnya, ah dia tampan sekali dimata Zea saat ini, ah tidakk! Memang tuan mudanya ini selalu tampan setiap hari. Kadang juga Zea heran, orang setampan ini masih betah sendiri.
"Ze, saya mau minta tolong sama kamu, bisa?" tanya Vandra hati-hati
Kedua alis Zea mengerut, "Boleh mas, emang mau minta tolong apa?"
Vandra terlihat menghela nafas, "Hari ini teman dekat saya menikah, saya mau minta tolong kamu buat jadi partner saya di acara itu."
Zea kaget, ia tersenyum tipis. "Kenapa harus saya mas, kerjaan saya masih ada yang belum selesai."
Vandra terlihat menatap dengan wajah juteknya, "Yang bilang ke saya udah selesai tadi kamu kan, udah ayok ikut!" Vandra berjalan pelan sambil menarik tangan Zea
"Tapi mas s- saya gak punya baju yang bagus buat nemenin mas." cicit Zea disela langkah pelan Vandra.
Langkah kaki Vandra terhenti, ia menarik nafas dalam sebelum berbalik dan menyentuh pundak Zea, "Saya minta tolong, jangan berisik. Masalah baju atau apapun itu sudah saya siapkan."
Zea sedikit mundur saat tatapan mata Vandra begitu dalam dan intens, Zea takut terbawa suasana, ia memutuskan kontak mata dan mengangguk.
"Good girl" ucap Vandra mencoel hidung Zea.
Mereka berdua berjalan beriringan, Zea bahkan sama sekali tidak bersiap, karena Zea merasa dirinya sudah mandi, sudah wangi, sudah cantik. Yang belum cuman satu, liat burung perkutut nya pak Vincent. Eh tapi Kaiden juga belum sih, hehe.
"Saya kan sudah mau mas, ngapain masih mau gandeng tangan saya!" protes Zea karena berulang kali Vandra mencoba menggandeng tangannya.
Vandra berbisik pelan, "Latihan Ze."
"Latihan apa?"
"Latihan pacaran." Jawab Vandra asal dan langsung menggandeng tangan Zea.
Pfftt!
Di turunan anak tangga sana Vara dan Kaiden menahan tawa saat mendengar gombalan Vandra. "Aciee... Mau kemana Lo kak, Sampek gandengan tangan." ucap Vara menunjuk tangan Vandra yang menggenggam tangan Zea.
Seketika Zea melepaskan tangannya. Sedikit bingung juga kenapa Vara dan Kaiden ada dirumah, sementara sedari tadi Zea tidak tahu keberadaannya. 'Aku nangis dikamar lama apa yah, kok non Vara sudah pulang sekolah' batin Zea
Kaiden menatap wajah mantan pacarnya yang menegang, bisa Kaiden lihat dari manik mata Zea yang sedang merasa tidak enak padanya.
"Ayo Ze!" ajak Vandra berjalan mendahului
"Permisi Mas, non." ucap Zea pamit dari hadapan Vara dan Kaiden.
***
Dua puluh menit mobil Alphard hitam melambat, tujuannya gak langsung ke lokasi pesta, tapi menuju ke butik ternama yang ada dikota. Selama perjalanan Zea dan Vandra saling diam.
"Tuan, mbak sudah sampai." ucap pak Mudin si supir.
Vandra dan Zea keluar bersamaan.
"Langsung balik ke kantor aja pak." perintah Vandra yang langsung diangguki pak Mudin.
Setelah pak Mudin pergi, dan menghilang terbawa arus, Vandra berbalik menatap Zea dari atas sampai bawah.
Zea yang melihat langsung menyilangkan kedua tangannya didepan dada. "Apasih mas! Ngeliatin nya gitu banget!" omel Zea dengan wajah judesnya
"Cih... Siapa juga yang liatin kamu!"
"Jadi liatin siapa? Jelas-jelas saya yang ada didepan mas!"
Vandra maju dan memutar kepala Zea menghadap kebelakang, "Noh... Ada cewek cantik banget tadi dibelakang Lo. Beuhh.... Sexi!" papar Vandra yang langsung membuat Zea menunduk malu.
Dibelakang Zea sini ada seorang wanita cantik yang bersandar di kap mesin mobil, terlihat sedang menelpon. Bukan hanya cantik tapi juga sexi, ia mengenakan dress berwarna hitam bertali spaghetti, dengan belahan pinggir yang membuat paha putih mulus itu sedikit terekspos.
'Mas Vandra kayaknya bohong deh, aku yakin tadi dia liatin aku' batin Zea merasa tak suka karena Vandra memuji perempuan lain. Eh?
"Dah, ayo masuk!" ajak Vandra menarik tangan Zea.
Zea mengikuti langkah lebar Vandra, tapi sedikit heran saat berjalan disamping wanita yang dikatakan cantik dan sexi itu Vandra tak lagi menoleh. Sedikit heran tapi memang Vandra orangnya cuek.
"Dandan yang cantik ya Ze." pinta Vandra mengelus puncak kepala Zea.
Nyutt...
Perlakuan manis yang tidak bisa diterima semesta, tapi bisa Zea terima, meski membuat barang dalam dada sana berdenyut. Ingin ia menjerit minta tolong pada Damkar atau kalau boleh BMKG juga berhak tau tentang kondisi jantung Zea yang berdetak cepat tak beraturan ini.
'Gak usah baper Ze, dia sama aja, sama Kaiden' batin Zea.
Mengingat Kaiden Zea jadi sakit, hampir seminggu ini Kaiden mendiamkan Zea, bahkan ia tidak pernah pulang kerumah lagi. Yang Zea denger dari percakapan Estiana dan Elias, Kaiden sibuk membantu acara keluarga Nesha, dan tidur di rumah Nesha.
"Eh Zea, udah datang." ucap Esti yang beranjak duduk dari sofa.
Dibelakang Esti seseorang juga berjalan kearah mereka, "Pacar kamu Van?" tanya- nya.
Vandra menyalami tangan wanita yang umurnya sekitar 45 tahunan itu, cantik dan bertubuh ideal, "Dia Zea tante." ucap Vandra yang menyenggol lengan Zea
Zea jadi tersenyum canggung, ia maju dan menyalami tangan wanita itu, "Saya Zea bu, asisten rumah tangga ibu Esti." akunya jujur
"Dia Zea yang barusan aku ceritain." ucap Esti tersenyum hangat, ia merangkul pundak Zea. "Nah Zea, kenalin dia sahabat saya, kamu bisa panggil dia ibu Mawar."
Mawar tersenyum ramah, secara spontan ia mencubit hidung mancung Zea, "Manis sekali kamu." Mawar jadi menatap ke arah Vandra yang terus menatap Zea dari samping, "Kalau art nya secantik ini saya ambil jadi menantu." godanya menyenggol lengan Esti.
Esti yang paham kode langsung melempar pandangan pada Vandra, ia mengangguk dan tersenyum tipis.
Zea tertawa hambar saat melihat interaksi sesama sahabat didepannya ini.
"Permisi Bu, baju untuk nona Zea sudah saya siapkan." salah satu karyawan butik memberi tahu.
"Nah Zea, kamu ikut karyawan saya, pilih yang mana yang kamu suka." ucap Esti yang langsung pergi meninggalkan Zea yang masih diam seperti patung manekin.
Zea membeo "Nona?"
"Iya, mari nona." ajak karyawan wanita itu
Vandra menyerongkan tubuh, ia berbisik "Tadi saya kan sudah bilang, LATIHAN PACARAN." jawab Vandra menekan kata-kata terakhirnya
Zea mengangguk takut,"Galak banget sih, tadi sweet sampai buat baper, gak adiknya gak abng-nya sama aja, udah tau hati ku murahan, dikit-dikit baper-an." omel Zea sambil terus berjalan mengikuti karyawan tadi.
"Nona ini ada beberapa dress yang bisa nona coba." tawar karyawan tadi menunjuk beberapa dress yang telah disiapkan.
Zea maju bibirnya tersenyum kecut saat melihat beberapa dress yang panjangnya hanya sebatas paha bagian atas, Zea tidak pernah mengenakan baju minum seperti itu, sungguh.
Zea berbalik, "Mbak yang panjang sampai batas lutut ada?"
Karyawan wanita itu mengangguk, "Tunggu sebentar nona, biar saya carikan."
Zea menunggu sambil menempelkan salah satu baju ditubuhnya, "Apalah baju ini, udah cuman sepaha, ke-belah, talinya tipis. Ish... Masih tebal-an tali jemuran."
Tak lama karyawan tadi datang, membawa tiga dress yang langsung menarik perhatian Zea, "Hanya ada tiga warna ini nona." jelas karyawan itu.
Mengingat wanita yang didepan tadi Zea jadi tersenyum, karena dress yang dibawa oleh karyawan tadi ada yang mirip dengan dress wanita yang Vandra puji dengan kata cantik dan sexi itu.
"Saya mau coba yang ini mbak." pinta Zea yang langsung diangguki karyawan.
***
"Van, Zea cantik ya." ucap Mawar yang duduk di sebelah Vandra.
Esti memangguk, "Zea memang cantik jeng, wajahnya masih 11.12 sama Vara."
Esti tidak marah, entah kenapa saat melihat Zea, cara Zea bekerja, menyiapkan sarapan, dan melakukan semua pekerjaan membuat ia merasa senang dan sayang.
Anak perempuan nya saja tidak bisa mencuci piring, pernah belajar tapi entah gimana caranya piring, gelas dan yang lainnya masih bau dan berminyak.
Mawar melotot kaget, "Lah emangnya umur Zea berapa?"
Esti tertawa, "Udah 21 jeng, malahan masih seger banget kayak gadis 17 tahun." ucapnya memberi tahu.
"Wah kalau begitu lebih baik sama Ezra aja deh. Buat Ezra aja ya Van." goda Mawar yang langsung mendapat tatapan protes dari Vandra.
Ting
Vandra yang diam tak menyimak obrolan mamanya dan sahabatnya, hingga notifikasi dari kontak bernama 'Zea' Munjul dilayar. Segera ia membuka dan
[Picture Zea diruang ganti pakai dress warna hitam bertali spaghetti]
[Menurut mas gimana, saya cocok gak pake dress ini]
Vandra menutup matanya, Zea terlihat begitu cantik dan sexi. "Ya Allah ayune, sampek nyundul genteng Ze." batinnya