Entah mengapa Alisa merasa marah. Tiap kali melihat abangnya berdua bersama Mia. Yang tidak lain teman Amar kuliah. Membuat Alisa merasa aneh dengan perasaanya sendiri. Hingga membuat Alisa selalu gusar tiap kali Amar dekat dengan Mia. Yang sering ikut mengerjakan tugas dirumah. Dan Amar juga sering mengantar nya pulang. Amar juga seperti memberi perhatian lebih pada Mia membuat Alisa cemburu.
" Kenapa sih bang Amar pake mengantar kak Mia. Lagian dia sudah punya sopir yang selalu menjemputnya pulang kan!!" kata Alisa
" Ada apa dengan mu de, abang hanya berbuat baik pada orang lain. Kasihan Mia kalo pulang sendiri malam malam" jawab Amar
" Lalu jika Lisa pulang malam, apa abang akan perduli?" tanya Lisa.Membuat Amar menoleh dan menatap lekat mata gadis cantik di depannya itu. Seakan Amar merasa ada belati yang menusuk dadanya.
" Kau.....!!" kata Amar kaget.
Penasaran baca ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hidayati Yuyun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Setelah mobil berjalan Amar melihat Lora lewat kaca jendela mobil.Lora terlihat membawa mobil sendiri dari tempat parkir.
" Kenapa, apa kau mengenalnya?" tanya Zain Yang menyetir mobil sendiri.
" Tidak..." geleng Amar. Yang tidak ingin kembali ke masa lalu. Karna ia sedang fokus menatap masa depan.
" Apa hari ini de Lisa test?" kata Amar. Membuat Dewi, Santi dan Talita yang mendengarkan mereka bicara hanya terdiam. Dan penyimak pembicaraan keduanya.
" Hmm...dia diantar Sani. Jangan terlalu khawatir. Dia bisa menjaga diri," kata Zain yang tahu Amar sangat perduli pada Lisa.
" Baguslah," kata Amar lalu terdiam. Saat mobil melaju di jalanan.
"Siapa Lisa?" bisik Santi. Yang hanya di jawab kedua temannya dengan gidik kan bahu . Lalu mereka bertiga turun di depan sebuah restoran.
" Apa pak Zain dan pak Amar tidak mau bergabung?" tanya Santi. Saat mereka bertiga sudah turun dari mobil
" Terimakasih lain kali saja. Kami sedang mencari suasana sepi," kata Zain tersenyum Lalu menutup jendela mobil dan kembali melajukan mobilnya ke sebuah warung di pinggir jalan. Yang terlihat sangat sederhana. Namun cukup banyak pembeli yang datang ingin makan.
" Ayo turun!" kata Zain. Ketika mobil sudah berhenti
" Hmm..." dehem Amar melepas sabuk pengaman dan membuka pintu mobil. Bersamaan mobil Lora melewati warung itu dan melihat Zain turun dari mobil
" Bukannya itu pak Zain, kenapa makan di warteg?" kata Lora heran. Namun ia tidak ambil pusing. Karna Lora memilih makan siang di sebuah cafe yang tidak jauh dari warteg sederhana itu. Yang berada di depan kios elektronik.
" Ini tempatnya?" tanya Amar Saat mereka masuk ke dalam warung.
" Ya selera desa," kata Zain. Lalu melangkah ke meja yang menyediakan lauk dan sayur. Sini mar, nih tinggal pilih?" kata Zain menunjuk banyak menu
" Boleh saya mau pesan Nila bakar dan ayam goreng sama sambal hijau,pete dan lalapan. Sama sayur asam ya bu ," kata Amar tanpa basa basi.
" Banyak amat , apa habis?" kata Zain mengoda
" Mantan tenaga kuli harus makan banyak," kata Amar terkekeh. Sembari menuju meja kosong.
" Saya ayam goreng, sayur asam, lalapan dan sambal. Tambah cumi goreng dan tuh balado telur ya bu," kata Zain. Lalu menyusul Amar ke meja. Dan menarik kursi untuk duduk.
" Di sini cukup enak, harga terjangkau. Ketimbang makan di restoran" kata Zain.
" Ya sepertinya menunya lumayan. Jika enak bisa mampir lagi kesini. Dari pada di restoran mehong dan dagingnya sedikit," kata Amar terkekeh.
" Hahaha ..mana ada di restoran murah mar, kecuali tempat seperti ini. Dan di pinggir jalan sana. Apalagi masuk mall. Paling tidak Setelah teh 20 ribu," tawa Zain.
" Sudah tahu, tapi aku lebih senang makan makanan rumahan. Karna sudah terbiasa dengan lidah kita. Ketimbang makanan Eropa Kecuali memang darurat ,"kata Amar yang memang terbiasa hidup sederhana. Walaupun kini nasibnya sudah berubah. Dirumah Amar masih minta menu sayur yang biasa ia makan.
" Maksud loe darurat bagaimana?" kata Zain
" Itu makan bersama para petinggi kantor. Bukannya menu di kantor tidak lepas dari steak dan makanan cepat saji," kata Amar
" Oh itu, itu lumrah. Karna memang para staf suka makanan begituan.," kata Zain sambil mengambil kerupuk dan memakannya.
" Lalu kenapa kau suka makan disini?" tanya Amar.
" Suka saja, mungkin seperti yang kau bilang kita sama sama suka makanan rumahan," kata Zain. Yang suka dengan hal simple dan sederhana.
Tak lama pesanan keduanya pun datang." Mas minumnya apa ?" kata si pelayan.
" Saya es jeruk mba" kata Zain
" Sama, saya juga es jeruk, tapi dua gelas ya mba" kata Amar.
Yang membuat Zain tersenyum dengan pesanan Amar. Lalu mereka pun berdoa masing masing. Setelah itu mereka mulai menyantap makanan di depannya.
Amar yang makan dengan lahap. Menikmati apa yang ada di depannya. Sambil memikirkan Lisa yang akan pergi meninggalkan mereka. Namun tak lama terlintas wajah Lora. Yang ia tahu, jika Lora juga menjadi arsitek di perusahaannya.
" Apa dia mengikuti, atau di sengaja ingin seperti Yuda kekasihnya itu," kata Amar yang dulu di sukai Lora. Namun Amar tidak mau terlalu dekat dengan gadis kaya itu. Yang di pacari ketos di sekolahnya. Walau Amar waktu itu anak berprestasi. Amar tidak pernah sekalipun. Untuk mencari pacar. Apalagi saat tahu Lora menyukainya. Amar sering menghindari Lora/ Amora. Karna tidak ingin di musuhi para anak kaya.
" Mar...ada apa?" kata Zain Saat melihat Amar hanya diam.
" Menikmati makananku," kata Amar tersenyum Sehingga Zain terkekeh.
***********
Sedangkan Lisa dan Sani baru selesai saja makan. Ketiganya menghabiskan makanan masing masing.
" Oh ya apa bang Amar mu itu masih dekat dengan Mia ?" tanya Dean ingin tahu tentang hubungan Amar dengan Mia.
" Memangnya kenapa bang?" kata Lisa. Saat Dean menanyakan Amar padanya.
" Bukan apa apa sih, hanya heran saja kenapa Amar tidak pernah cerita. Punya adik secantik Lisa" kata Dean
" Hmm....itu sih bukan aneh kak, orang tuanya juga cakep. Kak Dean naksir Lisa ya kak. Ih ...tembak aja kak. Sebelum terlambat " kata Sami melirik Lisa. Yang membuat Lisa melotot menatap sahabatnya itu.
" Hehehe...bisa aja kamu San, apa kalian gak pernah pacaran ?" kata Dean menatap keduanya bergantian. Karna setahunya Amar juga belum pernah pacaran selama di kampus.
" Kok kak Dean tahu, kita emang jomblo. Tapi kita pengen pacaran halal kak. Makanya kalo kak Dean gentleman langsung lamar aja tuh teman Sani," tunjuk Sani dengan dagunya Membuat Dean tersenyum simpul.
" Hehehe... kak Dean belum berpikir kearah sana San, kak Dean takut belum siap. Pantas Amar juga jomblo, belum mau pacaran di masa kuliah," sindir Dean.
" Itu yang terbaik kak, biar kita lebih fokus belajar. Karna bunda bilang jangan macam macam kalo kita ingin sukses" kata Lisa.
" Ya " kata Dean tersenyum. Sembari berpikir untuk menanyakan di mana Amar bekerja. Karna tempo hari Mia dan Hans sempat menanyakannya Amar
" Lalu Amar kerja di mana?" tanya Dean.
" Bang Amar satu kantor sama bang Zain, tapi Lisa tidak tahu. Mereka kerja dimana?" kata Lisa yang memang tidak pernah tahu mengenai masalah itu.
" Kok bisa loe ngak tahu Lis, bukannya bang Amar kerja di bengkel. Apa sekarang sudah kerja di kantoran?" kata Sani
" Hmm," angguk Lisa
" O..gitu, jadi de Lisa tidak tahu. Mereka kerja di mana?" kata Dean penasaran dengan kehidupan Amar. Agar ia bisa mendekati Lisa lain waktu. Berharap ia kenal lebih banyak dulu tentang keluarga Lisa dan Amar.
" Bukannya kak Dean temannya. Kenapa tidak tanya sendiri aja" kata Sani
" Masalahnya ada yang menanyakan Amar ?" kata Dean santai
" Siapa ?" tanya Lisa.
" Mia teman Amar juga" jawab Dean.
" Kak Mia,mau apalagi dia?" kata Lisa membuat Dean menatap Lisa. Karna terlihat Lisa tidak senang mendengar nama Mia.
" Lisa mengenal Mia?" Dean menatap lekat Lisa penasaran
" Kenal lah kak , dia kan yang ngejar ngejar bang Amar. Tapi dia pacaran sama si Hans itu kan" kata Sani.
" Hans !!" kata Dean kaget . Menatap Lisa dan Sani bergantian. Sebab kedua gadis itu mengenal Mia.
Intan atau Mia kah?
Kan jadi penasaran
Bersemu merah ga tuh mukanya Lisa
Ya Lisa tetaplah jaga hatimu tuk tetap lugu polos baik, tidak terkotori hal hal buruk meski di luar negri
Semoga Tuhan selalu menjagamu Lisa
Doa orang tua dan abangmu juga turut menjagamu
Bunda atau Zain, kapan kasih tahu Lisa kebenarannya, sudah dinikahkan?
Calon perusuh kah atau manusia ga tahu diri?
rapi baguslah dngn begitu Amar jadi bisa menikah dngn Lisa