Kalandra terpaksa menerima perjodohannya itu. Padahal dia akan dijodohkan dengan perempuan yang sedang hamil lima bulan.
Saat akan melangsungkan pernikahannya, Kalandra malah bertemu dengan Anin, perempuan yang sedang hamil, dan dia adalah wanita yang akan dijodohkan dengannya. Ternyata Anin kabur dari rumahnya untuk menghindari pernikahannya dengan Kalandra. Anin tidak mau melibatkan orang yang tidak bersalah, harusnya yang menikahinya itu Vino, kekasihnya yang menghamili Anin, akan tetapi Vino kabur entah ke mana.
Tak disangka kaburnya Anin, malah membawa dirinya pada Kalandra.
Mereka akhirnya terpaksa menikah, meski tanpa cinta. Apalagi Kalandra masih sangat mencintai mantan kekasihnya. Akankah rumah tangga mereka baik-baik saja, ketika masa lalu mereka mengusik bahtera rumah tangga mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Belas
Tiga bulan berlalu, Kala sudah merencanakan pernikahannya dengan Anin. Hubungan Anin dengan orang tuanya sudah membaik, kini dia sudah berada di rumah sendiri. Iya, tak ada orang tua yang tak memaafkan kesalahan anaknya, walau kesalahan itu membuat hati orang tua terluka. Hari ini Anin dan Kala pergi ke Butik untuk Fiting baju pengantin. Dava sementara di titipkan pada Mamah nya Anin.
Anin terlihat bahagia, akhirnya dia akan menjadi seorang istri, setelah harapan menikah dengan Vino musnah di telan badai, kini dia akan memulai kehidupan barunya dengan Kala. Walaupun pernikahan mereka tak dilandasi rasa cinta. Mungkin bagi Kala hanya dilandasi rasa kasihan pada Anin dan rasa terima kasih pada orang tua Anin. Tapi, tidak bagi Anin, mungkin dia belum mencintai Kala sepenuhnya, namun, berada di dekat Kala dia menemukan ketentraman hati dan kenyamanan tersendiri.
"Kala, aku tau hatimu belum sepenuhnya mencintaiku, bahkan belum ada rasa cinta dalam hatimu, tapi aku yakin, kamu bisa melupakan Sandra dan bisa mencintaiku, entah kapan kamu akan mencintaiku," gumam Anin sambil memandang wajah Kala yang sedang mengemudikan mobilnya.
"Kenapa memandangku seperti itu?" tanya Kala dengan suara lembutnya dan membelai kepala Anin.
"Tidak apa-apa. Ingin memandangmu saja," ucap Anin sambil mengurai senyumannya di depan Kala.
"Nin, setelah menikah tinggal di rumahku kan?" tanya Kala.
"Ya, kalau kamu mengajak aku tinggal ke rumah kamu, ya aku ikut saja," jawab Anin.
"Kala, kamu yakin akan menikah denganku?" tanya Anin.
"Yakin, kenapa kamu bertanya seperti itu?" jawab Kala dan bertanya pada Anin.
"Tidak apa-apa, cuma bertanya saja," ucap Anin.
"Ajari aku mencintaimu, Nin," ucap Kala.
"Hmm ... kalau mau belajar, hapus semua memori tentangnya," jawab Anin.
"Aku akan berusaha," ucap Kala. Anin hanya menyunggingkan senyuman nya saja.
Mereka sudah sampai di depan butik yang mereka tuju, Kala turun terlebih dahulu dan membukakan pintu Anin. Di menggandeng tangan Anin masuk ke dalam butik. Pegawai butik dengan segera mengambilkan baju pengantin pesanan mereka. Anin segera mencobanya, dia diantar pegawai butik menuju ke ruang pas, dan membantu Anin memakai gaunnya. Begitu pula Kala, dia juga pergi ke kamar pas untuk mencoba setelan jas yang ia pesan.
"Wah ... cantik sekali mba Anin," ucap salah satu pegawai butik.
"Terima kasih mba," ucap Anin.
"Ayo mba keluar, tunjukan sama calon suami mbak," ajak pegawai butik tersebut.
Anin keluar dengan memakai gaun pengantin yang ia coba, Kala sudah terlihat di depan kamar pas Anin menunggu Anin keluar. Mata Kala membulat sempurna, melihat Anin yang terlihat begitu cantik dan anggun dengan gaunnya.
"Kala, bagaimana? Bagus tidak?" tanya Anin. Tapi Kala hanya diam, melongo menatap Anin yang terlihat cantik. “Hey, gimana bagus tidak, Kala?” tanya Anin dengan mencolek lengan Kala.
"Sempurna." Jawab Kala yang belum juga berkedip matanya.
"Kala, bagus kan?" tanya Anin sekali lagi.
"Ah … iya, bagus sekali, sangat bagus, cantik sekali … emm iya, cantik sekali kamu memakai gaun itu," jawab Kala dengan terbata-bata.
"Terima kasih, Kala," ucapnya.
"Mba, bisa minta tolong ambilkan foto kami berdua?" pinta Kala.
"Oke, pak," jawab salah satu pegawai butik. Dia mengambil gambar Kala dan Anin dengan berbagai pose menggunakan ponsel Kala. Setelah berkali-kali jepretan, Kala melihat hasilnya, dan hasilnya sempurna.
"Terima kasih mba," ucap Kala.
"Sama-sama, pak," ucapnya kembali.
"Kala, kirim ke aku foto-fotonya," pinta Anin.
"Berani berapa? Minta foto ini?" ucap Kala menggoda.
"Ih … pelit," tukas Anin dengan kesal, dia langsung kembali ke kamar pas untuk berganti pakaian nya lagi. Saat selesai berganti pakaian, Anin mendengat notifikasi pesan WhatsApp di ponselnya. Dia segera membuka, pesan itu dari Kala yang mengirimkan foto-foto tadi.
"Bagus sekali foto-fotonya," ucap Anin lirih dengan senyum bahagia.
Anin duduk sambil menunggu Kala membayar gaunnya di kasir. Setelah selesai di kasir Kala mendekati Anin yang masih duduk di sofa dengan memandangi ponselnya.
"Jangan di lihat terus, ini yang aslinya saja lihatnya," ucap Kala dengan membawa paper bag dan duduk di samping Anin.
"Bagus fotonya. Sudah selesai?" tanya Anin.
"Sudah, kita makan siang dulu ya?" ajak Kala.
"Oke, aku ingin makan seafood," pinta Anin.
"Baiklah, ayo berangkat," ajak Kala dengan menggandeng Anin.
Anin masuk ke dalam mobil Kala, dan Kala mengemudikan mobilnya menuju ke restoran seafood favorit mereka. Setelah sampai, mereka langsung masuk ke dalam restoran dan memesan makanan favorit mereka sendiri.
***
Malam ini Kala bermalam di rumahnya, dia ingin menata rumahnya, mendesain ulang lagi, dan ia ingin membereskan kamar utama untuknya dan Anin setelah menikah nanti. Kala di bantu dengan Bi Imah dan tukang kebunnya. Saat dia sedang membereskan kamarnya, terdengar bel di depan rumah. Iya, malam ini satpam di rumah Kala cuti, jadi tamu yang masuk langsung menuju pintu utama. Kala membukakan pintu rumahnya. Betapa terkejutnya dia melihat seseorang yang datang ke rumahnya jam 9 malam.
"Kala, tolong aku," ucap seseorang itu dengan nada bergetar, wajahnya lebam, di lengannya juga ada bekas cengkraman seseorang.
"Sandra?" ucap Kala, tanpa sadar dia langsung memeluk wanita itu. Wanita yang dulu singgah di hatinya, dan sampai detik ini masih bersemayam dalam hatinya.
"Kamu kenapa bisa seperti ini?" tanya Kala dengan memegang luka di sudut bibir Sandra. Dia tak menyadarinya jika Sandra sudah berstatus istri orang dan dia juga akan segera menikah.
"Ceritanya panjang," ucap Sandra. Kala menyuruh Sandra duduk di kursi tamu, dia meminta Bu Imah mengambilkan air es untuk mengompres Sandra, dan mengambilkan kotak P3K.
Kala segera mengompres luka lebam di wajah Sandra dan mengobati lukanya. Sandra menceritakan semua apa yang terjadi padanya. Setelah menikah Sandra mendapat perlakuan kasar dari suaminya. Suaminya telah menyesal menikahi Sandra, hanya karena Sandra tak Virgin lagi. Iya, sebelum menikah Sandra sering melakukannya dengan Kala. Mendengar pernyataan dari Sandra seperti itu, hati Kala sangat sakit, semua di sebabkan karena dirinya. Dia mendekap Sandra, mencium puncak kepala Sandra.
"Maafkan aku, itu semua karena aku," ucap Kala dengan mata berkaca-kaca.
"Ini semua salahku, ini adalah balasan meninggalkan kamu dulu, Kala. Maafkan aku," ucapnya.
"Lalu, kamu masih berhubungan dengan suamimu?" tanya Kala.
"Iya, bagaimanapun dia suamiku, maafkan aku merepotkanmu," ucapnya.
"Kamu boleh bermalam di sini, besok aku akan antarkan kamu pulang," ucap Kala.
"Tidak aku akan pulang, aku menemuimu hanya ingin meminta maaf padamu saja," ucap Sandra sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Bermalam lah di sini. Pakailah kamar yang biasa kita pakai," ucap Kala. Tanpa sadar Kala mengizinkan Sandra masuk ke kamar utamanya yang baru saja di bereskan untuknya dengan Anin setelah menikah.
Sandra segera masuk ke kamar untuk istirahat, Kala hanya duduk termenung di kamar tamu yang kemarin di gunakan Anin saat dia berada di rumahnya.
"Anin, aku kenapa seperti ini. Aku akan menikah dengan Anin, aku sudah berjanji dengannya, aku tidak boleh mengecewakan Anin," ucapnya lirih.
"Maafkan aku Nin, kuharap kamu mengerti keadaan ini. Iya, aku salah, aku masih mencintainya dan berharap dia kembali padaku, apapun keadaan dia," gumam Kala.
^^^
Sudah tiga hari Kala tidak menghubungi Anin. Anin yang merasa Kala tidak seperti biasanya, dia berniat untuk datang ke rumah tua Kala. Tapi, mereka bilang, Kala ada di rumah nya sejak tiga hari yang lalu, karena akan membereskan rumahnya untuk di tinggali setelah menikah nanti. Mendengar seperti itu dari mamanya Kala, Anin langsung pergi menyusul Kala ke rumahnya. Dia merasa sangat bahagia sekali, karena Kala menyiapkan semua untuknya.
Di rumah Kala, Sandra masih terlihat duduk di kursi teras. Bi Imah, Pak Abu dan Pak Agus, mereka adalah asisten dan satpam di rumah Kala. Mereka sedang bergosip ria membicarakan Sandra dan Kala.
"Tuan 3 hari lagi akan menikah, tapi masih bersama si Sandra itu," ucap Agus yang kesal.
"Iya, kalau Mba Anin tahu bagaimana ini? Kita sudah bohong dengan orang sebaik Mba Anin," ucap Abu.
"Iya, tuan kok jadi seperti itu, menerima wanita itu lagi, aku sudah lega tuan akan menikah dengan Mba Anin, tapi kok jadi seperti ini urusannya," sahut Bi Imah.
Mereka masih membicarakan tuannya dengan Sandra.
Sandra merasa ada yang beda dengan Kala, dia terlihat sangat bingung. Sandra mendekati Kala yang masih bermain ponselnya dengan memandang wanita berpakaian gaun pengantin di ponselnya. Sandra melihat dengan jelas foto itu, bahkan foto itu bersama Kala.
"Itu istrimu?" tanya Sandra yang tiba-tiba ada di belakang Kala.
"Emm … dia calon istriku," ucapnya
"Kenapa kamu tidak bilang? Kamu bilang aku di sini?" tanya Sandra.
"Tidak penting juga aku bilang. Tiga hari lagi aku akan menikah, tapi aku sedikitpun tidak mencintainya, aku masih sangat mencintaimu Sandra. Aku tidak bisa menikah dengan dia. Sebesar apa pun kesalahan mu pada ku, aku tak bisa membencimu, aku mencintaimu Sandra," ucap Kala.
"Plak!" satu tamparan mendarat di pipi Kala. Sandra menampar keras pipi Kala.
"Kamu! Laki-laki macam apa kamu, tega mempermainkan wanita yang akan kamu nikahi!" tukas Sandra.
"Tapi aku mencintaimu, Sandra. Aku masih mencintaimu," ucap Kala dengan menggenggam tangan Sandra.
"Aku sudah menikah, ini salahku, harusnya aku tak pernah kembali ke sini," ucap Sandra. Kala dan Sandra berdebat lama, Kala yang meminta Sandra kembali padanya, tapi Sandra menolaknya.
Sementara di luar rumah, Anin turun dari taxi yang ia tumpangi, dia segera masuk ke dalam. Pak Abu mencoba mencegahnya, karena di dalam ada Sandra dan Kala.
"Mba Anin, jangan masuk dulu ya," ucap Abu dengan rasa was-was.
"Aku sudah tau Pak Abu, aku masuk dulu ya," Anin berlari masuk ke dalam rumah Kala.
"Non, aduh! Perang dunia ketiga ini! Duh gusti ...," ucapnya dengan panik.
Kala masih berdebat dengan Sandra, dia bersih keras ingin Sandra tetap di sini dan membatalkan pernikahan nya dengan Anin.
"Please, Sandra, jangan pergi lagi, aku mencintaimu," ucap Kala memohon pada Sandra.
"Kala, aku istri orang, aku kesini tujuannya ingin meminta maaf padamu, aku mencintai suamiku, walaupun dia kasar denganku. Please, jangan mengecewakan orang tuamu," ucap Sandra
"Sandra, aku mencintaimu, jangan pergi lagi." Kala memeluk erat Sandra dan memohon pada Sandra, agar dia tidak pergi.
Anin melihat semua yang di lakukan Kala pada Sandra, seketika tubuhnya melemas.
"Kala, apa maksud semua ini?" tanya Anin dengan terisak.
"Nin, ka—kamu, kamu kenapa di sini?" Kala panik melihat Anin yang terduduk melemas di lantai.
"Kala, jelaskan semua ini. Tolong jelaskan!" erang Anin.
"Nin maafkan aku, aku masih mencintai Sandra,"ucapnya.
Plak!!!
Sandra kembali mendaratkan tamparan di pipi Kala dengan begitu keras.
"Laki-laki macam apa kamu Kala, bisa-bisanya kamu menyakiti perasaan calon istrimu," ucap Sandra.
"Semua yang kamu lihat, tidak seperti yang kamu bayangkan, kita bisa bicara baik-baik. Maafkan aku," ucap Sandra sambil berusaha membangunkan Anin.
"Kalian berdua sama saja!" Anin langsung pergi meninggalkan Kala dan Sandra. Hatinya kembali terluka. Setelah dia berusaha menerima laki-laki lain, tapi dia tidak mencintainya
"Iya, aku seharusnya tidak percaya dengan Kala, seharusnya aku tidak mau menikah dengannya, mamah, papah, maafkan Anin, Anin mengecewakan mamah dan papah lagi," gumam Anin dalam hati. Anin pulang ke rumahnya dengan menggunakan taksi. Dia masih menangis di dalam taksi yang ia tumpangi dan meminta taksi itu mengantarkannya ke stasiun.