NovelToon NovelToon
THE MAIN CHARACTER IS ME

THE MAIN CHARACTER IS ME

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Percintaan Konglomerat / Cinta Paksa
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: lightfury799

Sinopsis

Seorang antagonis dalam sebuah cerita atau kehidupan seseorang pasti akan selalu ada. Sama halnya dengan kisah percintaan antara Elvis dan Loretta. Quella menjadi seorang antagonis bercerita itu atau bisa dikatakan selalu menjadi pengganggu di hubungan mereka.

Di satu sisi yang lain Quella ternyata sudah memiliki seorang suami yang dikenal sebagai CEO dari Parvez Company.

Tentu sangatlah terkesan aneh mengingat status Quella yang ternyata sudah memiliki seorang suami tapi masih mengejar laki-laki lain.

•••••

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lightfury799, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 20

Waktu dengan cepat berlalu, tanpa terasa sudah dua tahun lamanya, Quella menyandang status sebagai istri dari Xaver. Kehidupan mereka tentu jauh dari kata harmonis. Ego Quella yang selalu saja tinggi, tidak mau menerima akan kehadiran Xaver, dan Xaver sendiri yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Membuat hubungan mereka tidak ada peningkatan dari sejak awal pernikahan.

Quella mengepalkan tangannya, matanya memancarkan api kemarahan saat dia menatap pelayan yang baru saja menjatuhkan piring favoritnya. "Kamu ini memang tidak becus bekerja! Yuren, pecat dia sekarang juga!"

Yuren, yang selalu berada di sisi Quella, hanya bisa menundukkan kepala dan mengangguk lemah. Dia tahu betul bahwa Quella tidak akan memberikan kesempatan kedua kepada siapa pun yang membuatnya marah.

Emosi Quella memang selalu berlebihan, atau lebih buruknya Quella akan mengamuk tidak jelas. Terkadang Yuren merasa kejiwaan nonanya telah terganggu, setelah beberapa hari memang dimana tuan Xaver menjual lukisan yang berharga itu.

Di sudut ruangan, Xaver baru saja pulang bekerja, memasuki ruangan dan menyaksikan adegan tersebut. Dia menghela napas kasar, merasakan beratnya situasi di rumah yang seharusnya menjadi tempat peristirahatan hati. Setiap hari, kegaduhan dan kemarahan Quella seperti tak pernah habis.

Xaver juga terkadang berpikir kejiwaan Quella terganggu. Atau secara kasar Quella menjadi gila, Quella terlalu seringkali marah-marah hanya persolan kecil. Xaver bahkan pernah menyarankan Quella untuk tes kejiwaan, namun dirinya langsung dibentak, dan selama satu bulan penuh Quella tidak mau berbicara padanya.

'Aku tidak gila sialan, kamu yang gila Parvez,' kata-kata Quella membentaknya saat itu terngiang-ngiang di kepalanya.

"Kamu terlalu keras, Quella," ucap Xaver pelan, berharap istrinya itu bisa mengurangi amarahnya.

Namun, Quella hanya melirik tajam ke arah Xaver, "Ini semua karena ketidakbecusan mereka dalam bekerja! Mereka juga selalu saja membuatku marah!!! Lagi pula untuk apa kamu ikut campur?!?!" Quella membentak Xaver dengan kasar, tidak ada perlakuan yang sopan pada orang yang berstatus suaminya itu.

Xaver menutup matanya sejenak, berusaha menahan emosinya. Terdapat Xaver ingi  sekali membalas perkataan itu, namun sayangnya akan terlalu memalukan mereka bertengkar dan ditonton oleh para pekerja.

Mencari kata-kata yang tepat, yang setidaknya tidak akan semakin membuat Quella meledak-ledak. "Tapi, Ella, bukan berarti kita harus terus-menerus hidup dalam kemarahan dan ketegangan seperti ini," jawabnya, suaranya sarat dengan kelelahan, dan menahan emosi yang terus saja berusaha bergejolak.

Berharap Quella mau mendengarkan apa yang dirinya katakan, seperti sebelum-sebelumnya. Bagi Quella Xaver bukanlah siapa-siapa di kehidupannya. Xaver tau sangatlah tau, Quella sama sekali tidak akan mendengarkan ucapannya.

Quella membuang muka, tidak ingin mendengarkan apapun dari Xaver. Dia kembali menatap Yuren, "Pastikan dia dipecat dan jangan sampai aku melihat wajahnya lagi!"

Belum selesai sampai disana, Quella terus marah-marah dan mengomentari semua karyawan yang melakukan pekerjaan dengan tidak sempurna.

Xaver menghela napas sekali lagi, mengetahui bahwa tidak ada yang bisa dia lakukan saat ini. Dengan berat hati, dia meninggalkan ruangan, meninggalkan Quella yang masih terbakar amarahnya. Ini hanya salah satu hari dalam kekacauan yang terus menerus dalam pernikahan mereka, hubungan yang jauh dari kata damai.

Menelusuri jalan menuju kamar utamanya, jika bertanya apa mereka satu kamar tentu saja tidak. Quella menolak dengan mentah-mentah, dan Xaver tidak merasakan sebuah keberatan apapun.

Mereka tinggal di rumah utama Grizelle, lagi-lagi karena itu keinginan tuan putrinya yang selalu saja memberontak. Awalnya Xaver berniat mereka akan tinggal di apartemen pribadinya. Hal itu bertujuan agar Quella dan dirinya bisa lebih dekat, sayangnya itu hanya sebuah rencana saja.

Membuka pintu kamarnya, Xaver langsung saja menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. Melonggarkan dasi yang dikenakannya, mengambil minuman bersoda yang ada di meja. Rasa pahit meluncur di kerongkongan nya, sayangnya sama sekali tidak menghilangkan beban yang berat di kepalanya.

"Ella, mengapa aku tidak bisa membenci mu. Padahal banyak sekali sikap mu yang tidak pernah menghormati ku," gumam Xaver merasa marah pada dirinya sendiri. "Dan bodohnya aku, yang hanya diam menerima tanpa mau bertindak apapun," Xaver terkadang marah pada dirinya sendiri, yang hanya bisa diam karena takut Quella akan semakin membencinya.

°°°°°

Pagi hari yang sungguh menyenangkan, itu yang ada dibenak Quella. "Hari yang aku tunggu, akhirnya datang juga," Quella bersemangat ia turun dari atas kasurnya. Seperti biasa dengan bantuan dari Yuren Quella bersiap-siap.

Hari ini, Quella tampak berbinar-binar, semangatnya meluap-luap. Dia berdiri di depan cermin, menantikan Yuren membawakan gaun yang telah dipesan jauh-jauh hari. Sambil menata rambutnya, dia bergumam tidak sabar, "Aku tak sabar untuk memberikan kejutan pada Elvis. Elvis pasti akan menyukainya."

Yuren, pelayan setia yang sudah mengenal segala rahasia keluarga, muncul membawa gaun yang dimaksud. Dengan tangan yang sedikit ragu, dia menyerahkan gaun tersebut kepada Quella. "Ini dia nona, gaun yang Anda pesan," ucap Yuren dengan nada datar, menyembunyikan kekhawatirannya.

Quella segera meraih gaun itu dengan mata berbinar. "Oh, Yuren! Ini lebih cantik dari yang kubayangkan," serunya gembira sambil segera mencoba gaun tersebut. Wajah Quella berseri-seri, akan gaun yang dirinya pesan.

Sengaja memesan jauh-jauh hari untuk hari sepesial ini. Bahkan Quella rela menghamburkan uangnya untuk bisa memesan gaun cantik dari desainer ternama di kotanya.

Di sudut ruangan, Yuren hanya bisa menghela napas pelan. Dia tahu bahwa nonanya sudah menikah dengan tuan Xaver, namun masih saja mencoba mendekati Elvis, teman masa kecil nonanya itu. Yuren terkadang berpikir hal ini mungkin bisa menjadi boomerang nanti di masa yang akan datang, atau lebih parahnya image nonanya akan selalu di cap buruk.

Yuren bahkan tau, nonanya selalu berkunjung tempat kerja Elvis dengan alasan bosan makanan rumah, setiap hari berkunjung ke Beez Restaurant. Yuren sesekali pernah ikut menemani nonanya di sana, dan seperti biasa, nonanya begitu terang-terangan mendekati Elvis.

Sebagai pelayan, dia hanya bisa menyaksikan dan berharap tidak ada yang terluka dari permainan berbahaya ini. Terkadang Yuren dibuat bingung, kenapa tuannya membiarkan hal ini. Apa karena belum terbongkar? Yuren berpikir bisa saja tuannya tidak tau. Tapi apa mungkin selama dua tahun ini tuannya tidak mengetahui apapun? Bukankah tuan Xaver bukan orang biasa, permasalahan kecil seperti ini haruslah mudah diketahui.

Quella, yang kini sudah mengenakan gaun barunya, berputar-putar di depan cermin. "Aku akan pergi menemui Elvis sekarang, Yuren. Doakan semuanya berjalan lancar ya," ucapnya dengan senyum bahagianya yang tak bisa disembunyikan.

Yuren hanya mengangguk pasrah sambil menonton Quella keluar dari kamar dengan langkah penuh percaya diri. Di hatinya, dia berdoa agar situasi ini tidak berakhir dengan patah hati atau lebih buruk lagi. Tapi melihat senyuman nonanya yang begitu lepas, membuat Yuren semakin memilih untuk bungkam.

"Saya hanya berdoa, untuk kebaikan anda nona," gumam Yuren, setelahnya kembali melanjutkan pekerjaannya.

°°°°°

Mobil memasuki kawasan Beez Restaurant, Quella merapikan penampilannya sebentar sebelum keluar dari mobil. Pintu mobil dibukakan oleh supir pribadinya. "Tidak usah menunggu, pulang saja," perintah Quella yang langsung dituruti oleh pak sopir.

"Baik nona," mobil mulai menjauh dari area parkir.

Quella melangkah kakinya untuk masuk ke dalam restauran dengan senyum yang merekah di wajah cantiknya. Rambutnya tergerai rapi, gaun biru muda yang dikenakannya melambai-lambai lembut seiring langkah anggunnya. Sengaja memilih gaun berwarna ini, karena itu merupakan warna favorit dari Elvis.

Di kedua tangannya, dia membawa sebuah hadiah yang terbungkus rapi dan sebuah kue tart kecil yang menggoda. Quella menyiapkan ini dari satu bulan yang lalu, semuanya harus sempurna.

"Elvis," panggil Quella dengan suara yang bersemangat saat matanya berhasil menemukan sosok Elvis yang tengah asyik duduk di salah satu sudut, lekat dengan layar laptopnya.

Elvis yang terkejut, mengalihkan pandangannya dari layar laptop. "Quella,?!?" serunya dengan nada bingung. Pandangannya tertuju pada wanita itu yang sudah berada di depannya dengan kejutan pagi itu.

"Selamat ulang tahun," ujar Quella, sambil menyerahkan hadiah dan kue tart kecil itu kepada Elvis. Senyuman lebar menghiasi wajahnya, menambah cahaya dalam ruangan itu yang semula hanya disinari oleh lampu hangat restauran.

Mata Elvis berbinar, terkejut namun sekaligus terharu dengan kejutan yang tak terduga dari Quella. "Waw... Terimakasih, aku bahkan tidak ingat hari ini ulangtahun ku," seru Elvis gembira.

"Dasar sudah tua," ledek Quella. Tangannya kemudian memasang satu lilin di kue tart itu, dan menyalakan api dengan korek.

"Hehe...," Elvis terkekeh akan ledekan Quella, matanya berbinar-binar saat api dari lilin mulai menyala. "Jadwal ku lumyan sibuk akhir-akhir ini," curhat Elvis, dirinya memperhatikan Quella dengan senyuman lebar di wajahnya.

Quella hanya menanggapinya dengan anggukan kepala. "Sudah itu bisa dikerjakan nanti lagi, sekarang ayo tiup lilinnya dan jangan lupa membuat permohonan," ucap Quella sambil menyodorkan kue tart dengan lilin diatasnya.

Elvis memejamkan matanya sejenak, membuat permohonan yang sangatlah diinginkan olehnya, setelahnya dirinya langsung meniup lilin itu. "Terimakasih," ucap Elvis tangannya terulur mengelus pipi Quella pelan. Senyuman jahil mulai terpancar di wajahnya. Dengan tiba-tiba Elvis mencubit pipi Quella gemas.

"Jangan di cubit," Quella memalingkan wajahnya, saat Elvis mencubit pipinya. Walaupun kesal, Quella tetap senang akan kedekatan dengan Elvis ini.

Elvis hanya terkekeh kecil. "Ayo kita makan kue nya," Elvis mengambil pisau kue yang telah disediakan Quella.

Duduk disamping Elvis, Quella tersenyum lebar ketika Elvis mengambil pisau kue dari atas meja. Dengan hati-hati, dia memotong kue coklat itu dan menaruhnya di piring kecil. Tangan Elvis kemudian mengambil sendok dan dengan gerakan yang lembut, dia menyuapkan sepotong kue ke mulut Quella.

"Buka mulutnya, sebagai ucapan terimakasih kamu orang pertama yang harus mendapatkan kuenya," ujar Elvis sambul tersenyum kecil, merasa gembira akan kejutan kecil yang telah dipersiapkan Quella.

Quella, yang sudah tidak sabar, segera membuka mulutnya lebar-lebar, menikmati suapan manis yang Elvis berikan. "Kamu juga harus makan. Aku bukan secara cuma-cuma mempersiapkannya," Quella mengambil sendok dan menyuapi Elvis.

"Kuenya lezat, kamu membelinya dimana?" Elvis bertanya setelah menerima suapan dari Quella. Menikamati rasa yang tidak terlalu manis dari kuenya, sangatlah pas sesuai dengan seleranya sekali.

"Tidak akan ada yang akan menjualnya," ucap Quella dengan bangga, memberikan sebuah kode yang langsung dipahami oleh Elvis.

Elvis mengerutkan keningnya, saat langsung mengerti akan ucapan Quella. "Kamu membuatnya sendiri!?!" Elvis tentu tidak percaya, Quella bisa berada di dapur waw sekali. Wanita di sampingnya ini, sangatlah anti dengan memasak, bahkan Elvis percaya Quella tidak bisa memaksa air.

Mengibaskan rambutnya ke samping, dengan senyuman yang percaya diri. Quella menganggukkan kepalanya. "Tentu aku membuatnya dengan tangan ku," Quella memamerkan jari jemari cantiknya, kukunya baru saja telah di rawat.

"Pasti Yuren kan yang sebenarnya membuatnya," Elvis penuh tatapan curiga ke arah Quella, karena dirinya tau bagaimana ketidaksukaan Quella terhadap memasak sendiri.

Wajah Quella langsung berubah masam akan ucapan dari Elvis. Bisa-bisanya Elvis tidak percaya. "Cih...," decak kesal Quella. "Terserah mau percaya atau tidak, yang jelas itu memang buatan ku," ucap Quella dengan poster badan melipat kedua tangannya di dada. Sedikit kesal, padahal Quella sudah rela-rela belajar memasak.

Elvis lagi-lagi terkekeh geli, saat Quella marah padanya. Mungkin memang benar, apapun itu Elvis harus menghargai usaha dari Quella. "Iya maaf..., aku percaya ko. Terimakasih ya," tangan Elvis terulur mengelus rambut Quella agar tidak marah padanya lagi.

Quella merasa kesal karena hatinya selalu saja bisa luluh akan perlakuan kecil dari Elvis. "Ya sudah, dan ini hadiah utamanya," Quella memberikan bungkusan paperbag, mengalihkan perhatian Elvis dari wajahnya yang bersemu merah.

Menerima paperbag itu. "Waw... terimakasih, boleh ku buka sekarang," Elvis dibuat penasaran, setelah mendapatkan izin dari yang memberikan Elvis melihat isi di dalamnya.

Sebuah kotak kecil, tangannya membuka kotak itu. Matanya tercengang, sebuah jam tangan model terbaru dari brand kesukaannya. "Waw... Ini keren sekali," teriak Elvis sangat gembira, sudah lama dirinya menanti jam tangan model ini.

Saking perasaan gembiranya yang tinggi, Elvis repleks memeluk Quella yang duduk di sampingnya. "Terimakasih, aku sangat menyukainya," Elvis mendekapnya dengan erat.

Quella awalnya tidak memperkirakan respon dari Elvis seperti ini. Menerima pelukan itu, tangan Quella mengelus punggung tegap dari laki-laki yang dirinya sukai ini. Menikamati pelukan itu, berharap suatu saat nanti ia bisa hidup bersama dengan Elvis.

Tanpa mereka sadari, adegan itu terjadi di depan mata Loretta yang menatap mereka dari kejauhan. Mata Loretta berkaca-kaca, penuh dengan kepedihan karena melihat kedekatan mereka.

°°°°°

Pagi itu, Loretta berkerja seperti biasanya. Hingga matanya menemukan dimana Elvis dan Quella sedang saling bertemu. Dari kejauhan, dia bisa melihat mereka berdua sedang duduk di bangku, sambil merayakan pesta kecil.

"Oh iya sekarang kan ulang tahun Elvis," batin Loretta, dirinya lupa akan hari penting kekasihnya sendiri.

Mata Loretta memerah, jantungnya berdegup kencang, cemburu membara dalam dadanya. Melihat pemandangan dimana Elvis menyuapi Quella, bahkan mengelus rambut nya itu

Quella, dengan rambutnya yang cantik terurai, tampak begitu akrab dengan Elvis. Sesekali, Quella menyentuh lengan Elvis sambil bercanda, dan Elvis, yang tampaknya terlalu nyaman, tertawa mengiyakan. Loretta menggigit bibirnya, menahan sakit hati yang tak terperi.

"Nona Quella sangatlah cantik sekali," Loretta tidak buta, dirinya tau bahwa Quella memiliki banyak hal, yang tidak dimiliki olehnya. Apalagi dirinya yang hanya orang biasa.

Air mata mulai menetes di pipi Loretta, tetapi dia cepat-cepat menghapusnya. Dia tidak ingin kedua orang itu melihatnya dalam keadaan lemah. Dengan langkah gontai, Loretta meninggalkan tempatnya berdiri tadi, hatinya hancur, namun ia bertekad untuk tidak menyerah. Elvis adalah orang yang dirinya cintai.

"Apapun itu, aku harus semangat," Loretta bergegas untuk biasa saja, setelah melihat momen yang menyesakan hatinya. Dirinya kembali bersemangat untuk memulai pekerjaan ini. Ada keluarga terkasih yang harus dirinya perjuangkan. Jadi Loretta tidak boleh menyerah.

•••••

TBC

JANGAN LUPA FOLLOW

1
@Biru791
mau lanjut gak nih thour
Ochi Mochi
sya sdahin aza bacanya sya kira ela sudah mulai suka sma xavir
Ochi Mochi
kpan ella sdar kok ini kayak gak ada harga dri y si lelaki.
Anggi Puspita
ada yg tau komik Serena ga...mirip bgt cerita nya..TPI ga mirip²kli sii cmn ada kesamaan
shaqila.A
halo kak, ka ini serius gantung gitu? padahal seru, aku pengen tau endingnya huhu
Alan
Teruslah menulis, ceritanya bikin penasaran thor!
Flynn
Author, aku jadi pengen jalan-jalan ke tempat yang kamu deskripsikan di cerita ini 😍
Hairunisa Sabila
Gak nyangka endingnya sekeren ini, terima kasih udah bikin aku senang!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!