Ariana tak sengaja membaca catatan hati suaminya di laptopnya. Dari catatan itu, Ariana baru tahu kalau sebenarnya suaminya tidak pernah mencintai dirinya. Sebaliknya, ia masih mencintai cinta pertamanya.
Awalnya Ariana merasa dikhianati, tapi saat ia tahu kalau dirinya lah orang ketiga dalam hubungan suaminya dengan cinta pertamanya, membuat Ariana sadar dan bertekad melepaskan suaminya. Untuk apa juga bertahan bila cinta suaminya tak pernah ada untuknya.
Lantas, bagaimana kehidupan Ariana setelah melepaskan suaminya?
Dan akankah suaminya bahagia setelah Ariana benar-benar melepaskannya sesuai harapannya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Tekad
"Sayang, kok melamun sih? Kamu ada masalah" tanya Tatiana yang menghampiri sang putri sulung.
Ia duduk di samping Ariana. Ariana yang melihat sang ibu pun segera memeluk lengannya dan merebahkan kepalanya di pundak sang ibu. Tatiana tersenyum. Meskipun ia sudah memiliki anak sendiri dengan Samudera, tapi rasa sayangnya tidak pernah berubah dengan putri sambungnya itu. Sebab berkat putri sambungnya inilah akhirnya ia bisa menemukan kebahagiaan yang sempat hilang dari dalam hidupnya. Meskipun dalam perjalanannya cukup berliku, tapi ia tidak pernah menyesalinya. Bukankah setiap orang memiliki ujiannya masing-masing.
"Nggak ada kok, Bun," dusta Ariana.
"Bener?"
"Bener kok, Bun."
"Tapi kok kamu keliatan murung gitu?"
"Ana beneran nggak papa kok."
"Baguslah kalau nggak ada. Bunda hanya cemas saja. Bunda tuh sayang banget sama kamu. Ingat ini, kalau ada masalah apapun, jangan pernah pendam sendiri, oke? Ingat, kamu punya bunda, punya ayah, Ana punya kami yang akan selalu menerima Ana dengan tangan terbuka. Ayah, Bunda, Gian, Mike, dan Mika sangat menyayangi Ana," ujar Tatiana.
Entah mengapa Tatiana mengatakan itu. Mungkin tanpa sadar ia sudah memiliki firasat yang kurang baik tentang anaknya. Meskipun bukan anak kandung, tapi Tatiana sudah merawat Ariana sejak ia masih sangat kecil. Bahkan tidak sedikit yang mengira Ariana anak kandung Tatiana. Apalagi semakin besar, Ariana justru semakin mirip dengan Tatiana.
Ariana tersenyum lebar, "iya, Bun. Siap, laksanakan!" serunya berseloroh. Ariana lantas mencium pipi Tatiana dengan sayang. Karena memang sesayang itu Ariana pada Tatiana.
"Ih, Gian kok lama sekali sih," omel Ariana.
"Kenapa nggak ditelepon aja? Laptopnya juga ada di kamar tuh. Pake langsung aja, kenapa. Biasanya juga gitu kan!"
"Nggak ah, Bun. Laptop itu kan termasuk barang pribadi jadi Ana nggak mau sentuh sembarangan. Entar kalau ada apa-apa, Ana juga yang repot," ujarnya sambil terkekeh.
Padahal sebenernya ia jadi sedikit trauma menyentuh barang yang bukan miliknya. Padahal biasanya juga ia bebas menyentuh barang milik adik-adiknya. Tapi kini ia justru tidak berani.
Tak lama kemudian, yang ditunggu akhirnya datang. Giandra pulang bersama Michael atau yang kerap disapa Mike. Mereka ternyata pulang dari bermain futsal.
Melihat kedatangan Ariana, Giandra dan Mike pun segera menghampiri sang kakak, mencium punggung tangannya, kemudian mereka saling berpelukan.
"Nggak papa nih kakak bawa laptopnya? Entar kamu butuh, Gi?"
"Nggak papa, Kak. Pake aja. Kalo butuh, aku bisa pinjam yang Mike. Paling juga besok laptop kak Ana udah beres kok. Entar kalo udah beres, Gian segera kabarin deh."
"Makasih ya, Gi."
...***...
Menjelang sore, Ariana baru pulang ke rumahnya. Di sepanjang perjalanan, Ariana tak henti-hentinya menghembuskan nafas kasar. Ia sengaja pulang sedikit sore sembari menunggu sang ayah pulang. Ia pun sudah merindukan ayahnya itu. Apalagi semenjak menikah beberapa bulan lalu, ia baru sempat pulang ke rumah beberapa kali juga.
Ariana memang baru menikah beberapa bulan yang lalu. Danang merupakan putra dari rekan kerja Samudera. Ariana sendiri sudah cukup lama menyukai Danang. Laki-laki itu memang kerap datang bersama sang ayah sehingga dari sana ia dan Danang saling berkenalan.
Sebagai sama-sama calon dokter membuat interaksi keduanya begitu nyambung. Hingga akhirnya mereka menjadi koas di tempat yang sama membuat keduanya kian dekat.
Hingga di hari terakhir Ariana menjalani koas, orang tua Danang tiba-tiba datang melamar. Ariana yang memang sudah cukup lama menyukai Danang pun menerima lamaran itu.
Setelah menikah, Danang memang bersikap baik. Tapi entah mengapa, Ariana merasa Danang memperlakukannya seperti teman biasa. Bukannya seorang istri. Bahkan Danang tidak pernah menatapnya dengan penuh cinta.Tak ada gairah yang membara. Tak ada gelora asmara. Semua terasa dingin dan hambar. Tidak seperti bayangannya selama ini. Tidak seindah impiannya.
Selama ini Ariana pernah bermimpi memiliki rumah tangga kecil yang indah dan bahagia seperti rumah tangga orang tuanya. Sungguh kedua orang tuanya merupakan role modelnya dalam mewujudkan sebuah kehidupan setelah pernikahan. Namun ternyata harapan tak sesuai ekspektasi. Padahal baru beberapa bulan menikah, tapi Ariana merasakan rumah tangganya begitu hambar. Namun Ariana mencoba bersabar sebab ia tahu, tidak semua rumah tangga berjalan manis dan indah. Akan ada kerikil-kerikil tajam yang mencoba menghalangi. Dibutuhkan kedewasaan bersikap dalam menghadapinya.
Namun setelah melihat foto dengan sebuah tulisan ungkapan cinta yang mendalam, membuat Ariana akhirnya berpikir, apakah perempuan ini yang menyebabkan suaminya bersikap dingin seperti itu? Apakah suaminya berselingkuh di belakangnya? Ariana bertanya-tanya dalam hati. Ingin bertanya langsung pun rasanya tak mungkin sebab mana mungkin Danang akan berkata jujur padanya.
"Aku harus mencari tahu, siapa perempuan itu? Siapa perempuan yang sudah menggoda suamiku hingga bersikap dingin padaku?" Ariana bertekad dalam hati untuk mencari tahu sendiri siapa perempuan yang ada di dalam laptop suaminya.
Tak lama kemudian, mobil Ariana akhirnya sudah terparkir di depan rumah. Baru saja Ariana turun, pintu rumah tiba-tiba terbuka. Muncullah Danang dari baliknya dengan senyum yang mengembang. Sebenarnya hati Ariana masih terasa sakit dengan sikap Danang sebelumnya. Namun ia tidak boleh terus bersikap demikian. Biarlah saat ini ia mengalah sembari pelan-pelan mencari informasi mengenai perempuan yang sudah mencuri hati sang suami.
"Ana, akhirnya kau pulang, Sayang." Tiba-tiba saja Danang memeluk Ariana. Pelukan itu terasa hangat di kulit, tapi entah mengapa tidak mampu menghangatkan hati dan jiwanya.
"Ayo, masuk! Mas tadi membuat sesuatu untukmu lho!"
"Membuat sesuatu? Apa?"
Danang tiba-tiba terkekeh, "pancake. Ayo, kita coba bersama!"
Danang membawa Ariana ke dapur. Setibanya di sana, aroma harum bercampur gosong menyeruak.
"Ini ... "
Samudera segera berlari membereskan segala kekacauannya.
"Mas masak? Emang bisa?" beo Ariana sadar kalau kekacauan itu karena aktivitas memasak sang suami.
Danang menggaruk tengkuknya, "baru mau belajar. Ternyata cukup sulit ya!"
"Makanya, kalau aku masak itu dimakan. Sekarang tahu kan gimana repotnya memasak itu."
Danang merasa tertohok. Ia memang kerap mengabaikan makanan yang Ariana masak dengan berbagai macam alasan. Sudah makan lah, tidak lapar lah, tidak berselera lah, dan masih banyak lagi.
"Maaf. Lain kali pasti Mas akan selalu memakan hasil masakanmu."
Hanya mendengar satu kalimat itu saja membuat perasaan Ariana senang. Namun, Ariana tidak mau terlalu banyak berharap. Apalagi setelah tahu kalau suaminya memiliki rahasia di dalam laptopnya.
'Ini baru satu foto. Aku yakin, masih banyak lagi rahasia di dalamnya.'
"Ya udah, aku cuci tangan dulu ya, Mas."
Ariana pun segera menuju wastafel dan mencuci tangan. Setelahnya, ia duduk di kursi dan mencoba pancake buatan suaminya.
"Bagaimana?" tanya Danang harap-harap cemas.
Ariana menatap lekat wajah suaminya "Kemanisan. Hehehe ... Tapi nggak papa, masih layak makan kok. Cuma nggak bisa sering-sering atau kalau nggak kita bisa kena diabetes." Ariana mencoba berseloroh untuk mengurai kecanggungan.
Danang pun ikut mencoba pancake buatannya. Ia lantas tertawa.
"Not bad lah. Baru pertama. Setelah mencoba lagi, pasti akan lebih enak dari ini."
Ariana menatap wajah sang suami yang sedang menyantap pancake buatannya.
'Semoga apa yang ku temukan, tidak seperti apa yang aku pikirkan, Mas. Betapa hancurnya hatiku kalau sampai benar kau mendua di belakangku.'
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
Soale kan kandungan nya emang udah lemah ditambah pula,sekarang makin stress gitu ngadepin mantannya Wira
bukannya berpikir dari kesalahan
kalou hatinya tersakiti cinta akan memudar & yg ada hanya kebencian...