~Dibuat berdasarkan cerpen horor "Anna Van de Groot by Nath_e~
Anastasia ditugaskan untuk mengevaluasi kinerja hotel di kota Yogyakarta. siapa sangka hotel baru yang rencana bakal soft launching tiga bulan lagi memiliki sejarah kelam di masa lalu. Anastasia yang memiliki indra keenam harus menghadapi teror demi teror yang merujuk ada hantu noni Belanda bernama Anna Van de Groot.
mampukah Anastasia mengatasi dendam Anna dan membuat hotel kembali nyaman?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nath_e, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dukun nyentrik
Sore harinya, Kanjeng Mami berangkat ke Jakarta diantar Adam dan juga Anastasia. Requests khusus yang mewajibkan keduanya mengantar sampai bandara. Wejangan khusus juga diberikan Kanjeng Mami untuk Anastasia terkait rencana perjodohan keduanya.
Telinga Anastasia memerah saat Adam terus menggodanya sepanjang perjalanan. Sebenarnya tujuannya satu, membuat Kanjeng Mami bahagia dan tidak terus menerus menuntut Anastasia.
“Ingat pesan Mami, Ana! Jika sampai urusan perbantuan itu nggak kelar juga … kamu, demosi tanpa peringatan!” Kanjeng Mami menatap Anastasia tajam, lalu melirik ke arah Adam.
Anastasia berdecak kesal tapi tak bisa berkata apa pun. Ia tak ingin emosi Kanjeng Mami tersulut yang bisa mengakibatkan batalnya perjalanan dan itu artinya bencana bagi Anastasia.
“Kamu juga Dam, jaga Anastasia dan ingatkan dia agar jangan sampai menarik perhatian banyak orang atau menakuti tamu hotel!”
“Siap Kanjeng Mami. Kita udah nyiapin semuanya kok. Target dalam seminggu masalah ini kelar.” Adam menyeringai jenaka membuat Kanjeng Mami akhirnya tersenyum.
“Nah begitu dong, optimis! Mami suka calon menantu begini.” suara panggilan penumpang untuk tujuan Jakarta terdengar, “ya udah Mami berangkat dulu. Nanti kalau ada hal penting konsultasi sana sama Broto. Apa yang dia bilang bagus, Mami setuju.”
Keduanya mengangguk ringan mengantar kepergian Kanjeng Mami sampai tak terlihat lagi. Anastasia mengelus dada, akhirnya bisa bernafas lega.
“Setidaknya satu masalah pergi.” Ucapnya lirih ditimpali tawa kecil Adam.
“Jadi, jam berapa tadi kamu berangkat?”
“Jam tujuh kurang sepuluh menit! Rekor terpagi selama aku pindah di Jogja. Kamu lihat ini, spam chat Mami dari jam empat subuh!”
Anastasia mengulurkan ponselnya pada Adam. Lelaki berkacamata itu geleng-geleng kepala sambil tersenyum melihat nyaris tiga puluh chat singkat dikirim Kanjeng mami.
“Niat banget Mami kirim chat, liat nih jeda waktunya bahkan ada yang kurang dari lima menit.” Adam masih memperhatikan pesan singkat di ponsel Anastasia.
“Makanya, aku buru-buru datang sebelum huru hara terjadi.”
Keduanya segera kembali ke hotel karena masih ada beberapa agenda kerja yang harus dilakukan. Sebelum tiba di hotel Adam menyempatkan untuk bertanya tentang pemanggilan paranormal.
“Maya datang jam berapa, An?”
“Selepas jam tujuh. Kalau orang yang kamu undang?” Anastasia balik bertanya.
“Nggak tau juga nih, dia belum jawab. Misal nggak jadi hari ini kemungkinan besok.”
“Semoga setelah ini semua bisa diatasi.” harap anastasia sedikit cemas.
Menjelang Maghrib, suasana di hotel mulai hening, hanya suara langkah kaki staff yang sesekali terdengar di koridor. Anastasia, sedang memeriksa laporan harian di meja resepsionis, saat dikejutkan Maya.
“Malam ibu bos, saya mau pesan kamar hotel dengan suite mewah dan view menatap kota Yogyakarta bisa?”
Mata indah Anastasia memutar saat mendengar suara manja bin cempreng khas Maya. “Hai, akhirnya kamu datang juga. Apa kabar?”
Keduanya saling melepas rindu sesaat sebelum mata Anastasia terpaku pada sosok yang segera mencuri perhatian seluruh penghuni lobi hotel. Matanya berkedip tak percaya melihat sosok lelaki dengan gaya yang jauh dari kesan seorang paranormal tradisional.
“Dia …,”
“Aah, iya! Kenalin ini Mbah Sarip, paranormal handal yang bakal bantuin semua masalah kamu di bidang perhantuan,” Jawab Maya setengah berbisik dengan mata berbinar.
Anastasia yang masih belum mempercayai apa yang dilihat didepan mata hanya bisa membulatkan mulutnya. Lelaki bernama Mbah Sarip itu benar-benar ‘memukau’ dengan kemeja merah menyala motif batik mencolok, kacamata hitam, dan topi fedora, ia membawa tongkat kayu berukir ular yang mengkilap seperti baru dipernis. Satu tangannya memegang kipas besar berbulu merak, yang ia gunakan untuk melambai-lambaikan udara seolah sedang mengusir energi negatif.
"Assalamualaikum, malam ini kita usir semua aura-aura buruk di sini, ya," ucap Mbah Sarip dengan suara berat yang menyerupai penyiar radio.
Anastasia menyeringai bingung, “sebentar dulu pak, apa nggak sebaiknya bapak berkeliling hotel untuk memastikan dulu sebelum main usir?”
Alis Anastasia naik sebelah, takjub dengan wangi menyengat serupa minyak malaikat subuh plus tingkah Mbah Sarip yang selalu berkomat kamit tak jelas.
Lelaki paruh baya itu melirik ke arah Anastasia, matanya terbelalak saat melihat wajah ayu khas Eropa. “Mbak ini yang namanya Anastasia?”
“Iya betul,”
“Luar biasa … luar biasa! Energimu menarik, nggak heran kalau banyak hantu tertarik sama mbak.” Mbah Sarip tiba-tiba saja menarik tangan Anastasia dan memegangnya erat.
“Ehm, tolong fokus dengan pekerjaan bapak disini.” Ucap Anastasia tegas, menarik tangannya dari cengkraman Mbah Sarip.
“Oh, tentu … tentu saja! Panggil saya mas!”
Kedua alis Anastasia naik, “pak!”
“Om,”
“Mbah aja kalau gitu!” Sahut Anastasia menutup obrolan tak penting itu.
“Saya suka itu, Mbah Sarip! Hahahaha,”
Kening Anastasia berkerut, ia menoleh pada Mata yang tersenyum kecut. “Kamu dapat dari mana orang ini? Bukannya aku minta orang yang handal bukan pemain lenong!” Bisik Anastasia menahan geram.
“Paranormal yang biasanya sedang honeymoon ke Turki, adanya cuma ini. Sorry,” Maya mengedipkan sebelah matanya. “Dah, pake aja dulu siapa tau cocok.”
“Heh, kamu pikir ini masalah sepele? Maya … kamu bikin aku makin stres, untung Kanjeng Mami dah pergi!”
Maya cengengesan, fokus mereka kembali pada Mbah Sarip yang mulai bertingkah. Mulutnya kembali berkomat kamit dalam bahasa Jawa yang tidak dipahami Anastasia.
“Biar Mbah yang urus. Aura tempat ini ... aduhai, penuh misteri!" katanya sembari mengeluarkan sekantong garam dari sakunya dan menaburkannya ke lantai dengan gerakan teatrikal.
Para staf yang sedang sibuk menghentikan aktivitas mereka, sebagian menatap dengan heran, sebagian lagi menahan tawa. Salah seorang tamu yang duduk di sofa, seorang bapak berkemeja safari, tanpa sadar menjatuhkan koran yang dibacanya saking terkejut melihat sosok nyentrik itu.
Beberapa tamu menonton dalam diam, sementara yang lain mulai mengerumuni, terbelalak melihat gaya Mbah Sarip yang lebih cocok disebut seorang selebriti daripada paranormal.
"Ini serius, atau sandiwara?" bisik seorang tamu pada staff di sebelahnya.
“Anu, kita sedang mengadakan aksi teatrikal. Silahkan dinikmati nggih!” Jawab satpam setelah mendapat kedipan mata dari Anastasia.
Mbah Sarip tiba-tiba berhenti, lalu menoleh perlahan ke arah lorong utama. Ia memejamkan mata sejenak, lalu berkata dengan nada dramatis.
"Di sana... ada sesuatu yang menunggu. Tapi tenang, selama ada Mbah Sarip, tidak akan ada yang berani mengganggu."
“Siapa Mbah?” Tanya Anastasia.
Mbah Sarip memejamkan mata, “heeem, ini sosoknya unik. Berbulu, tinggi besar. Sebentar, Mbah panggil dulu teman Simbah disini!”
Anastasia hanya bisa menghela nafas panjang. "Maya, ini … sangat, mengejutkan. Sebenarnya dia bisa nggak sih?” tanyanya sambil melirik ke arah Mbah Sarip yang kini sedang memukul-mukulkan tongkatnya ke lantai dengan suara keras, membuat para tamu kaget.
"Dia yang menawarkan jasa, aku pikir menarik. Lagipula, seru, kan? Tuh liat, tamu kamu aja sampai takjub!” jawab Maya sambil tersenyum lebar.
Anastasia mengumpat dalam hati, malam ini akan jadi malam panjang penuh kejadian tak terduga. Mbah Sarip berteriak lantang mengagetkan dirinya. Dengan mata terpejam ia menggerak-gerakkan jari sambil bergumam,
"Hong Wilaheng, Sabda Pandita Ratu. Geni dadi banyu, banyu dadi geni. Ing kersaning Hyang Manon.”
Tangannya tiba-tiba saja bergetar hebat, tapi kemudian mereda dengan sendirinya. Saat Mbah Sarip membuka mata ia menyalakan senter berbentuk kepala kucing sambil merapikan fedora-nya.
Mbah Sarip berbisik, menatap ke arah Anastasia. "Ini mungkin level hantunya tinggi. Tapi santai, saya masih punya jurus pamungkas."
Dia mengeluarkan sebatang lilin aromaterapi lavender. Mbah Sarip berkata dengan santai lagi.
"Hantu mana pun nggak tahan aroma lavender. Ilmu ini saya pelajari dari film barat!"
Dia menyalakan lilin aromaterapi dan melambaikan asap ke setiap sudut lobby.
Tak hanya sampai disitu, ia mengambil Tumbler bergambar Hello Kitty lalu menyemburkan air dari mulut ke segala penjuru, membuat Anastasia bergidik.
“Aku rasa namanya Mbah Sarip bin Sarap!
Bersambung …,