NovelToon NovelToon
Istriku, Dokter Pribadiku

Istriku, Dokter Pribadiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Istri ideal
Popularitas:27.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ana Al Qassam

~ Zifara Meisha Rabbah ~

" Hidup ini harus berdasarkan keyakinan bukan? bagaimana bisa aku yang seorang putri seorang Pendakwah kondang tak memakai hijab??? tidak hanya satu kali dua kali Ummi dan Abi mengingatkanku namun aku tetap merasa belum yakin akan sebuah hijab.

sehingga suatu hari Abi menjodohkanku dengan salah satu jamaahnya dari kesatuan tempat militer di mana Abi berceramah. Dari sanalah aku mengenal Ahmad Sulaiman Al Faroby. Dia mulai membuatku berubah namun dengan proses tak mudah tentunya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Al Qassam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nona Polwan

" Terima kasih untuk yang semalam dek!" seru Ahmad. Zifa yang masih tertidur itu merasa terganggu akan gerakan Ahmad yang tidur di pahanya.

" Ma..s ... Kamu sudah bangun?" tanya Zifa dengan suara seraknya.

" Sudah ... Kita bangun ya! Maafkan aku karena diriku sholat shubuh kita hilang," ucap Ahmad merasa bersalah karena kesiangan. Zifa mengangguk saja. Dia masih merasa tak nyaman di bagian bawah seperti ada yang mengganjal.

" Mas ... Nanti kita mampir apotik dulu ya! Zifa mau beli obat pereda nyeri dulu," jawab Zifa berdiri dan cara berjalannya aneh menurut Ahmad.

Apakah aku seganas itu? Semalam sepertinya sudah perlahan sekali. Kenapa masih seperti itu cara jalannya???

" Dek ... Bukannya semalam sudah pelan ya?!!!" Ahmad tidak bisa jika menutupi rasa penasarannya. Zifa menghela nafas berat.

" Mungkin benar kamu pelan di awal mas! Tapi ke belakang coba di ingat mas membuatku tak berdaya semalam. 3 kali mas ... Bayangkan!!! Sakitnya sudah minta ampun," keluh Zifa membuat Ahmad garuk - garuk kepala. Zifa pun menggeleng kepala dan masuk kamar mandi.

Ahmad turun dari ranjang menggunakan kimononya. Dia rapikan ranjang yang berantakan sekali. Matanya tak percaya akan semua itu.

" Astaga Ahmad Sulaiman kamu katakan tidak ganas!? Lalu apa ini?? Memalukan," keluh dirinya sendiri dan melipat kain putih yang ada noda darah itu.

Ahmad tak mencucinya tapi sebaliknya dia melipat kain putih itu dan memasukkan ke dalam plastik dan dia masukkan ke dalam Almarinya. Setelahnya dia rapikan segalanya tanpa menunggu istrinya selesai dari kamar mandi.

...----------------...

" Mom ... Kita kembali pagi ini! Ini hari ke empat cuti Ahmad berlaku. Jadi, Ahmad harus kembali ke rumah dinas," pamit putranya setelah acara sarapan pagi.

" Iya baiklah ... Bawalah menantuku! Jangan sakiti dia. Lihatlah kamu apakan dia jalannya sedikit aneh!" seru mama Ahmad kali ini bukan Cantika lagi. Ahmad menggelengkan kePala karena ulah mamanya.

" Huft ... Mom!" seru Ahmad. Dia yakin istrinya malu saat ini karena kejahilan Mom Rasyi. Tapi Zifa nampak tak peduli dia sedang asyik mencuci piring membantu bibi.

Tanpa banyak kata lagi Ahmad menghampiri Zifa. Sejatinya Ahmad memang jarang bicara banyak. Kakak - kakak Ahmad pun hanya menggeleng tatkala mama mereka masih saja kekanakan. Keempat kakak Ahmad mereka semua berpamitam pada adiknya. Karena inj weekand mereka ingin healing sejenak dari dunia perbisnisan.

" Dek ... Kami jalan dulu ya! Hati - hati di jalan. Kalau ada cuti jangan lupa kemari. Rumah ini selalu merindukanmu," ujar kakak tertuanya. Ahmad mengangguk dan membalas ucapan itu.

" Iya bang ... Abang juga hati - hati!" seru Ahmad.

Kali ini dia absen sengaja tak ikut berlibur karena Zifa harus istirahat. Karena Senin sudah kerja semua. Mom Rasyi memeluk Zifa penuh kasih sayang. Ahmad melihat bagaimana mom Rasyi begitu sayang pada istrinya itu.

" Sayang ... Mom berharap kamu tinggal di sini setelah menikah. Tapi lihatlah abdi negara itu bahkan dia pun tak mengizinkanmu ikut kami berlibur!" cebik mom Rasyi. Ahmad jadi menghela nafasnya. Zifa tersenyum simpul.

" Mom tenang saja ... Akan Zifa hukum anak mom nanti karena tidak mengizinkan kita libur bersama," ujar Zifa sambil memeluk mama mertuanya.

" Bagus nak! Buat dia menderita saja. Mom kesal padanya .... Selalu saja menjauh dari keluarga," manik matanya nampak berkaca - kaca. Zifa mengusap punggung mertuanya.

" Mom ... Sudah! Doakan saja mas Ahmad sehat supaya kami sering datang kemari. Janji???" ucap Zifa pada mertuanya. Mom Rasyi mengangguk dan segera pergi bersamaa yang lain.

Kepergian keluarganya membuat Ahmad Zifa pun berangkat pula ke batalyon. Dia berpamitan pada bibi penjaga rumahnya.

" Bi ... Kami pamit! Titip keluarga Ahmad. Bibi sehat - sehat di sini ya," pamit Ahmad padanya.

Dalam perjalanan Ahmad mampir ke apotik membeli pesanan istrinya. Dia juga harus segera pulang karena tiba - tiba ada panggilan darurat dari atasannya. Sesampainya di rumah dinas ...

" Dek ... Mas berangkat dulu! Tutup pintunya ... Oh, iya ini salepnya hampir lupa," Ahmad juga mengecup dahi istrinya lalu pergi. Dia sudah menggunakan seragam kebanggaannya TNI AD.

Zifa menatap punggung itu dengan bangga. Suaminya bukan tipikal menye - menye. Tapi dia juga harus berhati - hati sebab banyak perempuan yang menaruh hati pada suaminya. Tapi bukan berarti harus over protektif. Ahmad pun tidak akan suka dengan hal itu.

Saat Zifa hendak bertolak ke kamar ada suara ketuka pintu. Dia pun urung untuk istirahat. Dia membuka pintu rumah dengan pelan. Matanya menelisik ...

" Lettu sudah berangkatkah Nyonya Ahmad?" tanya seorang prajurit.

" Baru saja pergi ... Tidak berpapasan ya??" tanya Zifa balik.

Dia nampak bingung, Zifa juga heran dia tidak tahu hendak apa. Sebab tidak mungkin dia menyuruhnya masuk ke dalam sedangkan suaminya itu sedang tidak ada.

" Ada apa? Apakah ada hal penting yang di sampaikan?" tanya Zifa.

" Komandan memintanya menggantikan ke acara hari ini. Tapi ... Komandan lupa menyampaikan bahwa Lettu harus pergi bersama Nona Polwan," jawabnya ragu - ragu. Khawatir istri Lettu Ahmad tidak menyetujuinya.

" Lalu??? Ya sudah ... Biar Mas Ahmad saja yang mengambil keputusan. Bukankah dia sudah berangkat. Jangan khawatir ... Semua pasti bisa di atasi," ucap Zifa tersenyum ramah.

" Baiklah Nyonya Ahmad .... Saya permisi!" serunya sopan.

" Iya ... " jawab Zifa.

Dia berjalan ke dalam kamar sambil berfikir. Siapa nona Polwan? Biarkan saja bersama siapapun toh itu tugas untuk apa di pikirkan. Prajurit itu malah nampak khawatir dan tidak enak.

----------------

🍀🍀🍀

Di Halaman kedinasan Komandan Hasibuan ...

Ahmad tak melihat komandan tapi malah melihat putrinya. Tapi Ahmad masih berprasangka baik saja dia mendekati gadis yang berprofesi sebagai polwan itu.

" Hai ... Bang Ahmad! Bagaimana kabarnya??" tanyanya begitu akrab. Ahmad tersenyum kecil dan mengangguk kecil.

" Baik ... Mbak sendiri bagaimana?" tanya Ahmad agak basa basi.

" Baik juga. Oh iya, Bang Ahmad sudah dengar tidak jika papa memintamu mengantarku ke Perbatasan untuk patroli. Katanya masa cutimu sisa 3 hari lagi. Bisa dong ya antarkan saya!" semangatnya membuat Ahmad mengernyitkan alisnya.

" Ya ... Kenapa? Mengantar ke perbatasan untuk mendampingi mbak patroli! Karena masa cuti ... Ada yang salah di sini mbakk," ucap ahmad sedikit tidak terima kala Masa cutinya di gunakan yang bukan tugasnya.

" Salah bagaimana??" tanyanya.

" Maaf mbak ... Saya ambil cuti karena saya menikah! Bukan untuk leha - leha. Ada istri yang saya prioritaskan saat ini. Masa cuti kami hanya tersisa 3 hari ... Saya pun tak mau menguranginya. Sebab setelah ini kami akan sibuk masing - masing. Bukankah mbak seorang polisi?! Pasti banyak rekan dari kesatuan bukan??" ucap Ahmad.

Dadanya bergemuruh karena panggilan daruratnya ini sudah kelewat batas. Bukan tugasnya mengantar putra komandan. Rasanya dia ingin marah namun dia tahan emosinya sekuat baja.

" Menikah???? Dengan siapa???" tanyanya terkejut.

" Ya ... Dengan istri saya mbak," jawabnya asal.

Bagaimana komandan ini!!! Hal ini sudah merembet ke hal privasi. Kenapa putrinya bersikap demikian?? Apa pak Hasibuan tidak tahu bahwa putrinya di sini??? Aku benar - benar membuang waktu berhargaku bersama Zifa karena gadis ini. Astaga komandan Hasibuan!!!

Terkadang dalam kehidupan, kita pun dapat berbuat kebajikan pada siapapun.

Namun sebab kebajikan malah menjadi alasan keburukan.

Tak ada sanksi dalam perlakuan baik

Akan tetapi ada resiko pada setiap keburukan

Terkadang hati mampu meluruskan jalan seseorang ...

Namun pikiran dapat menghentikan segala hal yang tengah berjalan sesuai naluri.

" Saya pergi dulu mbak ...?! Saya tidak bisa mendampingi ... Saya akan telpon Komandan saat sampai di kantor! Permisi ... " ujar Ahmad dan pergi begitu saja meninggalkan nona polwan sendiri.

Nona Kartika Dewi Hasibuan

To Be Continue.

1
Mulianti Mulianti
ular tambah 1 lagi 😄
Dia Amalia
ada walang sangit nambah daftar kawa mafaza🤣😂😂😂
nadya insan
lanjut kak cerita nya
nadya insan
lanjut kak
Ana Al Qassam: terima kasih sudah mampir kak
total 1 replies
Mulianti Mulianti
gol
Ana Al Qassam: /Chuckle/
total 1 replies
Mika Saja
nenek SM ibu Sam aja ngajarin cucunya biar ambisi jd kaya
Dia Amalia
akhirnya mas Ahmad gool 😂🤣😂😂
Ana Al Qassam: /Grin/
total 1 replies
Dia Amalia
haiii yg yaa mafaza gila mau jd kaya 🤣😂🤣
Dia Amalia
hah itu lh penyakit hati ya gk diberkah Allah mafazaaaaaa gk bisa dipeksoooo😂🤣😂🤣
Sutila Dewi
Biasa
Sutila Dewi
Buruk
Mika Saja
mafaza racun.....harus cepat2 dibasmi ini
Mulianti Mulianti
so sweet
Mulianti Mulianti
dendam amat bu 😄😄😄
Dia Amalia
aaahhh mas Ahmad mau belah duren 🤣😂😂
🌜💖Wanda💕🌛
Luar biasa/Heart//Good//Good//Good/.,... Lanjut....
....
Ana Al Qassam: makasih kak bintangnya/Drool/
total 1 replies
Mika Saja
masih menyelami hati 2 anak manusia ini
Dia Amalia
weeehhh dalam banget mas Ahmad perasaanmu ke adek zifa 😘😘😘😘
Dia Amalia
widiiihh bucin akut mah pastinya 😘😘😂🤣
Mulianti Mulianti
hemmmmm manisssss
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!