"Manusia tidak dapat dikalahkan selama ia masih percaya kepada dirinya sendiri"
Arya masih benar-benar tak percaya jika ia harus terseret ke dalam dunia berandal. Ia hanya ingin menjalankan kehidupannya dengan tenang dan damai di kota barunya.
Suatu hari ia mendapat masalah dengan salah satu pentolan Geng "Mandala" yang terkenal di sekolahnya. Namun karena bantuan dari seseorang, ia berhasil mengatasi pentolan Mandala yang mengakibatkan ia malah menjadi buronan kelompok-kelompok yang lebih besar. Lagi-lagi orang tersebut membantunya mengatasi gangster tersebut, merasa berhutang budi, ia akhirnya mengemban misi balas budi pada pemuda yang menolongnya membereskan permasalahan berandal di kota dan mengasah ilmu bela dirinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryuu Ajaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11 : Secercah Harapan
..."Dia... dia kan anggota Mandala, kenapa anda membawanya kemari??" Novan terbelalak heran....
... Bagaimana bisa seorang Leon membawa salah satu musuhnya ke kumpulan tersebut....
...Rey mencoba bangkit dari posisi tidurnya, Leon segera membantu Rey yang tengah bersusah payah untuk duduk....
...Melihat kondisinya, terbesit rasa iba di hati Novan. Bagaimanapun Rey harus tetap ditolong walaupun ia berada di pihak lawan....
...Novan membawa ranselnya menghampiri Rey yang tengah terduduk. Ia mengeluarkan beberapa obat dari kotak p3k di ranselnya....
..."Kau membawa kotak P3K. Astaga kau ini seperti dokter dadakan" Cetus Ian yang tiba-tiba ikut nimbrung....
..."Membawa kotak P3K kemanapun itu sangat penting, jadi wajar sih menurutku" Ryan menyusul Damian yang kini duduk disamping Leon....
...Alfian, Melvin, Dan Kevin kini juga ikut berkumpul untuk melihat kondisi Rey....
..."Apa luka-luka Rey parah??" Ariz mengamati luka lebam di tubuh Ryan....
...Novan kembali dilanda kebingungan. Kenapa Ariz terlihat peduli padanya, bukan hanya Ariz, semuanya. Bahkan Leon yang tadi menghajarnya tanpa ampun, turut membantunya untuk sekedar duduk...
..."Salahin pimpinannya tuh, udah dikasih tau bo'ongan aja eh dipukulin beneran" Sindir Ian....
..."Aku hanya tidak ingin mereka mencurigai Rey. Dialah satu-satunya mata-mata yang menyusup di Shouten" Timpal Leon....
..."Aku tidak apa komandan Damian... aku tahu ketua belum menggunakan seluruh tenaganya" Sahut Reynhard....
..."Tunggu.... ketua?? mata-mata?? hajar boongan?? apakah Reynhard adalah kaki tangan bang Leon??" Gumam Novan mencerna apa yang sedang terjadi....
...Novan terus mengikat perban di lengan dan luka yang Rey derita, sembari memikirkan siapakah Rey yang sebenarnya....
..."Emm.... Sudah, jangan dipakai untuk bergerak secara intens ya" Novan membereskan kotak obat miliknya....
..."Iya, terimakasih atas bantuannya" Rey menampilkan senyum di bibirnya....
..."Maafkan aku Rey, aku terlalu keras tadi. kondisi seperti ini, tak memungkinkan untuk kau pulang. Sementara menginaplah di Houshen" Ajak Leon....
..."Bagaimana kalau dirumahku saja, sepi gak ada orang kok" Damian menawarkan diri....
..."Ide bagus, kami akan menemanimu dirumah Ian. Lagipula besok kan hari sabtu" Imbuh Ryan....
..."Benar tak apa?? Ketua??" Reynhard tampak sungkan....
..."Lantas bagaimana dengan misi saya memata-matai Mandala??" Tambah Reynhard....
..."Untuk memata-matai bisa lusa. Sekarang yang terpenting kau pulih terlebih dahulu" Jelas Leon....
..."Lagipula usai melakukan serangan gagal ini, mustahil mereka akan kembali melakukan serangan dalam waktu dekat"...
..."Ba... baiklah Ketua, terimakasih" Rey tampak tersipu...
..."Tak apa, sudah lama kau tak menginap di Houshen kan"...
...****************...
...Brumm!!...
...Suara motor memotong jalanan Houshen yang sepi. Di waktu yang seperti inilah para berandal atau begal akan memulai aktivitasnya....
...Leon terus memacu kecepatannya, sementara Ian terus berpegangan pada jaket Leon. Baru saja ia menghantarkan Novan yang babak belur pulang kerumah....
..."Apa kau yakin mereka tidak akan menyerang lagi??" Bisik Damian....
..."Aku yakin tidak, angkatan perang mereka sudah hancur akibat peristiwa tadi. Menyusun kembali tentu saja akan menambah waktu" Sahut Leon yang tengah fokus mengendalikan motornya....
..." Tetapi firasatku berkata lain, Leon" Ian yang biasanya tenang nampak terlihat cemas....
..."Tak perlu khawatir Ian, selama kita berempat masih berdiri bersama, tak ada kekuatan yang bisa menghancurkan kita"...
...****************...
...Novan merebahkan dirinya di sofa ruang tamu, dengan nafas tersengal-sengal ia mengingat peristiwa mencekam tadi siang....
...Novan sengaja tak menceritakan peristiwa tadi pada adik dan neneknya, agar mereka tidak khawatir dengan apa yang sudah terjadi padanya....
..."Akhh...." Rintih Novan...
..."Jadi ini ya... yang dirasakan Adit dan Arya" Ia mengelus perut dan dadanya yang kembali nyeri....
..."Bedanya, mereka tetap berusaha melawan. Berbanding terbalik sekali denganku yang hanya pasrah menunggu" Gumam Novan....
..."Benar kata Adit tadi siang, Mandala juga sudah mengincar kami berempat... Aku harus melatih kemampuan bertarungku... Hmm" Novan tertengadah, berpikir langkah apa yang akan ia lalui selanjutnya....
...pelatihan beladiri seperti taekwondo dan karate sangatlah jarang di kotanya. Sehingga untuk berlatih tentu saja akan sulit karena sarana dan prasarananya tidak mendukung....
...Ia mengusap wajahnya, menghela nafas dengan berat. Ia memandangi figura yang terpasang di sudut dinding ruangan tersebut. Mengabsennya dengan teliti....
..."Kungfu"...
...Pandangannya terhenti di sebuah figura usang yang dipenuhi oleh debu. Di gambarnya terlihat seseorang tengah memperagakan pasang seperti kungfu, dengan mawar merah mekar dibawahnya....
..."Sial tulisannya tidak jelas begini, nanti akan ku tanyakan pada ayah saja" Gumam Novan....
...Melihat gerak pasang tersebut, terlintas di pikirannya, seseorang yang pernah memperagakannya didepan wajahnya langsung....
..."Tunggu.... gerakan ini, sepertinya...."...
..."Bang Ian??"...
...Note : Ilustrasi foto dinding...
...****************...
...Sebuah kendaraan roda dua berhenti tepat di depan rumah dengan gerbang besi, terlihat seorang pria paruh baya membukakan gerbangnya dan menyambut pemotor tersebut dengan senyuman....
...Si pemotor melenggang masuk meninggalkan sang satpam yang masih berdiri di tempat....
... Ia terus mengendalikan kendaraannya menuju sebuah ruangan luas dengan beberapa motor dan mobil yang sudah terparkir....
..."Akhirnya sampai juga" Ucap sang pembonceng sembari melepas helm di kepalanya....
..."Rumah Novan jauh banget ternyata, 30 menitan lebih" Sahut rekannya yang mengemudikan....
..."Ahh kamunya aja yang nyetirnya lelet, Leon" Cerocosnya....
..."Dih, namanya naik motor ya harus dinikmatin pelan-pelan. Jangan langsung ngeng!! gituu" Tukas Leon yang mengemudikan....
..."Btw masuk yuk, papa ama mamaku lagi keluar" Ajak Damian....
...Mereka meninggalkan parkiran yang penuh dengan kendaraan koleksi papa Ian. menjajaki rumah tersebut yang memang sangat besar dan luas....
...kriett!!!......
...Pintu jati khas jepara tersebut dibuka pelan-pelan, nampak dua orang pemuda menyelonong masuk dan segera duduk berkumpul dengan kawan-kawannya....
..."Lama amat" Ariz mengunyah makanan yang dihidangkan....
..."Salahin Leon tuh, bawa motor lelet" Ian memposisikan dirinya senyaman mungkin....
..."Rey??, bagaimana kondisi Rey??" Leon terlihat khawatir pada Rey....
...Reynhard terbaring diatas kasur milik Ian. Ia tengah beristirahat usai dibuatkan minuman herbal oleh Maudy....
..."Dia pasti akan segera sembuh, ketahanan tubuhnya sangat bagus" jawab Ryan....
...Leon dapat bernafas lega, mau bagaimanapun juga, ada rasa bersalah pada dirinya karena terlalu bertenaga saat menghajar Rey....
..."Ini semua salahku" Ia tertunduk lesu....
..."Bukan... bukan salahmu, bukankah rencana awalnya memang seperti itu" Hibur Ryan....
..."Jika kau tidak menghajarnya, padahal anggota-anggota lain sudah babak belur, pasti dia akan dicurigai oleh orang-orang Mandala" Jelasnya....
..."Penyamarannya akan gagal, dan bahkan bisa saja keselamatannya bisa terancam. Jangan menyalahkan dirimu Leon" Tukas Ryan, Leon hanya membalasnya dengan senyum kecil....
..."Ayolahh, jangan sedih gitu. Ingat, hari ini kita sudah mendapat kemenangan kecil melawan mandala" Ian merangkul Ryan dan Leon....
..."Dan dilain hari, kita akan mendapat kemenangan yang lebih besar dengan menghancurkannya" Ariz ikutan merangkul Leon....
..."Yaa!!" Seru Ian dan Ryan dengan penuh semangat....
...Senyum terukir di wajah Leon. Ia bersyukur masih ada kawan-kawannya yang menyokongnya dan memberi dorongan padanya....
...Secercah harapan yang ia usung bersama teman-teman dan orang terdekatnya. Yaitu membebaskan predikat kota berandal dari Shouran....
...Dan ini semua ia mulai disini, di Houshen tempat tinggalnya....
..."Sejarah yang baru akan kami ukir kembali, perjalanan baru saja dimulai"...
...****************...
...Note : Shouten terkenal akan industri manufaktur terbesar se kota Shouran. Sehingga kota tersebut menyediakan lapangan pekerjaan yang luas bagi masyarakat....
...Cahaya lampu jalanan menyorot dengan jelas jalanan dan apapun yang berada di kawasan tersebut....
...Tak ada siapapun yang berlalu lalang, hiruk pikuk masyarakat sirna bersama perginya sang surya, yang ada hanyalah kesunyian yang terbawa oleh malam yang kelam...
...Shouten memang terkenal rawan akan aksi premanisme. Bukan hanya sekali dua kali, hampir setiap minggu mereka melakukan aksi bejatnya. Keburukan Shouten seakan sudah menjadi rahasia umum....
...Di sebuah proyek pembangunan terbengkalai, berjajar puluhan motor dengan berbagai macam bentuk. Berbanding terbalik dengan suasana sekitar, di dalam bangunan nampak dipenuhi oleh para berandal Mandala....
...Berbagai macam aksi maksiat mereka lakukan didalam. Perjudian dan pesta miras mereka lakukan tanpa takut dengan yang namanya agama. Mereka bebas melakukannya dengan penuh kesadaran....
...Di ruangan yang lebih dalam, terduduk kurang lebih 30 orang. Mereka semua bersimpuh di hadapan salah seorang berandal berbadan kekar, yang tak lain adalah Yudha, ketua Mandala....
... Sementara di sekelilingnya beberapa orang yang mungkin adalah pengawal sang pemimpin....
...Wajah mereka penuh luka lebam dan bekas pukulan. Raut wajah mereka juga menggambarkan ketakutan yang teramat sangat....
..."Arga... Bagaimana bisa Kapten divisi cadangan bisa dikalahkan... hanya oleh lima orang??" Yudha tampak geram....
..."Maafkan saya ketua, saya terlalu meremehkan mereka" Arga tertunduk menahan rasa malu....
..."Hanya maaf yang bisa kau ucapkan hah!!" Hardik Yudha....
...Wajah para gangster tersebut semakin ketakutan mendengar gertakan dari pimpinan mereka. Yudha bangkit dari duduknya, dan berjalan memutar mengelilingi mereka semua....
...Titt!!!......
...Sebuah panggilan masuk dari orang tak dikenal pada Yudha. Ia memberhentikan aktivitasnya dan menyempatkan diri menerima panggilan tersebut....
...Panggilan tersebut rupanya berasal dari Reynhard yang memang ditugasi khusus olehnya untuk mengawasi kelompok B dan mantan anggota Libas yang diberi arahan men sweeping area Houshen....
......................
..."Tenang saja ketua, walaupun harus dibayar dengan babak belurnya pasukan cadangan, Namun impas dengan terkuaknya kemampuan empat pilar Houshen dan siapa saja yang berafiliasi dengannya" Jelas Reynhard panjang lebar, Yudha tak tahu jika Rey hanya bersandiwara....
......................
...Yudha terkekeh puas mendengar penjelasan dari Rey. Amarahnya yang sudah melambung berubah menjadi kebahagiaan yang tiada tara....
..."Dengan ini, empat pilar Houshen akan dengan mudah dikalahkan" Gumam yudha...
...Ia berbalik menghampiri Arga dan anak buahnya yang semakin gemetaran. Seringai penuh kekejaman terpancar di wajahnya....
..."Bwahaha!!... Bagus Arga, bagus" Puji Yudha pada mereka....
...Arga tercekat mendengar penuturan Yudha. Perubahan drastis dari reaksinya terhadap kekalahan kelompok Arga membuat ia dan bawahannya terperangah....
...Namun ia bersyukur karena pemimpin mereka yang kejam itu tidak jadi mengamuknya. Malahan memujinya dan senang akan kinerjanya....
..."Dengan ini, anjing-anjing Houshen itu akan dapat dihancurkan dengan mudah" Gumam Yudha....
..."Kalian semua, ini adalah salah satu kunci dari kemenangan Mandala. Dengan ini identitas dan kemampuan empat pilar sudah terkantongi" Seru Yudha....
..."Kita harus merayakannya dengan bersenang-senang!!"...
...Para berandal yang tertunduk tersebut bersorak keluar untuk ikut merayakan kemenangannya. Yudha menyeringai penuh kelicikan, ia menepuk pundak Arga yang juga sedang berdiri membelakanginya....
..."Haha, seperti dugaanku. Kau memang ahli dalam memancing cacing cacing itu untuk keluar dari sarang. Untuk rencana selanjutnya kita akan lakukan rapat pada hari senin" Yudha melangkah melewati Arga yang masih diam terpaku di tempat....
...Arga menatapnya datar, hatinya seakan terkoyak, karena merasa dipermainkan oleh Yudha....
..."Jadi dia hanya memanfaatkanku untuk mengorek keahlian empat pilar??"...
..."Sialan!! Kuharap kau merasakan apa yang kurasakan!! Keparat...."...
...----------------...