Warm Time With You
(Hangatnya Bersama mu)
....
Kalau penasaran dengan ceritanya langsung aja baca yaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Udumbara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5
"Baju yang seperti apa? Kalau bagian atasnya terlalu terbuka saya tidak mau, Bu," ujar Amanda lemah lembut.
Ibu pemilik butik ternama itu tersenyum. la tahu kalau Amanda tipe model yang tidak ingin bagian dadanya terlihat.
"Saya sudah mengeluarkan pakaian terbaru yang sederhana dan cocok dibawa santai." ja menunjukkan model bajunya pada Amanda.
Amanda menatap layar iPad tersebut dan ia manggut-manggut. "Kenapa membuat model baru? Biasanya anda cuma buat pakaian dress, 'kan?"
"Mencoba hal baru," jawab wanita yang berumur sudah 45 tahun itu.
"Pasti akan laku, pakaian buatan mu selalu bagus dan enak dipakai." puji Amanda jujur.
"Pasti laku, apalagi kamu modelnya." wanita itu tersenyum, "Kira-kira kapan mulai pemotretannya?" tanyanya. Amanda melirik managernya itu untuk mengetahui jadwalnya.
Bella yang paham langsung memeriksa jadwal dari Amanda. "Nona besok hanya ada jadwal pemotretan sekali saat pagi hari. Jadi, kalau nona ingin segera beres, bisa lakukan pemotretan siang hari atau sore hari." pungkasnya memberitahu.
"Hari lain bisa? Besok aku ingin berada di rumah saja. Tidak apa 'kan, Bu?" tanya Amanda beralih menatap wanita itu.
Besok ia harus bertemu dengan kurir paket itu dan menawarkan diri untuk merawat bayi dari kurir tersebut.
Wanita itu mengangguk pelan. "Tidak masalah, saya juga harus menyelesaikan stok pembuatannya." ujarnya.
Amanda tersenyum lebar. "Terimakasih pengertiannya, Bu. Senang bekerjasama denganmu," ia mengulurkan tangannya.
Wanita itu menerima uluran tangan dari Amanda. Mereka saling bersalaman dan mengakhiri pertemuannya.
"Kalau begitu saya langsung pulang," imbuh wanita itu.
"Silakan, Bu. Hati-hati," ramah Amanda.
Wanita itu tersenyum karena menyukai sifat ramah dari Amanda. "Andai anakku tidak hilang, mungkin aku akan menjodohkannya dengan Amanda." batinnya tersenyum hambar.
la seorang janda, ia dicerai oleh suaminya karena lalai menjaga anak mereka yang baru lahir satu bulan. Anaknya diculik dan tidak tahu entah dimana keberadaan anak laki-lakinya. Ia menjalani masa tua hanya dengan menyibukkan diri pada butik yang ia bangun sendiri.
Amanda tersenyum ramah saat pemilik butik itu terus memandangnya walaupun sedang berjalan pergi. "Jam berapa sekarang, Bella?" tanyanya.
"Jam 12,"
"Berarti masih ada waktu buat pemotretan sore hari, bukan?"
"Benar, Nona."
Amanda tersenyum senang dan berdiri. "Kita akan ke rumah temanku sebentar,"
la jarang sekali bertemu temannya yang disini karena kesibukannya dalam mengurus pekerjaannya. Padahal jika ia ingin santai tanpa bekerja bisa, tapi menjadi model adalah impiannya sejak kecil.
Amanda memakai kacamatanya. "Ayo.." ajaknya.
Bella mengangguk dan mengikuti majikan nya itu. Sesampainya diparkiran, ia membukakan pintu mobil untuk sang majikan.
Amanda memasang earphone-nya dan mendengarkan musik kesukaannya sambil menunggu perjalanan tiba.
"Enak banget gini," gumam Amanda dengan mata yang terpejam itu.
Tok.. Tok..
Amanda membuka matanya kala mendengar suara kaca mobilnya diketuk oleh seseorang.
"Nona tidur saja, biar saya yang memberinya uang." ucap Bella yang tidak enak karena tidur majikannya terganggu hanya karena pengemis lampu merah.
Amanda menggeleng dan melepaskan earphone-nya. "Biar aku saja,"
Amanda menurunkan kaca mobilnya dan tersenyum manis pada pengemis kecil tersebut. la mengeluarkan dua lembar uang berwarna merah dan memberikannya pada anak kecil tersebut.
"Makan yang kenyang, De," ucap Amanda begitu mulia hatinya.
"Terimakasih kakak cantik." kata pengemis kecil itu.
Amanda mengangguk dan melihat kepergian pengemis tersebut. Lalu, matanya bergerak cepat menatap bayi yang tengah menangis.
"Kurir itu," gumam Amanda senang bertemu kurir paket tersebut. Namun, senyumnya luntur karena kasihan melihat bayi kurir itu menangis.
"Apa dia kepanasan? siang ini begitu panas."
"Nona, ada apa?" tanya Bella yang tidak sengaja mendengar majikannya itu bergumam.
Amanda menyuruh sopir nya untuk mengikuti kurir paket yang menggendong anak nya itu.
"Baik, Non." sopir itu memperhatikan kemana arah tuju dari kurir paket tersebut.
Aditya mengendarai motornya sedikit lebih cepat karena ia tahu anaknya sudah kehausan dan kepanasan. la mencari taman terdekat untuk singgah dan makan siang.
Aditya membelokkan motornya menuju taman umum dan tempat biasanya ia beristirahat untuk makan siang.
"Kita istirahat, Sayang." Amanda segera menurunkan standar motornya dan mengambil tas kecil yang berisi bekalnya dan susu anaknya.
la berjalan menuju pohon besar yang dibawahnya aman dari panasnya matahari. Sesampainya di pohon besar itu, ia melepaskan pengait gendongan anaknya dan mendudukkan sang putra.
"Astaga,," Aditya menatap tas kecil itu dengan perasaan kecewa. la lupa membawa dot anaknya dan hanya ada bekal makan siangnya didalam tas kecil tersebut.
"Nen," ujar Zyan yang ikut melihat kedalam tas kecil itu.
Ingin rasanya Aditya menangis karena melupakan susu anaknya. la mengangkat Zyan ke pangkuannya dan memeluk sayang sang anak.
"Maafin ayah, Sayang. Kita akan pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli susu baru, ya? Tidak akan ayah biarkan kamu kehausan." saat ia hendak bangun dari duduknya, tiba-tiba ada yang menyodorkannya botol yang berisi susu.
"Anakmu pasti memerlukan ini, 'kan? Ambillah, ini aman."
Aditya mendongak menatap seseorang yang memberikan anaknya susu tersebut. Lidahnya seakan kelu untuk berbicara. Bagaimana tidak? Model cantik yang biasa ia lihat di majalah dan ponsel tersebut sekarang berada di depannya.
Amanda tersenyum manis dan kembali menyodorkan botol tersebut. "Ambillah, kasian anakmu." titahnya.
Dengan pelan Aditya meraih botol tersebut. "T-terimakasih," ucapnya terbata karena kagum.
Amanda tersenyum dan saat dirinya hendak duduk, tiba-tiba Aditya bersuara.
"Eh, kotor. Bentar," Aditya mendudukkan anaknya kembali dan melepaskan jaketnya. la meletakkan jaket itu diatas rumput untuk Amanda duduki agar baju model cantik itu tidak kotor.
"Silakan duduk, Nona." pungkas Aditya setelah selesai meletakkan jaketnya.
Amanda tersenyum haru karena perlakuan Aditya sungguh manis. "Terimakasih," ucapnya seraya duduk.
Aditya hanya mengangguk dan kembali memangku anaknya. Ia menatap bingung pada botol berisi susu murni itu.
"Kenapa?" tanya Amanda ikut bingung.
"Saya tidak membawa botol dotnya, Nona. Kalau anak saya minum sendiri pake botol ini maka susunya akan tumpah,"
Amanda mengangguk paham. "Biar aku yang kasih. Kamu makanlah," ia mengulurkan tangannya meminta Zyan.
Aditya menatap tak enak pada Amanda. "Tidak perlu, Nona. Biar saya kasih susu Zyan dulu, baru saya makan."
"Tidak apa-apa. Kamu makan aja, nanti nganter paket lagi, bukan?"
Aditya mengangguk pelan. Tangannya pun tergerak menyerahkan sang anak pada model cantik itu.
Amanda menyambut bayi itu dengan senang hati. "Hai baby," sapanya gemes.
"Mamaaaaa," celoteh Zyan tersenyum menatap Amanda.
Amanda terkekeh karena bayi yang ingin ia rawat itu langsung memanggilnya dengan sebutan 'mama'.
"Maaf, Nona. Mungkin dia masih merindukan ibunya," seru Aditya semakin tidak enak dengan model itu.
"Santai aja. Kamu makanlah," sudah ke berapa kalinya Amanda menyuruh Aditya untuk makan.
Aditya menatap bekalnya dan menganggukkan kepalanya. la izin untuk makan didepan Amanda.
"Ah, anak ini benar-benar lucu." batin Amanda yang langsung menyukai bayi yang baru berumur satu tahun itu.
Amanda memangku Zyan dengan benar dan mulai memberikan susunya.
"Kamu kehausan, Sayang?" Amanda terkekeh karena Zyan minum dengan lahap.
Aditya melirik Amanda singkat. la tersebut tipis karena gadis itu menyukai sang anak. la melanjutkan makannya dengan tenang.
"Nen..,"
"Eh?"
Amanda dan Aditya saling tatap. Mereka sama-sama tersenyum canggung karena Zyan malah menepuk-nepuk payudaranya Amanda dan ingin nenen secara langsung.
"Nen,,," ujar Zyan menatap Amanda.
Aditya bergegas minum dan mengakhiri makan siangnya. la mengambil sang putra dan meminta maaf pada Amanda.
"Maaf, Nona," ucap Aditya yang malu.
"Nen....," Zyan malah menangis karena dirinya dijauhkan dari Amanda. Yang namanya anak kecil, ia tahu rasanya susu asli dan susu formula. Untuk itu ia meminta menyusu secara langsung pada Amanda.
Amanda mengatur napasnya agar tidak canggung lagi. "Tidak masalah. Oh iya, bagaimana kalau aku merawat anakmu saat siang hari?" ia memberi tawaran pada Aditya.
"Mengadopsinya?" tanya Aditya yang tidak mungkin memberikan harta berharganya pada orang lain. Meskipun ia kekurangan uang hingga tidak bisa makan, ia tidak akan memberikan anaknya pada orang lain.
Amanda menggeleng pelan. "Bukan, aku akan merawatnya saat kamu bekerja saja. Bukankah kasihan anakmu harus ikut bekerja denganmu dan panas-panasan seperti ini?"
Aditya tidak langsung menjawab, ia menatap sang anak yang masih menangis menginginkan Amanda. la memang percaya dengan Amanda, tapi...
"Apa tidak merepotkan mu, Nona? Kamu juga bekerja di siang hari,"
"Tidak masalah dengan pekerjaanku. Setidaknya dia tidak kepanasan," Amanda hanya diam sambil menimang anaknya agar tidak menangis lagi. la masih ragu karena takut merepotkan gadis didepannya itu.
Amanda tersenyum karena paham dengan diamnya Aditya. la mengeluarkan satu botol berisi susu lagi dari tasnya dan memberikannya pada Aditya.
"Ambillah, aku akan pergi." pungkas Amanda, "Oh iya, aku beri waktu kamu berpikir sampai besok pagi. Jika kamu setuju, datanglah ke alamatku ini." ia memberikan kartu namanya pada Aditya yang di sana sudah terdapat alamat lengkap kediamannya.
"Terimakasih banyak, Nona." Aditya menerima kartu nama itu.
Amanda mengangguk dan sebelum ia pergi, ia mengusap kepala Zyan terlebih dahulu. "Jangan nangis, Zyan. Besok kita akan bertemu kembali," pungkasnya dan langsung pergi.
Aditya menatap kepergian Amanda dan ia menatap kartu nama itu. "Alamat ini?" gumamnya yang seperti mengenali alamat tersebut.
🌸🌸🌸🌸🌸