Cerai setelah menikah sehari karena dikhianati, membuat Juwita sang janda kembang perawan sangat membenci pria. Untuk kedua kalinya dia kecewa akan cinta dan merasa dirinya bisa hidup tanpa lelaki.
Namun yang aneh, wanita selingkuhan mantan suaminya itu adalah wanita yang sama seranjang dengan mantan kekasihnya? Apakah kisah cinta pertamanya yang berakhir 3 tahun lalu adalah ulah seseorang? Namun meskipun tebakan Juwita benar, ia enggan untuk kembali ke cinta pertamanya karena sudah terkenal playboy dan pemain wanita sejak putus dengannya. Lagian juga Juwita GENGSI untuk kembali pada mantannya itu! Makan tuh GENGSI bikin MENDERITA sendiri 🤪
Sedangkan, bagi mantan kekasih yang juga merasa cintanya hancur saat Juwita tak mempercayainya 3 tahun lalu apalagi sampai ditinggal nikah, Bagas memilih untuk tidak mempercayai wanita manapun. Merasa dibuang padahal dijebak, membuat Bagas ogah kembali bersama Juwita.
Padahal 3 tahun lalu, Juwita dan Bagas adalah COUPLE GOALS!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariRani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KOMPENSASI
Setahun berlalu, mungkin 95% pembisnis di ibukota sudah tau status Juwita Pesona Anggara adalah janda. Tapi mereka tidak tau jika Juwita masih perawan atau segelnya belum lepas. Mungkin hanya tebak tebakan dari beberapa orang saja yang mengira seperti itu karena Juwita minta cerai di malam pertama pernikahan saat memergoki suaminya berselingkuh.
Bagi Juwita saat ini gosip gosip yang masih beredar di media tentangnya, tidak berarti apapun. Fokusnya saat ini hanya untuk perusahaan Anggara. Apalagi 3 bulan lalu Bima sudah menyerahkan tongkat estafet direktur perusahaan ditangan putrinya karena Bima ingin menikmati masa pensiun bersama Sona, sang istri.
Namun Salim membantu bekerja di perusahaan sebagai karyawan magang karena masih berusaha menyelesaikan skripsinya.
Tidak beda dengan Bagas yang kini semakin melebarkan sayap Lungara Otomotif yang membuka cabang kantor baru di Singapura. Lebih dekat jika kembali ke Jakarta dari pada Australia. Dan sejak pembangunan cabang pabrik otomotif di Singapura, Bagas sudah tinggal disana.
Cabang Australia sudah digantikan oleh seniornya sekaligus teman dari Deni yang sudah expert di bidang perakitan kendaraan bermotor.
Namun Bagas sudah berhasil mengabaikan berita atau kabar tentang Juwita. Entah karena kesibukannya hingga tak sempat memikirkan galaunya. Tapi main wanita untuk mencari kepuasan tetap ia lakukan.
Namanya juga pria dewasa, kalau belum nemu pawangnya suka liar 🤣
Ternyata hubungan Bagas dan Juwita, sangat berbeda dengan orang tuanya yang kini sudah berbaikan.
Bima, ayah Juwita, setelah pensiun entah kenapa ingin menemui Deni, papi Bagas, untuk meminta maaf atas perbuatannya yang tidak bermoral dan telah menyakiti Bagas secara fisik tanpa mau mendengar penjelasan.
Selama ini, Bima dan Deni apalagi perusahaan mereka tidak pernah bertemu secara sengaja sejak insiden Bagas dibikin babak belur di depan rumah Anggara.
Deni yang saat itu sangat marah karena melihat putra pewarisnya pulang dalam keadaan babak belur berniat akan mendatangi Bima namun dihadang oleh Bagas dan Weni, sang istri.
Akhirnya Deni pun berusaha lebih bijaksana tidak ikut urusan anaknya, namun bertekad tidak ingin berhubungan lagi dengan keluarga Anggara.
Namun, 3 bulan lalu setelah acara resmi menjadikan Juwita direktur perusahaan Anggara. Tanpa siapapun yang tau selain supirnya, Bima dengan tekad kuat meminta maaf kepada Deni bertemu di sebuah cafe. Untungnya saja Deni mau bertemu, karena selama ini ia menunggu Bima sadar diri dan meminta maaf kepadanya.
"Selamat sore, Den" sapa Bima agak canggung saat Deni baru berjalan menghampirinya dengan pakaian formal pulang kerja.
"Sore. Langsung aja apa yang ingin kamu katakan" sahut Deni sinis setelah duduk didepan Bima.
"Hmmm, maafkan aku yang baru mengajakmu bertemu sebagai seorang ayah dan pria tua. Maafkan aku, Den, karena telah menyakiti putramu tanpa mendengar alasannya waktu itu. Maafkan aku, karena aku telah salah ikut campur hubungan anak anak kita waktu itu" ucap Bima dengan wajah sendu dan penuh penyesalan.
Deni menatap tajam Bima.
"Akhirnya" batinnya.
"Terus kalau kamu minta maaf bisa ngembaliin Bagas seperti semula hah? Dia menjadi suka gonta ganti cewek karena merasa kepercayaannya dah hancur. Cewek gak bisa dipercaya. Juwita bener bener nyakiti dia yang dijebak entah sama siapa. Ditambah kamu sebagai ayah tidak bijaksana dalam menanggapi permasalahan putrimu" sahut Deni mengawali untuk mencurahkan hatinya.
"Iya aku tau aku salah. Aku salah, Den. Maka dari itu maafkan aku" ucap Bima lagi.
Deni pun menghela nafas panjang. Permintaan maaf yang ingin dia dengarkan sejak insiden anaknya dibikin babak belur akhirnya terpenuhi.
"Yaudah belikan aku kopi, terus makanan, dan air putih sekarang" minta Deni sambil menatap Bima dengan senyuman tipis.
Seketika Bima tersenyum bahagia.
"Kamu maafin aku kan, Den?" tanya Bima memastikan.
"Minta maaf aja butuh waktu 4 tahun lebih dan pas banget udah pensiun minta maafnya" sindir Deni.
"Karena aku malu sebenarnya, kalau udah pensiun begini kamu pasti kasihan kan sama aku, jadi yaa aku mintaa maafnya pas hari ini aku pensiun dan jadi pengangguran tapi tetep kaya raya haha" sahut Bima yang sudah mulai bercanda karena Deni memberikan respon yang sama.
"Pinter banget kamu tuh. Aku gak bisa minta kompensasi karena anakku masuk rumah sakit waktu itu ke kamu sekarang. Masa tega aku morotin pensiunan" sarkasme Deni tapi dengan candaan.
"Kan aku bilang, aku pengangguran tapi kaya raya. Bisalah kalau kamu masih nuntut kompensasi buat Bagas sekarang" ujar Bima.
"Hahaha, beliin aku yang kuminta tadi, aku udah laper. Habis makan baru aku sampein kompensasi yang kuinginkan sebenarnya" ucap Deni.
"Oke. Aku panggilin waitersnya dulu" sahut Bima lalu dengan isyarat tangannya, waiters pun datang.
Mereka berdua, memesan makanan dan minuman. Selera bapak bapak pembisnis kaya memang sama ternyata, tetep lokalan nasi goreng. Cuma beda di minumannya saja.
Sambil menunggu pesanan datang. Deni dan Bima kembali seperti mereka masih muda, bercakap dan berbincang masalah bapak bapak.
Tapi entah kenapa mereka berdua masih enggan membahas keadaan anak pertama mereka.
Setelah menunggu sekitar 15 menit, pesanan datang dan mereka menikmatinya.
Eh ternyata Deni ingin nambah nasi goreng dan Bima pun tidak mau kalah, jadi mereka makan 2 porsi nasi goreng untuk masing masing.
Setelah kenyang dan sedikit memberi waktu perut mereka untuk mencerna makanan, akhirnya Deni pun mengungkapkan pemikirannya.
"Kompensasi yang aku minta ini berat loh, Bim. Apakah kamu siap?" tanya Deni.
"Iya aku siap. Seberat apa sih? Pokoknya kamu gak minta kompensasi saham Anggar aja aku masih kuat kayaknya" jawab Bima yang belum kepikiran apa yang akan diminta Deni.
"Nikahkan putrimu dengan putra pertamaku. Aku tau Bagas masih menyimpan perasaan sama Juwita, aku ingin putra baikku kembali setia kepada satu wanita. Juwita orangnya" ucap Deni membuat Bima speechless.
"Apa dia gak tau kalau anakku janda?" batin Bima karena mana ada ayah yang meminta putranya untuk menikahi janda kecuali, si putranya yang meminta.
"Hah? Apa kamu serius dengan kompensasi yang kamu minta, Den? Kamu tau status putriku saat ini?" tanya Bima.
"Hei, Bima. Siapa yang gak tau status Juwita seorang janda di ibukota? Keluargaku semuanya juga tau, Bagas pun sudah tau, aku tidak mempermasalahkan status sosial begituan karena cinta putraku aku akui sangat dalam untuk putrimu meskipun jika aku bilang saat ini Bagas menjadi pengecut karena berusaha menyembunyikannya" jawab Deni.
"Sepertinya Juwita sudah tidak tertarik untuk menjalin hubungan cinta dalam waktu dekat ini. Dia begitu menyibukkan diri di kantor sampek, kita oun bingung anak ini baik baik saja atau tidak. Tapi ketika aku atau Sona ngenalin ke anak teman kita yang cowok, Juwita pasti menutup diri" jelas Bima.
"Bagus dong, jika Juwita menutup diri. Mungkin dia menunggu Bagas datang, CLBK lebih menggoda" sahut Deni.
Namun Bima sepertinya tidak bisa memutuskan hal ini sendiri. Selain, ia malu berbesanan dengan Deni karena apa yang telah ia lakukan, ia juga tidak mau Juwita akan dibalas disakiti oleh Bagas yang kini sudah playboy. Sebagai ayah, ia akan semakin berusaha bersikap bijaksana untuk anaknya dan anak orang lain. Tidak memutuskan sepihak.
Melihat wajah Bima yang bingung, Deni pun tersenyum tipis.
"Aku tau banyak yang perlu kamu pertimbangkan tentang permintaanku ini. Pikirkanlah bersama istrimu. Aku rasa Juwita pasti akan menuruti keputusan orang tuanya" celetuk Deni lalu ia berdiri.
"Aku tunggu selama 3 bulan kedepan. Berikan jawaban saat kamu datang di opening kantor cabang perusahaan Lungara di Singapura. Aku akan mengirimkan undangannya" lanjutnya lalu tanpa menunggu sahutan dari Bima, ia pun keluar cafe dan segera meninggalkan tempat itu bersama supirnya.
Bima pun sadar dari pemikirannya saat mobil Deni sudah tidak terlihat. Ia harus segera pulang dan memberitaukan kepada sang istri hal ini.
Setelah ia bayar, Bima langsung masuk ke mobil lalu supirnya menjalankan mobil menuju rumah.