Bukan area bocil, harap minggir💃🏻
Divya hanya seorang wanita rumah tangga biasa, berbakti pada suami yang memintanya menjadi ibu rumah tangga yang baik dengan hanya mengurusi perihal pekerjaan di rumah dan mengurusinya sebagai suami. Meskipun Divya lulusan S-1, namun wanita itu menurut pada lelaki yang sudah sah menjadi suaminya itu dengan tidak menjadi wanita karir.
Namun, seketika rumah tangga mereka yang baru saja menginjak usia 2 tahun hancur karena orang ketiga. Bahkan orang ketiga itu sudah mempunyai seorang suami.
"Kau tega mengkhianati ku dengan wanita murah4n ini, Bang!" Divya menjambak selingkuhan suaminya itu dengan emosi.
Dughh!!!
Tubuh Divya tersentak, bagian belakang kepalanya dipukul dengan benda keras. Tak lama tubuh Divya terjatuh ke lantai, meregang nyawa dengan dendam yang ia bawa mati.
Namun, tiba-tiba Divya terbangun kembali. Dalam tubuh seorang gadis SMA berusia 18 tahun lalu dengan memakai tubuh gadis yang bernama Ellia itu, Divya membalas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Tantemu Masih Hidup.
Di rumah kecil itu Divya masih mengobrol dengan Fatir, lelaki temannya itu sedang menunjukkan hasil nya menjadi paparazi hari kemarin dan hari itu.
"Jadi ini semua yang Om foto, nggak ada yang mencurigakan. Hm."
Di dalam foto hanya ada foto tentang mobil Finn yang keluar dari rumah menuju ke Perusahaan, lalu setelah pulang dari Perusahaan lelaki itu pergi ke sebuah hotel tapi saat keluar dari hotel sekitar 2 jam kemudian lelaki itu keluar sendiri, tidak ada sosok Fayyana bersama Finn.
Pintar juga mereka bermain, masuk ke hotel sendiri-sendiri keluar pun masing-masing. Pro Player!
"Apa wanita ini ada masuk ke Perusahaan Om Finn?" Divya membuka foto Fayyana di galeri ponselnya yang sempat ia potret.
"Sepertinya ada, sekitar pukul 10 siang. Sebentar, aku ambil foto-foto yang lain."
Tak lama Fatir membawa sisa foto yang ia ambil dan menunjukkannya pada Divya.
"Ini fotonya, memangnya siapa wanita ini?" tanya Fatir.
"Entahlah, aku sempat curiga karena saat aku mendatangi rumah Tante Divya wanita ini datang dengan Om Finn. Saat itu aku langsung bersembunyi." Bohong Divya, tentu saja dia belum pernah memergoki Finn dan Fayyana di rumahnya sendiri, hanya pernah memergoki di rumah khusus yang Finn berikan pada Fayyana.
"Jika mereka memang ada hubungan dan hanya bertemu di dalam Perusahaan, aku nggak bisa masuk ke sana dan memfoto mereka."
"El bisa aja kasih Om akses masuk ke Perusahaan, tapi sepertinya agak lama harus mendapatkan card akses masuk nya. Gapapa, ini kan baru dua hari pengintaian. Masih banyak waktu, Om."
"Sebenarnya ada satu tempat lagi yang di datangi Finn." Ujar Fatir. "Sebenarnya siang tadi Om menelepon mu, tapi ponselmu nggak aktif dan ternyata disita."
"Om Finn emang pergi kemana?"
"Jangan kaget, ya. Itu sebuah Rumah Duka Heaven, kau tau kan di dalam nya seperti apa. Aku mengikutinya ke dalam, dan disana dia..."
Jantung Divya berdebar hebat, tempat itu adalah untuk tempat persemayaman jenazah.
"Ma-maksud Om, Tante Divya udah meninggal?" dengan suara lemah Divya bicara.
"Om nggak menduga sampai kesana saat mengikuti Finn masuk, tapi... saat di salah satu ruangan Finn terlihat begitu terkejut tetapi lebih daripada itu Finn terlihat ketakutan, dia langsung pergi dari sana dan seperti menelepon seseorang. Sedikit yang Om dengar, hanya kata 'Dimana istriku berada'."
"Jadi, menurut Om fatir apa yang sedang terjadi?" Divya sudah ikhlas jika dia memang mati saat Finn memukul kepalanya saat itu.
"Besok aku akan kembali ke rumah duka itu, pasti akan sulit menanyakan kematian seseorang disana karena akan bersifat pribadi dan rahasia. Pihak rumah duka akan menutup mulut," Fatir mengelus dagunya seraya memikirkan sesuatu.
"Om, kalau Om nggak mampu sendiri dan harus pergi ke banyak tempat minta bantuan orang lain gapapa. Masalah biaya, El bakal bayar berapapun. Asal orang itu dapat dipercaya seperti Om, mau 2 atau mungkin beberapa orang silahkan aja."
Fatir mengangguk. "Tubuhku memang ada satu, jadi akan sulit mencari informasi sambil membuntuti Finn. Aku ada teman, dia bisa dipercaya. Dia seorang wanita, temanku saat kuliah. Namanya Wina."
Wina, astaga aku bahkan hampir lupa padanya. Hampir 5 tahun aku nggak bertemu dia karena Finn pernah menuduh Wina jika dia hanya memanfaatkan ku dengan berteman denganku. Aku berteman dengannya lewat Fatir yang berbeda kampus denganku, Wina akhirnya marah padaku dan memutuskan komunikasi kami karena aku nggak membelanya waktu itu dan aku seperti membenarkan fitnahan Finn padanya.
'Aku memang bodoh, kehilangan teman tulus seperti Wina dan Fatir hanya karena Finn'
"Terserah Om Fatir. Ohya Om, mobil tadi aman kan, takutnya bisa dilacak Om-ku?"
"Aman, tenang aja."
Divya mengangguk.
"Sekarang tidur Dek, udah malem."
"Iya Om, sekali lagi makasih Om."
Sebelum tidur, Divya mematahkan kartu sim di ponselnya agar Emilio tidak bisa menghubungi apalagi melacak.
.
.
Selama dua hari Emilio melakukan pencarian masih belum bisa membuahkan hasil, hampir semua hal sudah lelaki itu kerahkan untuk menemukan Divya.
Di dalam kantor Perusahaan nya, sebuah map dengan tulisan 'urgent tentang istrimu' tertulis di bagian atas.
Dua hari lalu meskipun Fayyana tahu jika keponakannya lari dari rumah, namun wanita itu tidak perduli dan masih meneruskan rencana penerbangan bersama teman-teman sosialitanya. Setiap hari Fayyana meng-upload setiap kegiatan nya bersama teman-temannya, jadi Emilio tidak pernah mencurigai istrinya itu.
Namun, saat membuka segelan map dan menarik keluar sesuatu dari dalam map yang ternyata adalah beberapa lembar foto seketika kepercayaan besarnya yang diberikan pada Fayyana menguap sudah.
Foto-foto itu adalah tentang kebersamaan Fayyana dengan Finn, foto dengan berbagai gaya bahkan saat mereka berpelukan di dalam sebuah kamar di atas ranjang tanpa memakai sehelai benang pun di tubuh mereka.
Foto-foto di tangan Emilio berjatuhan, tubuh lelaki itu gemetar hebat. "Astaga!"
.
.
"Gimana Tante Wina, udah dikirim foto-fotonya?" tanya Divya.
"Kita beruntung saat membuntuti ke Bali, kita bisa mendapatkan foto itu. Bahkan kita bisa menyogok pegawai hotel dan memotret mereka yang sedang tertidur di atas ranjang, ini sebuah keberuntungan." Fatir yang menjawab.
"Bukan sebuah lucky, but money always talks." Timpal Wina, wanita itu lah yang membuntuti ke Bali.
Ya, uang lah yang berkuasa.
Sedangkan Fatir juga sudah mengantongi informasi tentang keberadaan Divya asli.
"Kamu siap mendengarkan informasi tentang Tantemu dariku, El." Terlihat berbagai emosi bergejolak di wajah Fatir.
"Apa kabar buruk, Om? Tante Divya benar-benar udah meninggal?"
Fatir menggeleng. "Aku sudah berhasil menemukan Tantemu, untungnya Tantemu masih hidup tapi dia koma."
Tubuh Divya seketika bergetar hebat, airmata nya bercucuran. "lo yakin kan Tet...?"
Fatir dan Wina saling berpandangan, mereka berdua berpikiran hal yang sama saat Divya memanggil nama panggilan Divya pada Fatir sejak dulu. Namun Fatir menggeleng, itu tidak mungkin karena di depannya itu bukan Divya dan bisa saja Divya juga bercerita pada Ellia tentang panggilan mereka satu sama lain. Tapi... kenapa gadis kecil di depannya itu bicara padanya dengan lo bukan memanggil Om?
"Tet...!! Ngomong!"
"Astagfirullah, Dek El... kalau kamu bentak Om kayak gini udah kayak Divya loh! Kan nggak mungkin tubuhnya jauh disana, dan roh nya ada disini dan masuk ke tubuh kamu?!" Fatir bahkan sudah berdiri, terkejut dia.
"Ho'oh. Lo bukan Divya, kan?" timpal Wina.
Akhirnya Divya tersadar ternyata dia sudah salah berucap, bagaimana tidak... mendengar kabar dirinya masih hidup pikirannya seketika berkecamuk hingga tak konsen lagi.
"Y-ya bukan lah, maaf." Divya menggaruk ujung hidungnya jika merasa salah tingkah.
"Heh! Lihat Tet! Dia garuk hidungnya kayak Divya!" teriak Wina. "Fiks ini, luh roh Divya yang masuk ke bocah ini!"
Wajah Fatir sudah pias, dia langsung komat kamit mengucap doa untuk mengusir setan.
"Hey, setan Div! Tubuh luh masih ada, sana masuk lagi tinggalin tubuh anak ini." Lalu Fatir menaruh telapak tangan di atas kepala tubuh Ellia masih sambil komat-kamit merapal doa.
"Bangkeee kalian berdua! Gue emang temen kalian, tapi nggak gini juga. Masa roh gue diusir!"
Terbelalak sudah mata Fatir dan Wina, surut darah dari wajah mereka sepertinya sebentar lagi mereka berdua akan pingsan.