Ini kisah yang terinspirasi dari kisah nyata seseorang, namun di kemas dalam versi yang berbeda sesuai pandangan author dan ada tambahan dari cerita yang lain.
Tentang Seorang Mutia ibu empat anak yang begitu totalitas dalam menjadi istri sekaligus orangtua.
Namun ternyata sikap itu saja tidak cukup untuk mempertahankan kesetiaan suaminya setelah puluhan tahun merangkai rumah tangga.
Kering sudah air mata Mutia, untuk yang kesekian kalinya, pengorbanan, keikhlasan, ketulusan yang luar biasa besarnya tak terbalas justru berakhir penghianatan.
Akan kah cinta suci itu Ada untuk Mutia??? Akankah bahagia bisa kembali dia genggam???
Bisakah rumah tangga berikutnya menuai kebahagiaan???
yuk simak cerita lebih lengkapnya.
Tentang akhir ceritanya adalah harapan Author pribadi ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berjumpa anak-anak
Demi utuhnya rumah tangga kita
yang di ambang kehancuran
karena keegoisan
ku pertahankan walau menjadi beban
ku korbankan perasaan
karena perselingkuhan
sesaknya dada dan air mataku pun jatuh berlinang
di depan anakmu kau bicara lantang
inginkan sebuah perpisahan
apa salahku sampai engkau tega menceraikan aku
lihatlah anakmu yang polos dan lucu
masih butuh perhatianmu
aku yang gagal menjadi suami
Tuhan tolong jaga dia yang terkasih
sesaknya dada dan air mataku pun jatuh berlinang
di depan anakmu kau bicara lantang, inginkan sebuah perpisahan
apa salahku sampai engkau tega menceraikan aku
lihatlah anakmu yang polos dan lucu masih butuh perhatianmu
aku yang gagal menjadi suami
Tuhan tolong jaga dia yang terkasih
Haris memakai headset di telinganya kemudian memejamkan mata sambil bersandar di kursi tamu sembari menikmati musik di handphonenya, sesekali mengusap bening air yang keluar dari sudut matanya.
Lagu itu seperti gambaran rumah tangganya saat ini, seperti berada di ujung kehancuran, anak-anaknya akan menjadi korban keegoisan dirinya dan juga Mutia.
Haris bingung harus menempuh jalan bagaimana lagi, untuk saat ini meninggalkan Kiara juga bukan sesuatu yang mungkin dia lakukan mengingat Kiara tengah hamil anaknya. Berpisah dengan Mutia juga tidak akan mungkin dia sanggup lakukan karena jujur dalam lubuk hatinya besarnya cinta untuk Mutia masih ada dan lebih besar rasanya di banding untuk Kiara.
Melihat Mutia dekat dengan Arsya saja hatinya sudah sedemikian terbakar, lalu bagaimana bila dirinya benar-benar berpisah dan Mutia di miliki oleh pengacara itu, karena jelas sekali di mata pria itu terdapat cinta yang besar untuk istri pertamanya itu.
Haris membuka mata saat ada langkah kaki banyak masuk kedalam rumah, ternyata anak-anaknya sudah pulang dan mereka tampak ceria semua seolah tidak pernah merindukan dirinya.
Intan , Zea , Zia dan Kean membeku di tempat, tidak ada yang menyapa dirinya sama sekali, seolah lupa jika yang berada di depannya adalah Ayahnya.
"Sayang... Anak-anak Ayah sudah pulang..."Sapa Haris membuka tanganya lebar ingin memeluk seluruh anaknya, namun hanya dingin dan hampa yang menyapanya, karena anak-anak justru berlalu melewatinya seolah dia tidak terlihat.
Haris membeku di tempatnya. Sakit, teramat sakit saat darah dagingnya sendiri tidak mau menganggapnya ada. Haris mengejar anak-anaknya namun hanya Kean yang terakhir dan bisa dia gapai tanganya.
"Kean Sayang... Bungsu Ayah..." Haris memeluk Kean yang hanya diam di dalam pelukannya tanpa mau membalasnya memeluk.
"Ayah rindu... Ayah rindu sekali dengan Kean dan kakak-kakak kamu...Bagaimana kabar Kean dan Kakak-kakak???" Haris bertanya dengan linangan air mata kerinduan yang tak terbalaskan.
Kean membisu lalu memandang mata Ayahnya penuh dengan kebencian yang mendalam, tadinya dia tidak sebenci itu pada Ayahnya , namun setelah peristiwa malam yang hampir merenggut nyawa ibunya itu ayahnya tidak ada dan tidak datang sebagai penyelamat nyawa ibunya, rasa benci itu muncul di dada Kean.
Haris mengecup wajah Putranya yang datar dan dingin terhadapnya itu, hatinya terasa sesak yang luar biasa, rasanya tidak sanggup jika semua anaknya memandang dirinya penuh dengan kebencian seperti ini.
"Kean... Maafkan Ayah Sayang... Ayah jarang mengunjungimu..."Kata Haris tetap berusaha meraih hati bungsunya itu, namun Kean tetap membisu dengan tatapannya.
"Kean Sayang... Jagoan Ayah apa kabar??? Hmm..."Lanjut Haris berusaha tetap hangat meski bungsunya bersikap begitu padanya.
"Kenapa Anda kesini?? Bagiku, Ayah Kean sudah sudah tidak ada. Kean baik-baik saja tadinya, tapi kehadiran anda merusak suasana hati ini. Kenapa Anda kesini??? Belum cukup kah Anda membuat kekacauan dalam hidup kami??? Belum cukupkah Anda membuat Bunda menderita??? kenapa Anda tidak pergi jauh dari kehidupan kami saja??? Hiduplah bahagia bersama wanita Anda!!! Kami sudah sangat cukup bahagia dengan tanpa hadirnya Anda! Cukup ada Bunda di sisi kami..!!" Kata Kean dingin dan datar namun begitu seperti sembilu yang menguliti hati dan dirinya.
Haris tergugu di tempatnya, sakit, sesak bersamaan memenuhi dadanya, anak sekecil Kean saja bisa begitu memukul hatinya dengan begitu kuat dan menyakitkan, bagaimana dengan Kakak-kakaknya sungguh Haris rasanya tidak sanggup lagi. Jika Mutia sudah tidak mau bersamanya dan anak-anaknya juga sudah tidak mengharapkan kehadirannya, bahkan merindukan sosoknya saja sudah tidak lalu apa dayanya tetap ingin bertahan dengan rumah tangga yang tidak menginginkan dirinya itu.
Haris terduduk di tempatnya dengan Kean yang berlalu dengan datarnya tanpa rasa bersalah sama sekali pada ucapannya, sementara dirinya terduduk di lantai dengan wajah menunduk menyesali semua kekacauan yang dia mulai sendiri.
Dari arah kamar tampak suara pintu di banting oleh bungsunya sepertinya Kean menahan seluruh amarah dalam dirinya untuk tidak meluap-luap pada dirinya. Dari dalam kamar nampak suara barang pecah dan triakan seorang anak, membuat Haris makin menggigit bibirnya menahan tangis yang ingin keluar.
Alhamdulillah senang bngttt
Semoga ada ke ajaiban dan Arsya bisa selamat