Risty Azalea, gadis cantik yang berasal dari keluarga sederhana bertekad merubah hidupnya menjadi wanita yang sukses dan dihormati semua orang, tapi siapa sangka kisah asmaranya tidak semulus karirnya saat ini. Dia malah jatuh cinta pada Bima Arya Dalwyn, seorang laki-laki menyebalkan dan bermulut tajam yang tidak menyukainya sama sekali. Penasaran kan bagaimana lika-liku perjalanan kisah cinta mereka? Yuk ikuti terus kisah mereka, jangan lupa beri like dan komen ya kesayangan!😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocha Zain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17.Hamil?
Satu Minggu lebih telah berlalu, Bima gencar mendekati istrinya, sedangkan Risty seolah memberi jarak pada hubungan mereka. Risty masih berpura-pura manis karena Risty tidak ingin terlena dengan perhatian Bima, karena sampai saat ini Bima belum juga memutuskan hubungan dengan kekasihnya.
Mereka sama-sama sibuk dengan pekerjaan mereka, sehingga acara antar jemput hanya berlangsung di hari ketiga saja, dan selanjutnya seperti biasa mereka membawa mobil mereka sendiri-sendiri ke kantor. Walau begitu Bima masih sering mengirimkan makanan kesukaan Risty dan beberapa hadiah kecil untuk dikirimkan ke kantor Risty.
"Boss, ada kiriman lagi dari suami tercintamu!" goda Yona pada Risty.
"Kiriman apalagi?"
Risty masih fokus dengan laptopnya.
"Kayaknya makanan sih Boss sama bucket bunga lagi!" ucap Yona sambil memperhatikan kantong plastik yang ada ditangannya.
"Bahagia donk Boss sekarang udah dicintai suami sendiri, perhatian banget lagi sekarang," Yona terkekeh sembari menaik-turunkan alisnya.
Risty memutar malas bola matanya.
"Yahh.. doanya aja semoga dia bisa berubah dan tulus sayang sama aku, walaupun aku sendiri bingung dengan perasaanku sendiri,"
"Jangan bilang Boss masih berharap cinta dari kakak ipar nih!" tanya Yona menyelidik.
"Hussttt!! Apaan sih! Jangan bicara macem-macem soal Kak Erlangga, dia tuh mau nikah dan aku juga nggak mungkin kan suka sama kakak iparku sendiri!"
"Tapi yang cocok jadi suamimu itu Pak Presdir Boss, bukan Tuan Bima! Pak Presdir itu nggak banyak bicara, dewasa, dan aura wajahnya itu lho bikin kita nggak pingin ngalihin pandangan, ganteng banget dan murah senyum," puji Yona sembari cengar-cengir.
Risty hanya mengaga tak percaya mendengar asistennya memuji Erlangga terang-terangan, dia sendiri bahkan tak berani memuji Erlangga seperti itu. Walaupun dia mengakui apa yang dilontarkan Yona memang benar.
"Plaakkk!"
Risty memukul bahu Yona dengan map yang ada ditangannya.
"Hei! Stop bayangin macem-macem ya! Aku aduin nih sama Rizal! Berani-beraninya muji laki-laki lain!"
Rizal adalah kekasih Yona yang sudah dia pacari sejak kuliah.
"Ceilehh.. yang lagi cemburu!" goda Yona sembari terkekeh.
"Sapa juga sih cemburu! Nggak ada ya!" ucap Risty mengerucutkan bibirnya kemudian mengambil kantong plastik dari tangan Yona.
Yona terkekeh lalu duduk disamping Bossnya yang sedang menghabiskan makan siangnya.
"Selamat makan siang sayang, makan yang banyak ya istriku, Love You!"
From : Bima Your Hubby
Seperti biasa Yona membaca memo kecil dari Bima dengan gaya dramatis dan terkesan manis.
Dia tersenyum lucu melihat Bossnya yang hanya memutar bola matanya seolah tak peduli, sudah hampir satu minggu dia melihat keromantisannya suami Bossnya. Dia senang melihat Bossnya yang sering galau dan melamun itu akhirnya mendapatkan perhatian manis dari suaminya.
Berbeda dengan Risty yang terlihat biasa-biasa saja, bahkan kartu ucapan dari suaminya hanya berakhir di tong sampah jika selesai dia baca.
***
Malam itu terlihat Bima bersantai duduk di ruang Tamu dan menunggu istrinya pulang dari kantor.
"Ceklek!!"
Risty membuka pintu apartemennya.
"Assalamualaikum.."
"Wa'alaikumsalam sayang," ucap Bima tersenyum manis.
"Maaf kak, aku pulang sedikit terlambat! Ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini, karena besok menjadi bahan meeting di kantor," ucap Risty merasa bersalah.
"Nggak masalah Ris, aku ngerti kok," ucap Bima dengan lembut.
"Makasih kak, apa kakak udah makan? Biar aku siapin ya?" tanya Risty sedikit terburu-buru.
"Eh udah santai aja! Kamu mandi dulu sana! Nggak usah masak, biar aku pesenin online nanti! Kamu pasti capek kan?!"
"Baiklah kak, bentar aku mandi dulu ya,"
Bima tersenyum mengangguk kemudian dia ingat akan mengatakan sesuatu pada istrinya, "Ris, tunggu!"
"Iya kak,"
Risty menghentikan langkahnya.
"Besok aku ke kota Bandung bertemu Vania, aku ingin mutusin hubunganku dengan dia secepatnya, biar kamu benar-benar bisa menerimaku sepenuhnya sebagai suamimu," ucap Bima sembari mengenggam satu tangan Risty.
Risty tidak membalas genggaman tangan Bima, dia hanya tersenyum mengangguk kemudian berjalan ke kamarnya untuk membersihkan diri.
Risty memutuskan mandi hanya sebentar tanpa berendam lebih lama karena dia mengkhawatirkan suaminya yang belum makan malam karena menunggunya.
Dia keluar kamarnya dan berniat masuk ke kamar Bima untuk mengingatkan agar segera memesan makanan untuk makan malam mereka.
Kamar Bima sedikit terbuka dan terlihat dia sedang menelpon seseorang. Dari sana dia mendengar sayup-sayup Bima menahan rasa terkejutnya.
"Apa Hamil?" Bima menahan teriakannya.
Dan ucapan spontan Bima membuat Risty yang akan masuk, mengurungkan niatnya lalu dia bersembunyi dibalik pintu.
"Bagaimana bisa hamil? Van katakan kamu hanya bohong kan?" ucap Bima dengan lirih, sontak dia menoleh kearah pintu kamarnya dan menyadari dia belum menutup pintunya.
Bima berjalan ke arah pintu kamarnya, melihat keadaan di luar kamarnya yang sepi.
Sedangkan Risty segera masuk ke dalam kamarnya setelah tak sengaja mendengar percakapan Bima dan kekasihmu. Dia menyalakan shower di dalam kamar mandinya, agar Bima mengira dia masih mandi.
"Dasar br******k! Apa benar pacarnya hamil? Udah sejauh itu ternyata hubungan mereka, terus kenapa juga aku masih berharap sama laki-laki kayak dia!!! Duhh bod*h.. bod*h!" Risty mengumpat pada Bima dan dirinya sendiri.
20 menit berlalu, terdengar suara ketukan dari luar kamar Risty.
"Tokkk.. Tokkk!"
"Ris, makan malam kita udah dateng!" ucap Bima dari luar kamar.
"Baik kak, tunggu aku ganti baju dulu!"
Mereka makan malam dengan diam, Bima binggung harus berbuat apa. Pikirannya begitu kacau, dia benar-benar gelisah dan kesal. Disaat dia ingin memperbaiki hubungannya dengan istrinya, pacarnya malah hamil. Dia tidak ingin kehilangan istrinya tetapi dia juga tidak ingin meninggalkan calon buah hatinya.
"Kak, kenapa diam aja? Apa ada masalah?" tanya Risty berpura-pura.
"Aahh tidak ada sayang.. Semua baik-baik aja, kamu makanlah yang banyak!"
Risty tersenyum mengangguk, dia tahu betul apa yang sedang dipikirkan suaminya saat ini. Dia ingin tahu sejauh mana Bima bisa menyelesaikan masalah besar yang saat ini dia sembunyikan.
***
Bima berangkat pagi-pagi ke kota Bandung dan Risty masih tidur di kamarnya karena hari ini adalah hari libur dia bekerja.
"Van!" panggilnya.
Bima telah memasuki apartemen milik pacarnya dengan tergesa-gesa, setelah beberapa jam berkendara.
"Sayang, akhirnya kamu datang!" ucap Vania terlihat pucat dan lemah.
"Van, kamu pucet banget? Kamu nggak apa-apa? Ayo kita ke dokter sekarang!" ucap Bima dengan perasaan cemas.
"Aku muntah-muntah terus sayang dari kemarin, makan apapun rasanya nggak enak, lemes banget badanku,"
"Baiklah ayo kita berangkat sekarang,"
Bima memapah Vania sampai ke mana mobilnya, dia begitu khawatir dengan keadaan kekasihnya.
Di apartemen Risty sudah bangun dan terlihat rapi, dia bersiap keluar untuk mengunjungi orangtua angkatnya. Dia turun ke basement dan melajukan mobilnya ke Mansion milik orangtua angkatnya.
"Assalamualaikum mama, papa.." sapa Risty pada kedua orangtua angkatnya.
Mereka terlihat berada di meja makan dan telah menyelesaikan sarapan mereka.
"Wa'alaikumsalam.. Warahmatullahi.. Wabarakatuh.. " balas mereka bersamaan.
"Kesinilah putri kesayangan mama," Bu Hana merentangkan kedua tangannya menyambut Risty.
"Mama sehat?" ucap Risty sembari memeluk dan mencium mamanya.
"Alhamdulillah sehat sayang,"
"Papa juga sehat,"
Risty memeluk papanya dengan sayang.
"Alhamdulillah papa juga sehat, cantik! Suamimu mana Ris? Kenapa nggak ikut?" tanya Pak Haris.
"Kak Bima sedang ada keperluan dengan kakaknya di kota Bandung pa, jadi aku kesini sendiri," ucap Risty yang memutuskan berbohong.
Tidak mungkin jika dia mengatakan kalau suaminya akan menemui kekasihnya. Padahal kenyataannya Erlangga sudah kembali ke Australia satu Minggu yang lalu.
"Ohhh kakaknya yang ada di Australia itu ya?" tanya Bu Helena.
"Iya ma, Kak Erlangga namanya, wajah mereka hampir mirip tapi Kak Erlangga lebih dewasa," ucap Risty sedikit menjelaskan.
Kemudian Bu Helena mengangguk, kedua orangtua angkat Risty menemaninya untuk sarapan dan melanjutkan obrolan ringan mereka seperti biasa.
***
"Selamat ya Pak Bima kandung Nyonya Vania sudah memasuki usia 6 minggu, detak jantungnya juga normal. Anda tidak usah khawatir dengan mual dan pusing yang dialami Nyonya Vania, karena itu biasa terjadi saat usia kandungan memasuki trimester pertama,"
"Baik dokter, Terimakasih!" jawab Bima pada sang dokter.
"Tapi aku tidak bisa makan apapun di pagi hari dok, rasanya semua makanan keluar dari dalam perut. Begitu tidak nyaman rasanya dok, badanku juga rasanya lemas banget," sela Vania.
Bima menggenggam tangan Vania dengan perasaan kasihan, dia berfikir, bagaimana mungkin dia memutuskan pacarnya dengan keadaan Vania yang seperti ini, terlebih karena ulahnya juga.
"Anda jangan khawatir nyonya, nanti saya berikan resep untuk meredakan mual dan beberapa vitamin agar anda dan calon bayi anda sehat," ucap Sang Dokter tersenyum lembut.
"Terimakasih dok,"
Sang dokter tersenyum mengangguk.
Vania dan Bima kembali ke Apartemen setelah empat jam berlalu, Bima membawa Vania jalan-jalan dan mencari beberapa makanan yang diinginkan kekasihnya.
"Gimana sayang? Apa keadaanmu udah lebih baik?" tanya Bima dengan cemas.
"Aku udah lebih baik sayang, sepertinya anak kita emang lebih suka deket sama papanya. Dideket kamu aku nggak begitu mual sayang,"
Vania memeluk Bima dengan manja.
"Istirahatlah dulu, Ceu Wati tadi udah aku hubungin aku suruh nemenin kamu disini. Aku mau keluar bentar ya sayang, nggak lama kok,"
Ceu Wati adalah asisten rumah tangga Vania yang biasa datang pagi pulang sore saja. Tapi kali ini Bima meminta Ceu Wati menemani dan setiap hari menginap di Apartemen Vania. Sebagai kompensasinya dia akan diberikan libur Sabtu dan Minggu agar bisa pulang kerumahnya dan memberikan tambahan gaji yang lumayan untuk Ceu Wati.
"Iya sayang hati-hati ya! Aku juga ngantuk banget. Aku mau tidur bentar," ucap Vania kemudian memposisikan dirinya untuk memeluk guling kesayangannya.
Bima mengelus kepala Vania dan menciumnya sekilas kemudian meninggalkan kekasihnya yang sudah terbang ke alam mimpinya.
btw thanks thor udah up 2 uluh" sarangheo thor semngaaat trus thor up satu" ngak papa thor asal jngan lama" thor