Sakit rasanya ketika aku menyadari bahwa aku hanyalah pelarianmu. Cinta, perhatian, kasih sayang yang aku beri setulus mungkin ternyata tak ada artinya bagimu. Kucoba tetap bertahan mengingat perlakuan baikmu selama ini. Tapi untuk apa semua itu jika tak ada cinta untukku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zheya87, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 34
Aku merasa gelisah atas kedatangan Eko baru-baru ini ke kantor Cabang tempat aku bekerja. Semoga saja Eko tak memberitahukan keberadaanku kepada Roy. Tapi ini sudah sangat lama, sudah bertahun-tahun aku pergi meninggalkannya. Semoga saja Roy sudah tak mencariku lagi. Dan aku yakin dia sudah bahagia dengan pilihannya.
Beberapa kali aku tak fokus dengan pekerjaanku, sehingga aku sering melakukan kesalahan. Bulan ini sudah 3X kali melakukan kesalahan, BAP sudah dibuat dan penyelesaian sudah dilakukan oleh atasanku. Namun aku tetap mendapatkan sanksi dari atasan berupa Surat Teguran. Hari ini setelah briefing pagi aku diundang ke ruangan pak Henry Kepala Cabang. Kemungkinan aku akan menandatangani Surat Teguran tertulis.
Aku mengetuk pintu ruangan dengan pelan.
“ Masuk “ Pak Henry menyahut dari dalam, lalu aku membuka pintu dan msuk.
“ Silahkan duduk Dara. “
“ Baik Pak “ Lalu akupun duduk di kursi depan meja pak Henry.
“ Bagaimana pekerjaanmu? Lancar? “
“ Maaf pak, akhir-akhir ini saya kurang fokus. Tapi kedepannya saya usahakan saya tak akan mengulangi kesalahan. “
“ Iya, saya dengar dari atasan kamu BAPmu sudah 3x dalam bulan ini. “ aku menunduk tak berani menjawab. Pak Henry terkenal dengan sikap tegas dan keras. Beberapa karyawan yang tak tahan degan tekanan memilih mundur dari pekerjaannya.
“Skali lagi saya minta maaf pak, saya janji kedepannya saya akan berusaha lebih keras lagi untuk fokus dan profesional dalam bekerja. Saya siap menerima sanksi jika memang diharuskan, tetapi tolong beri saya kesempatan untuk membuktikan kemampuan saya bulan depan “ ucapku sambil memohon kepada pak Henry untuk menghindari kemarahannya.
“ Saya mengerti beberapa kali kamu melakukan kesalahan bukanlah disengaja. Meski kesalahanmu tak merugikan Perusahaan maupun Nasabah, namun beberapa orang sudah dibuat sibuk untuk megatasi kesalahan itu. Jadi, saya sarankan setelah Akhir bulan ini silahkan kamu ambil cuti dulu, istrahatkan pikiranmu sejenak. Sejak kamu masuk di kantor ini kamu tidak pernah mengambil hak cuti kamu. “
“ Hah Pak......” Aku ternganga dengan kata-kata pak Henry. Aku yang melakukan kesalahan tapi malah ditawarkan cuti. Aku tadi sempat khawatir dia akan mengamuk dengan kesalahanku.
“ Bapak serius? Saya sudah melakukan kesalahan namun saya justru diberi cuti?” aku tak percaya, bukankan Pak Henry terkenal killer ya, sekali saja kamu membuat kesalahan maka dia akan memarahimu habis-habisan. Aku mungkin sedang beruntung di saat mood Pak Henry sedang baik.
“ Iya, saya serius. Dari pada kamu terus-terusan memaksakan diri lalu membuat kesalahan lagi, justru membuat rekan-rekan dan atasanmu repot membereskan kesalahanmu kan??? jadi sebaiknya kamu refreshing sejenak. Mungkin kamu sedang jenuh. “
“ Dan satu lagi, tiga bulan lagi ada kompetisi Frontliner di Area, HRD sebenarnya sudah merekomendasikan kamu sebagai peserta dari Cabang ini. Hanya saja, setelah kamu membuat kesalahan di bulan ini akan menurunkan penilaian kinerja kamu. Kesempatan kamu mulai bulan depan perbaiki cara kerja dan pelayanan kamu. Jangan lupa beberapa target yang sudah ditentukan, bulan depan kamu harus melampaui target agar bisa menutupi kekurangan di bulan ini. “
“ Baik pak, akan saya usahakan “
Aku lega setelah keluar dari ruangan pak Henry, aku bertekad untuk lebih fokus lagi.
Aku menjalani hariku penuh semangat, hampir setiap hari aku lembur dan mengerjakan semua pekerjaan yang diperintahkan oleh atasan.
Target penjualan pun aku raih dan melampaui target individu.
Hasil dari kerja kerasku tak sia-sia, akhirnya dipertengahan semester awal tahun aku terpilih untuk mengikuti kompetisi seluruh Area Indonesia bagian Timur.
Kegiatannya dilaksanakan di kota makassar , aku dengan senang hati mengikuti asal tak ke Jakarta.
Hari keberangkatan pun tiba, perwakilan dari Gorontalo ada 4 orang termasuk aku. Kegiatan dilaksanakan di salah satu hotel mewah. Satu hal yang aku sesali mengikuti kompetisi ini adalah kehadiran Eko sebagai salah satu tim penilai. Namun aku terus menghindarinya.
Aku mengikuti seleksi dengan baik, meski sudah mempersembahkan performa terbaik namun kami masih belum beruntung. Tetapi peserta Gorontalo mendapatkan penghargaan sebagai peserta favorit.
Hari terakhir di Makassar kami gunakan untuk jalan-jalan. Pagi ini teman sekamarku Alin Customer Service kantor Cabang Palu, sudah pergi lebih pagi. Dia dijemput oleh temannya yang tinggal di Makassar.
Aku terpaksa menunggu rekan-rekanku dari Gorontalo di lobby. Namun saat alu sedang duduk santai tiba tiba sesorang memegang bahuku. Aku menoleh dan sangat kaget.
"Roy.... " aku terbata mengucap nama itu.
" Dara...." di seberang tampak Eko juga berlari ke arahku tanpa menyadari bahwa Roy ada di sampingku.
" Oh, jadi sejauh ini kamu pergi menghilang dari hidupku ada hubungannya dengannya? " Roy menatap tajam ke arahku dengan suara agak keras.
" Roy, ayo kita pergi dari sini. Kita ngomong baik-baik " aku menarik tangan Roy, aku tak ingin rekan-rekan kerjaku menyaksikan kejadian tak mengenakan ini.
Saat berjalan aku menoleh ke belakang Eko tampak berdiri terdiam di tempatnya tak berkutik. Kurasakan tanganku ditarik oleh Roy, dia menarikku masuk ke lift.
Aku segera menghubungi teman-temanku agar mereka tak menungguku.
Roy membuka salah satu kamar, dengan kasar dia mendorongku ke atas ranjang. Tanpa ba bi bu Roy segera menyerangku, dia bagai kesetanan mencium dan menggigit bibirku, kemejaku ditarik dengan paksa sehingga beberapa kancingnya terlepas dan jatuh ke lantai.
Aku menangis meronta namun kekuatanku kalah dengan amukan kemarahan Roy.
" Roy, sakit .Jangan seperti ini "
Namun dia tak menggubrisku. Ciumannya semakin menuntut, lalu turun ke leherku. Aku ingin melawan namun respon tubuhku mengatakan tidak.
" Roy stop. Tolong berhenti. Kita tak bisa melakukan ini " aku menahan tangan Roy yang akan melucuti celanaku.
" Kamu istriku Dara, dan aku suamimu. Jadi tak ada yang salah diantara kita. " Roy melanjutkan kegiatannya tanpa menggubris penolakanku.
Roy terus melakukan aksinya hingga tak sehelai benangpun menempel di tubuhku. Perlahan Roy mulai lembut. Dia mengecup seluruh tubuhku dengan lembut berguman.
" Aku sangat merindukanmu Dara"
Mataku terpenjam, saat Roy mulai melakukan penyatuan. Bagian inti tubuhku terasa sakit, sepertinya sangat sulit dimasuki. Mungkin karena sudah bertahun-tahun aku tak melakukan hubungan ini, jadi milikku kembali sempit. Roy yang memaksa masuk secara perlahan pun mencari cara dengan cara mencium dan menjilat leherku.
" Aw..... " aku yang sedikit terbuai dengan cumbuan di leher tak menyadari Roy melanjutkan aksinya, dia menghentak keras ke arah inti tubuhku.
Sedikit sakit, namun semakin lama aku semakin menikmatinya. Hingga kami berdua terkulai lemas setelah melakukan beberapa kali pelepasan.
Roy menyelimuti tubuhku yang bugil. Kulihat Roy mengotak atik Hpku juga miliknya, namun aku yang mengantuk mengabaikannya, tubuhku terasa remuk dan capek. Aku tertidur dalam pelukannya.