Sakit rasanya ketika aku menyadari bahwa aku hanyalah pelarianmu. Cinta, perhatian, kasih sayang yang aku beri setulus mungkin ternyata tak ada artinya bagimu. Kucoba tetap bertahan mengingat perlakuan baikmu selama ini. Tapi untuk apa semua itu jika tak ada cinta untukku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zheya87, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 29
Roy meninggalkanku sendiri dalam kamar. Kubaringkan tubuhku di atas ranjang. Tubuh dan pikiranku sangat lelah. Aku mencoba menutup mataku. Namun pikiranku masih terbayang semua perkataan Roy, antara marah dan iba air mataku masih terus mengalir tak bisa kutahan.
Benarkah aku sudah tak perduli lagi padanya? Air mataku kembali membasahi pipi. Sudah berjam-jam aku berbaring, namun aku tak juga terlelap. Aku masih memikirkan Roy, dia bahkan belum makan seharian ini. Meski hatiku sakit, namun tak bisa mengabaikannya.
Aku kembali bangun, berjalan perlahan menuju ke bawah. Kulihat dari arah tangga Roy tertidur di ruang keluarga dengan Tv masih menyala. Aku kembali ke kamar untuk mengambilkan selimut. Dengan sangat hati-hati aku menyelimuti tubuh Roy yang tertidur di sofa depan Tv, kumatikan Tv yang masih menyala.
“ Maafkan aku Roy. Aku melakukan semua ini karena aku sangat mencintaimu. Aku ingin kamu bahagia, setelah ini hiduplah dengan baik. Aku akan selalu merindukanmu. “ aku sambil membelai pipi Roy. Roy menggeliat , namun sepertinya dia sudah tidur nyenyak dan tak terganggu dengan kedatanganku.
Waku sudah menunjukkan pukul 04.30, aku menuju dapur kusiapkan sarapan kesukaaanya. Mungkin ini yang terakhir kalinya aku melayanimu. Kutata semua makanan dengan rapi di atas meja makan.
Aku bergegas kembali naik masuk ke kamar, aku rapikan lemari pakaian Roy yang agak berantakan, baju kerjanya hari ini kusiapkan ke atas ranjang.
Setelahnya aku mengemas semua pakaian dan barang pribadiku, termasuk ijazah dan berkas penting milikku kumasukkan semuanya dalam tas pakaian. Aku berkemas dengan cepat. Berharap Roy tak akan terbangun dan memergokiku meninggalkan rumah.
Sambil berjinjit aku berjalan sangat pelan melewati Roy yang masih tertidur di ruang tamu. Di ujung pintu kembali aku menoleh ke arah Roy. Sangat berat meninggalkanmu Roy. Namun ini sudah menjadi pilihanku. Semakin lama aku bertahan, semakin lama pula kamu tertekan.
Salahkah aku mengambil keputusan ini? Sesungguhnya aku tak tega membiarkanmu sendirian dalam kekalutan ini. Namun sekali lagi aku meyakinkan diriku, ini adalah keputusan terbaik untuk kita semua.
Pukul 06.00 rumah masih sepi. Bibi belum datang karena semalam dia pulang lat karena membantuku membersihkan rumah. Kak Arini mungkin masih tidur di kamar mama. Aku keluar rumah dengan tergesa. Kuseret koper yang berisi pakaian dan barang-barangku. Matahari mulai terbit. Di depan gerbang sudah menunggu taksi online yang kupesan.
Air mataku sudah tak bisa kubendung lagi. Di dalam taksi aku menangis sejadi-jadinya, biarlah sopir taksi melihatku, aku tak perduli.
“ Mbak saya antar sesuai alamat di aplikasi ya “ ucap sopir dengan pelan, takut menggangguku.
“ “Iya pak. “ aku menghapus air mataku. Aku tak ingin lagi terlihat buruk di depan orang lain.
Sebelum menonaktifkan ponselku, kukirimkan pesan untuk Kak Arini sekedar untuk pamit , Ibu sudah ke telpon sejak semalam. Aku sudah memberi pengertian kepadanya serta meminta ijin kepada ayah untuk kepergianku kali ini.
Meski ayah tak begitu setuju dengan keputusanku, namun aku tetap kekeh untuk pergi.
Aku menghapus aplikasi WA dari Hpku, agar tak ada lagi yang bisa menghubungiku dan membuat aku mengubah keputusan ini.
Mobil taksi yang kutumpangi tiba di homestay yang letaknya agak jauh dari rumah Roy. Karena belum punya tujuan yang jelas, aku akan tinggal di sini beberapa hari. Aku ingin menyendiri untuk beberapa saat.
Kamar yang aku booking hanya kamar kecil. Cukuplah untuk aku sendiri. Terdapat ranjang ukuran 120 di sampingnya ada nakas kecil, yang penting layak untuk aku tempati beberapa hari ke depan sebelum aku pergi meninggalkan kota ini.
Tanpa sadar aku tertidur hingga sore. Karena rasa lapar, aku terbangun dari tidurku. Aku mengaktifkan kembali ponselku sekedar untuk memesan makanan lewat aplikasi online. Namun ada notifikasi di aplikasi Facebook. Moms Twins meminta pertemanan. Ada foto Ana sebagai profilnya.
Setelah berfikir sejenak, aku pun mengirim pesan ke Ana. Untunglah dia sedang online sehingga pesanku segera direspon olehnya.
Setelah bertukar nomor, Ana menghubungiku.
" Kamu ganti nomor Dara? "
" Iya An, tolong jangan kasih ke siapapun ya nomor baruku. "
" Emang kenapa? Jangan bilang kalo kamu kabur dari rumah"
Aku diam tak menjawab.
" Kebiasaan nih kamu Dara, selalu menghindar kalo ada masalah, emang kenapa? Apa terjadi sesuatu?"
" Banyak An, banyak yang sudah aku alami setelah pernikahanku. Oh ya An, bisa tolong carikan aku pekerjaan di kota tempat tinggalmu? "
" Cerita dulu apa yang terjadi, setelah itu baru aku pikirkan kamu bisa menyusulku ke Gorontalo atau ga "
Akupun menceritakan semua dari sejak awal sejak aku menjauh ketika semasa kuliah. Hingga bagaimana aku akhirmya menikah dengan Roy. Sambil menangis aku mencurahkan semua isi hatiku.
" Dara, aku tau masalah yang kamu hadapi sangatlah berat. Tapi pikirkan kembali keputusanmu. Jarak antara Jakarta dan Gorontalo cukup jauh. Mengingat betapa besarnya cintamu pada Roy, apa kamu sanggup jauh darinya?"
" Tolong bantu aku Ana, jika tidak sekarang kapan aku terlepas darinya? Aku mohon. Sekali ini saja. Aku turun dari rumah tetapi tak punya tujuan Ana. Aku tak mungkin pulang ke rumah ayah dan ibu, itu terlalu dekat. Ke Surabaya menyusul Cecil pun aku tak berani, Roy pasti akan menemukanku. "
" Baiklah, tapi aku beri kamu waktu satu hari untuk memikirkan matang-matang keputusanmu. Besok kabari aku lagi jika sudah yakin. Nanti aku tanya adik iparku apakah ada lowongan di tempat dia bekerja."
" Makasih banyak Ana. Sekali lagi, tolong rahasiakan ini dari siapa pun. Minggu depan aku akan ke Surabaya dulu menghadiri acara pertunangan sahabatku Cecil. Setelah itu aku akan langsung berangkat dari Surabaya menuju Gorontalo. "
" Insya Allah Dara, ya udah kamu istrahat dulu. Aku mau siap-siap. Di sini sudah menjelang magrib. " Aku baru ingat Gorontalo adalah salah satu kota kecil di sulawesi, perbedaan waktu dengan Jakarta adalah satu jam.
" Oh, iya baiklah. sekali lagi, makasih ya"
" Iya, gapapa Dara, kamu sahabatku. Aku akan selalu ada untuk kamu, ya sudah ya. Assalamualaikum. "
"waalaikum salam "
Tut. Sambungan telpon terputus. Aku memandang ke arah jendela. Masih terang, baru pukul stengah lima.
Aku tak tau apa yang akan aku lakukan di sini. Bagaimana dengan Roy? Apa dia berangkat kerja hari ini ? Apa dia mencariku?
Kutepis semua pikiran-pikiran tentang Roy. Aku ingin memulai hidup baru. Semoga saja dengan kepergianku ini, akan menyatukan kembali Roy dan Rina.
Aku yakin Rina akan berjuang untuk mendapatkan Roy kembali, jadi aku tak perlu ragu meninggalkannya seorang diri. Meski tak akan bersama Rina, Roy akan mudah untuk mendapatkan pengganti diriku. Dia pria yang memiliki banyak kelebihan.