"Tlembuk" kisah tentang Lily, seorang perempuan muda yang bekerja di pasar malam Kedung Mulyo. Di tengah kesepian dan kesulitan hidup setelah kehilangan ayah dan merawat ibunya yang sakit, Lily menjalani hari-harinya dengan penuh harapan dan keputusasaan. Dalam pertemuannya dengan Rojali, seorang pelanggan setia, ia berbagi cerita tentang kehidupannya yang sulit, berjuang mencari cahaya di balik lorong gelap kehidupannya. Dengan latar belakang pasar malam yang ramai, "Tlembuk" mengeksplorasi tema perjuangan, harapan, dan pencarian jati diri di tengah tekanan hidup yang menghimpit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15: Group Tlembuk
Setelah menghabiskan beberapa botol bir dan berjanji untuk membangun sesuatu yang lebih besar dari sekadar persahabatan, Lily dan Dinda duduk di bangku alun-alun dengan semangat.
“Gimana kalau kita bikin grup WhatsApp untuk kita dan teman-teman kita yang lain? Kita bisa namai Tlembuk Squad!” usul Lily dengan berapi-api.
“Wah, ide bagus, Lil! Kita bisa berbagi pengalaman, tips, atau siapa tahu bisa dapat tawaran kerja sama,” Dinda setuju, wajahnya berbinar-binar penuh semangat.
Mereka langsung membuka aplikasi WhatsApp dan membuat grup baru. Dengan cepat, Lily mengganti nama grup menjadi “Tlembuk Squad” dan menambahkan beberapa teman mereka yang dikenal. Setelah itu, mereka memposting di media sosial untuk mengundang teman-teman lainnya bergabung.
"Teman-teman, kami bikin grup WhatsApp Tlembuk Squad! Bagi yang ingin bergabung, langsung DM ya!" tulis Lily di akun Instagramnya, diiringi dengan gambar mereka berdua sambil memegang bir, membuat momen itu tampak seru dan penuh keceriaan.
Selang beberapa hari, notifikasi grup WhatsApp Tlembuk Squad berbunyi. Lily dan Dinda langsung melirik ponsel mereka. “Ada yang masuk!” seru Dinda.
Mereka berdua dengan cepat membuka grup untuk melihat siapa yang baru saja bergabung. Ternyata, ada satu orang bernama Silvi yang memperkenalkan diri.
“Halo semua! Nama aku Silvi, senang bisa bergabung di Tlembuk Squad! Aku juga seorang Tlembuk,” tulisnya di grup.
“Selamat datang, Silvi! Cerita dong tentang diri kamu!” jawab Lily, merasa antusias.
Silvi membalas, “Aku Silvi, 24 tahun, dan baru-baru ini mulai menekuni dunia ini. Senang bisa kenal dengan kalian! Kira-kira, kalian sering ngapain di sini?”
“Senang bisa kenal juga, Silvi! Kita biasanya berbagi pengalaman dan tips. Kita juga suka nongkrong bareng,” Dinda menjawab, turut meramaikan percakapan.
“Wah, seru banget! Aku jadi pengen ikut. Kapan-kapan kita bisa ngumpul bareng?” Silvi membalas.
Obrolan di grup semakin hidup dengan kehadiran Silvi. Mereka bertiga berbagi cerita, pengalaman, dan bahkan beberapa tips tentang dunia yang mereka jalani. Lily dan Dinda merasa senang, semakin banyak teman baru yang memahami kehidupan mereka.
Malam itu, mereka merencanakan untuk bertemu dan nongkrong bareng di alun-alun, berharap bisa semakin dekat satu sama lain dan membangun Tlembuk Squad menjadi sebuah komunitas yang solid.
Obrolan di grup WhatsApp Tlembuk Squad semakin hidup dengan kehadiran Silvi. Beberapa saat setelah Silvi memperkenalkan diri, notifikasi baru muncul di grup.
“Eh, ada yang baru lagi!” seru Dinda, memperhatikan ponselnya.
Dengan penasaran, Lily dan Dinda bersama-sama membuka grup. Ternyata, yang baru bergabung adalah Sari, yang langsung menyapa mereka.
“Halo, semua! Aku Sari, senang bisa bergabung di Tlembuk Squad. Aku baru mau mulai di dunia ini, dan berharap bisa dapat banyak tips dari kalian!” tulis Sari.
“Selamat datang, Sari! Cerita dong tentang dirimu!” jawab Lily, merasa semangat untuk mengenal anggota baru.
Sari membalas, “Aku Sari, 22 tahun. Sebenarnya aku masih kuliah, tapi di sini untuk cari pengalaman. Kira-kira, ada yang bisa bantu aku belajar?”
“Selamat datang, Sari! Kita semua di sini saling bantu. Kita bisa berbagi pengalaman, dan siapa tahu kamu bisa dapat tawaran juga,” Dinda menjelaskan.
Lily menambahkan, “Bisa jadi kita bisa ngumpul bareng. Ayo, ceritakan pengalaman kamu!”
Obrolan di grup semakin ramai dengan kehadiran Sari. Mereka mulai berbagi tips dan trik, mulai dari cara menarik perhatian sampai bagaimana berinteraksi dengan pelanggan. Sari terlihat sangat antusias dan bersemangat untuk belajar.
“Ngomong-ngomong, ada yang mau ngajak ngumpul? Mungkin kita bisa bikin acara kecil-kecilan?” Silvi usul.
“Setuju! Kita bisa makan-makan atau sekadar nongkrong bareng di alun-alun,” jawab Lily.
“Jadi kita bisa saling kenal lebih dekat, kan?” tambah Dinda.
Setelah berdebat mengenai tempat dan waktu, mereka sepakat untuk bertemu di alun-alun minggu depan. Sari, yang semangat, menanggapi, “Wah, aku nggak sabar! Ini bakal seru banget!”
Mereka bertiga merencanakan berbagai hal untuk pertemuan nanti. Lily merasa sangat senang bisa membangun komunitas baru bersama teman-teman yang sefrekuensi. Sambil meneguk birnya, ia berpikir, “Ini adalah awal yang bagus. Semoga kita bisa jadi lebih dari sekadar teman, tapi keluarga.”
Malam itu, obrolan di grup Tlembuk Squad terus berlanjut, dengan semua anggota berbagi cerita, lelucon, dan harapan. Mereka semakin dekat dan merasa seperti sudah mengenal satu sama lain meskipun baru bertemu secara virtual.
Sementara obrolan di grup WhatsApp Tlembuk Squad semakin hangAt dengan Sari dan Silvi, tiba-tiba notifikasi baru muncul lagi. Dinda segera melihat ponselnya dengan rasa penasaran yang tinggi.
“Eh, ada yang baru lagi!” seru Dinda, membuat perhatian Lily tertuju ke ponselnya.
“Siapa lagi yang masuk?” tanya Lily.
“Coba kita lihat…” Dinda membuka pesan baru di grup. Ternyata, ada seorang wanita berusia 48 tahun yang baru saja bergabung dengan nama Tante Mira.
“Halo semua! Nama saya Mira. Saya sudah lama berkarir di dunia ini dan sangat senang bisa bergabung dengan grup ini. Semoga kita bisa berbagi pengalaman!” tulisnya.
“Wow, Tante Mira! Selamat datang!” sambut Silvi dengan antusias.
“Selamat datang, Tante Mira! Senang bisa bertemu dengan kamu di sini!” jawab Lily, terkejut namun senang dengan kehadiran anggota baru.
Tante Mira segera membalas, “Terima kasih, sayang! Saya sudah memiliki banyak pengalaman dalam dunia ini dan berharap bisa berbagi beberapa kisah menarik dengan kalian.”
Dinda tidak bisa menahan tawanya. “Tante, kami sangat senang dengan kehadiranmu! Pengalamanmu pasti sangat berharga untuk kami.”
“Tentu saja! Saya punya banyak cerita tentang pengalaman menarik dan terkadang konyol saat bertemu dengan pelanggan yang berbeda-beda,” tulis Tante Mira.
Lily merasa penasaran. “Tante Mira, sudah berapa lama kamu di dunia ini?”
Mira menjawab, “Saya sudah beberapa tahun di sini. Banyak pengalaman yang saya dapatkan. Saya yakin kita bisa saling berbagi dan belajar satu sama lain.”
Obrolan di grup menjadi semakin berwarna dengan kehadiran Tante Mira. Mereka mulai berbagi cerita, dan Mira menceritakan beberapa pengalamannya yang lucu dan penuh hikmah saat berinteraksi dengan berbagai macam orang.
“Aku pernah punya pengalaman lucu dengan seorang pelanggan yang tidak percaya bahwa aku sudah berusia 48 tahun. Dia mengira aku baru berusia 30-an!” kata Mira. “Dia sangat terkejut saat mengetahui umurku!”
Semua anggota grup tertawa, dan Lily merasa semakin terhubung dengan Tante Mira. “Tante, itu pasti seru! Kapan-kapan kita harus kumpul dan berbagi cerita lebih banyak.”
“Setuju! Aku ingin sekali bertemu dengan kalian semua!” jawab Mira antusias.
Dinda menambahkan, “Ayo, kita bikin acara kumpul-kumpul! Semakin banyak, semakin seru!”
Mereka semua sepakat untuk merencanakan pertemuan di alun-alun dan merayakan persahabatan baru yang telah terjalin. Obrolan menjadi sangat ceria, dan setiap orang berbagi harapan untuk pertemuan itu.
Di antara tawa dan cerita, Lily merasa senang melihat komunitas Tlembuk Squad semakin berkembang. Meskipun mereka berasal dari latar belakang yang berbeda, semua anggota terhubung oleh semangat yang sama dan ingin berbagi pengalaman yang telah mereka jalani.