Di usianya ke 32 tahun, Bagaskara baru merasakan jatuh cita untuk pertama kalinya dengan seorang gadis yang tak sengaja di temuinya didalam kereta.
Koper yang tertukar merupakan salah satu musibah yang membuat hubungan keduanya menjadi dekat.
Dukungan penuh keluarga dan orang terdekat membuat langkah Bagaskara untuk mengapai cinta pertamanya menjadi lebih mudah.
Permasalahan demi permasalahan yang muncul akibat kecemburuan para wanita yang tak rela Bagaskara dimiliki oleh wanita lain justru membuat hubungan cintanya semakin berkembang hingga satu kebenaran mengenai sosok keluarga yang selama ini disembunyikan oleh kekasihnya menjadi ancaman.
Keluarga sang kekasih sangat membenci seorang tentara, khususnya polisi sementara fakta yang ada kakek Bagaskara adalah pensiunan jenderal dan dirinya sendiri adalah seorang polisi.
Mampukah Bagaskara bertahan dalam badai cinta yang menerpanya dan mendapatkan restu...
Rasa nano-nano dalam cinta pertama tersaji dalam cerita ini.
HAPPY READING.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERTEMU KELUARGA BAGAS
“Sudah...sudah....,fokus ke makanan kalian masing-masing”, ujar Candra sambil menatap istri dan dan kedua putrinya dengan tajam, dengan harapan mereka berhenti tersenyum menggoda Bagaskara agar anak lelakinya itu bisa makan dengan tenang.
Bagaskara yang masih melihat senyum menggoda dari anggota keluarganya hanya bisa diam menunduk sambil terus memandangi piring yang kini telah kosong karena isinya sudah masuk kedalam perutnya.
Setelah selesai makan, semua orang bergegas menuju ruang keluarga seperti biasanya untuk mengobrol mengenai kegiatan mereka sehari-hari agar komunikasi diantara anggota keluarga tersebut bisa terjalin harmonis hingga tiba-tiba bibi datang sambil membawa ponsel yang tadi Bagaskara cash dikamarnya.
“Maaf mengganggu, ini den, sedari tadi ponselnya den Bagas berbunyi, siapa tahu penting”, ucap bi Tina sambil menyerahkan ponsel dengan logo apel digigit tersebut kepada Bagaskara.
Setelah mengucapkan terimakasih, Bagaspun segera mengangkat telepon yang lagi-lagi memiliki gantungan kunci kelinci pink sama seperti yang ada dikoper yang tertukar tersebut, membuat semua orang menatapnya penasaran.
“Halo”, terdengar suara panik diseberang sana.
“Halo mas, mohon maaf, handphone yang mas pegang sekarang ini punya saya. Apa bisa saya ambil ?”, ujar gadis diseberang sana was-was.
“Iya mbak. Ini handphone mbak ketinggalan di kursi kereta tadi. Sekalian sama koper punya mbak yang sepertinya tertukar deh dengan punya saya”, ujar Bagas menjelaskan.
“Koper kita tertukar ? bagaimana bisa mas ?”, Audry dibalik telepon tampak bingung karena jujur saja dia masih belum membuka kopernya yang masih ada dibagasi mobil karena dia tadi langsung diajak kesalon untuk berdandan.
“Ya bisa mbak. Mungkin mbaknya terburu-buru tadi sehingga salah ambil koper karena kebetulan koper kita memiliki bentuk dan warna yang sama. Kebetulan koper punya saya hitam polos sementara punya mbak banyak sticker idol serta gantungan kunci berupa kelinci berwarna pink”, Bagaskara kembali menjelaskan dengan sedikit kikuk karena ditatap sedemikian rupa oleh semua orang anggota keluarganya yang kepo terhadapnya.
“Kalau begitu sharelock aja mas, kebetulan saja lagi dijalan jadi biar saya ambil karena besok pagi harus presentasi dan pakaian yang akan saya gunakan ada disana”, ujar Audry panik.
“Oya, saya bicara dengan mas siapa ya kalau boleh tahu”,tanyanya lagi.
“Bilang saja cari Bagaskara jika sudah sampai dipos. Maaf, kalau ini dengan mbak siapa ya kalau boleh saya tahu”, jawab Bagas dengan hati berdebar-debar.
“Saya Audry mas.Ok, saya langsung otw sekarang”, ucap Audry yang langsung mematikan sambungan telepon secara sepihak karena ingin segera meluncur kerumah Bagaskara sebelum terlalu malam.
Bagaskara sebenarnya tidak ingin gadis cantik itu datang kerumahnya karena pastinya akan membuat heboh seluruh penghuni rumah ini yang sedari tadi menatapnya penuh harap.
Tapi melihat suara Audry yang tamapk panik, dengan berat hati Bagaskarapun mengshare lokasi rumahnya yang ditatap senyuman oleh Resti yang duduk disebelanya.
“Mami...kita harus siap-siap sebentar lagi calon menantu mami akan datang ”, teriak Resti bersemangat.
Semua orang pun tampak ceria, terutama mami Gladys yang langsung menyuruh bibi untuk menyiapkan camilan special untuk gadis yang telah mengetuk hati putra tersebut.
Bagaskara yang menyaksikan semua itu hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar, berharap keluarganya tak terlalu berlebihan karena bagaimana pun dia tak memiliki hubungan apapun dengan gadis itu sehingga takut membuatnya merasa tak nyaman nantinya, tapi dia juga tak berani melarang karena takut membuat keluarganya bersedih.
***
Beberapa menit sebelumnya,
Begitu pesta selesai, Audry yang ingin menghubungi sahabatnya sedikit kebingungan ketika ponsel pribadinya tak ada di dalam backpacknya.
“Kemana ponselku ya? apa terjatuh dikereta ?”, gumannya panik.
Melvin yang duduk disebelah Audry menatap penasaran karena gadis itu tampak mengobrak –abrik tas punggung hitam miliknya, seperti sedang mencari sesuatu.
“Ada apa Audry, kenapa kamu panik begitu ?”, tanya Melvin penasaran.
“Ponsel saya pak...ponsel saya hilang”, jawab Audry sambil kembali memasukkan berkas kerjanya dan laptop kedalam tas ransel hitam miliknya.
“Bukankah yang ada ditanganmu itu ponsel”, tanya Melvin sedikit bingung.
“Bukan yang ini pak, tapi ponsel pribadi saya. Kalau ponsel yang ini untuk kerja”, jawabnya sedih.
Toni yang mendengar ucapan Audry pun coba untuk memberi solusi “Coba kamu hubungi nomormu. Jika rejeki, ponsel itu masih bisa kembali kepadamu”.
Mendengar hal tersebut, Audry pun segera mencoba menghubungi nomor pribadinya dan tersambung.
“Bagaimana ?”, tanya Toni penasaran.
“Tersambung pak, tapi nggak diangkat”, jawab Audry dengan wajah cemas.
“Coba hubungi saja terus agar kamu tahu siapa yang sedang membawa ponselmu itu”, ujar Toni memberi harapan kepada Audry jika ponselnya masih ada kemungkinan untuk bisa kembali.
Setelah beberapa kali menghubungi tak ada jawaban, kini pada panggilan ketujuh ponselnya diangkat oleh seorang pria.
Audry pun mencoba berbicara dengan pria yang sedang membawa ponselnya tersebut dan berhasil mendapatkan alamatnya.
“Jadi bukan hanya ponselmu yang ketinggalan, tapi kopermu juga tertukar”, tanya Melvin sambil menggelengkan kepala melihat kecerobohan Audry yang hanya ditanggapi cengengesan oleh gadis itu.
“hehehe...Pak Melvin dan Pak Toni silahkan istirahat dulu di hotel. Saya akan mengambil ponsel dan koper saya dulu sama pinjam supirnya untuk mengantar”, ucap Audry sambil mengedipkan mata beberapa kali tanpa tahu jika tindakannya itu membuat seorang jantung seseorang dihadapannya berdebar kencang.
Dan disinilah Audry sekarang, didepan pintu kediaman Purnomo sambil membawa koper hitam disampingnya.
Tok tok tok....
Dari balik pintu, muncullah wanita paruh baya yang anggun dan cantik menatapnya tajam, membuat nyali Audry sedikit menciut hingga beberapa kata yang ingin dia ucapkan tersangkut ditengorokan.
Wanita paruh baya itu tampak mengamati Audry dari mulai kaki hingga kepala sebelum senyum lebar muncul diwajahnya.
“Audry ya...mau cari Bagaskara...”, ucapnya lebih dulu sebelum ditanya.
Audry yang masih terkejut akan perubahan ekpresi wanita paruh baya yang berdiri dihadapannya hanya mengangguk kikuk.
Melihat Audry menatapnya takut, Gladys pun segera merangkul bahu gadis itu dengan ramah “Ayo masuk, Bagas sudah menunggumu didalam”.
Dengan raut wajah bingung, Audry melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah mewah berlantai dua tersebut sambil menyeret koper ditangan kirinya.
Begitu masuk kedalam ruang tengah, Audry disambut tatapan penasaran dari semua orang yang menatapnya takjub.
Gaun hitam tanpa lengan dengan leher tinggi dan aksen kerut disana memiliki kesan manis serta taburan berlian kecil di bagian bawah yang tersebar tampak seperti taburan bintang dilangit.
Bahan gaun yang jatuh membungkus tubuh sexy Audry yang memiliki tinggi 170 dengan sempurna.
Rambutnya yang digelung keatas dengan hiasan bunga dibelakang serta anting mutiara melengkapi penampilannya malam ini.
“Anggun, cantik, sexy dan elegan”, itu kata yang pas untuk menggambarkan penampilan Audry saat ini.
Canggung, itulah yang Audry rasakan saat ini. Bagaimana tidak, begitu tiba semua orang menatapnya penuh minat seolah dirinya adalah tamu yang memang sedang mereka tunggu kehadirannya.
“Maaf, saya datang malam ini untuk mengambil ponsel dan menukar koper”, ucap Audry memecah kesunyian.
Audry yang merasa tak nyaman pun segera memberikan koper yang ada ditangannya kepada pria yang dia lihat didalam kereta yang dia yakin bernama Bagaskara tersebut.
“Maaf mas, tadi karena terburu-buru jadi salah ambil koper dan ini saya juga langsung pergi kepesta untuk menemani bos sehingga tak sempat melihat koper yang masih tersimpan dibagasi mobil”, ujarnya sambil tersenyum manis.
"Eh, kenapa kau harus menjelaskan detail ke mereka apa yang aku lakukan", batinnya meruntuki kebodohannya yang entah kenapa bicara seperti itu kepada Bagaskara.
Audrypun binggung kenapa dia harus menjelaskan hal tersebut kepada lelaki itu, tapi ya sudahlah yang jelas Audry ingin segera menukar koper dan kembali ke hotel agar bisa cepat beristirahat.
Bagaskara hanya mengangguk pelan sambil menyerahkan ponsel milik gadis tersebut dan juga koper miliknya dengan wajah datar, membuat Audry semakin canggung dibuatnya.