NovelToon NovelToon
Mira: Jiwa Api, Darah Malam

Mira: Jiwa Api, Darah Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Vampir
Popularitas:811
Nilai: 5
Nama Author: revanyaarsella

Mira Elvana tidak pernah tahu bahwa hidupnya yang tenang di dunia manusia hanyalah kedok dari sesuatu yang jauh lebih gelap. Dibalik darahnya yang dingin mengalir rahasia yang mampu mengubah nasib dua dunia-vampir dan Phoenix. Terlahir dari dua garis keturunan yang tak seharusnya bersatu, Mira adalah kunci dari kekuatan yang bahkan dia sendiri tak mengerti.

Ketika dia diculik oleh sekelompok vampir yang menginginkan kekuatannya, Mira mulai menyadari bahwa dirinya bukanlah gadis biasa. Pelarian yang seharusnya membawa kebebasan justru mempertemukannya dengan Evano, seorang pemburu vampir yang menyimpan rahasia kelamnya sendiri. Mengapa dia membantu Mira? Apa yang dia inginkan darinya? Pertanyaan demi pertanyaan membayangi setiap langkah Mira, dan jawabannya selalu membawa lebih banyak bahaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon revanyaarsella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 11: Faksi Phoenix

Malam menyelimuti hutan dengan pekat, tetapi suasana di dalamnya lebih berbahaya daripada kegelapan itu sendiri. Udara yang biasanya dingin kini memanas di sekitar Mira, dan hawa panas itu bukan berasal dari alam, melainkan dari sekelompok individu di depannya. Mereka adalah bagian dari Faksi Phoenix, sosok-sosok yang mengeluarkan aura mengintimidasi dan misterius. Cahaya oranye yang samar dari api yang melayang di udara menerangi wajah-wajah mereka, memperlihatkan tatapan tajam yang seakan dapat menembus ke dalam hati Mira.

“Kami telah lama menunggumu, Mira,” kata seorang pria berambut merah menyala. Aidan, pemimpin Faksi Phoenix, berdiri dengan tubuh tegak dan penuh wibawa. Rambutnya, yang tampak seperti api, berkobar lembut di atas kepalanya, bergerak seirama dengan hawa panas yang terasa semakin menusuk. Meski suaranya terdengar tenang, ketegangan yang menyelubungi mereka membuat Mira sulit bernapas dengan normal.

Mira menatap Aidan, tapi pikirannya sedang berlari liar, terperangkap dalam kebingungan yang tak henti-hentinya. Mengapa mereka mencarinya? Mengapa mereka tahu namanya? Dia merasa seperti diombang-ambingkan oleh kekuatan yang lebih besar daripada dirinya sendiri, kekuatan yang dia bahkan belum sepenuhnya pahami. Dia tahu bahwa dia memiliki darah Phoenix, kekuatan yang telah terpendam selama ini. Tapi setiap langkah yang dia ambil ke arah jawaban, hanya membuat kebingungannya bertambah. Seolah-olah kebenaran selalu bersembunyi di balik kabut yang semakin tebal.

“Kau adalah setengah dari kami,” Aidan melanjutkan, tatapannya tajam. “Tapi kau juga bagian dari mereka.” Dia menoleh sekilas ke arah bayang-bayang gelap di seberang hutan, tempat para Vampir bersembunyi. Musuh bebuyutan Faksi Phoenix. Dua dunia yang berperang, dan Mira terjebak di tengah-tengah, terombang-ambing oleh kekuatan yang dia tak pernah inginkan.

Pikiran Mira berputar-putar. Setengah Phoenix. Setengah vampir. Tapi yang mana dirinya yang sesungguhnya? Setiap kali dia mencoba memahami siapa dia, lebih banyak pertanyaan muncul. Selama ini, Evano, sosok vampir yang dekat dengannya, membuatnya merasa terlindungi. Namun, di sisi lain, darah yang mengalir dalam dirinya membawa kekuatan Phoenix, api yang tidak dapat ia kendalikan. Lalu sekarang, Faksi Phoenix ini datang dan memperparah semua kebingungannya.

“Kekuatanmu belum sepenuhnya terbangun,” lanjut Aidan, suaranya berubah lebih berat, penuh tekanan. “Dan ketika itu terjadi, kau harus membuat keputusan. Api atau darah.” Kata-katanya seakan bergaung dalam kepala Mira, memukul setiap sudut pikirannya. Bagaimana mungkin dia bisa memilih ketika dia bahkan tidak memahami apa yang dipertaruhkan?

Jantungnya berdetak kencang, sementara pandangannya mulai mengabur. Tanah di bawah kakinya terasa bergetar, atau mungkin itu hanya perasaannya saja? Segalanya terasa tidak stabil, seperti tanah di bawahnya bisa runtuh kapan saja. Nafasnya semakin memburu. Suasana di sekelilingnya terasa semakin sempit, seolah-olah hawa panas yang dipancarkan oleh faksi Phoenix sedang mencekiknya.

“Kau menginginkan aku menjadi senjata, begitu?” Mira akhirnya angkat bicara, suaranya goyah, mencerminkan ketidakpastian yang meliputi dirinya. Namun, di dalam hatinya, dia merasa seperti terperangkap, terpaksa memilih di antara dua kubu yang sama-sama berbahaya.

“Bukan senjata,” sahut Liora, seorang wanita dengan mata keemasan yang berdiri di sisi Aidan. Suaranya lembut, tetapi kata-katanya seperti pedang tajam yang menusuk jauh ke dalam pikiran Mira. “Kau adalah penentu nasib kami. Kau memiliki kekuatan yang tak tertandingi, dan pilihanmu akan mengubah segalanya.” Tatapan mata Liora seolah-olah menimbang-nimbang Mira, seperti seorang ibu yang sedang menatap anaknya yang tersesat.

Mira menggigit bibir bawahnya. Apa yang mereka inginkan darinya? Kekuatan apa yang mereka bicarakan? Selama ini, dia merasa seperti hanya menjadi boneka yang ditarik-tarik oleh orang lain. Evano menariknya ke arah dunia vampir, sementara kini Faksi Phoenix datang dan mengklaim dirinya sebagai bagian dari mereka. Tapi Mira tidak pernah merasa utuh di salah satu dunia tersebut. Semua terasa salah. Semuanya penuh dengan kebohongan.

"Aku tidak tahu siapa yang bisa kupercaya," Mira berkata akhirnya, suaranya pecah. Tangan kanannya, tanpa sadar, dikepalkan erat. Sebuah api kecil muncul dari jari-jarinya, membara dengan lembut, tetapi cukup untuk membuat Mira menyadari bahwa kekuatan Phoenix di dalam dirinya mulai merespons emosinya. “Aku bahkan belum tahu siapa diriku sebenarnya.”

Aidan menyeringai tipis, seolah-olah dia sudah menduga kebingungan itu. "Kau adalah api yang terlahir dari malam, Mira," ujarnya dengan nada misterius, seolah-olah mencoba meyakinkan Mira akan takdir yang sudah dituliskan untuknya. “Kau memiliki darah Phoenix, tetapi juga warisan dari vampir. Kau adalah satu-satunya yang bisa memilih siapa dirimu sesungguhnya.”

Kata-kata Aidan tidak membantu sama sekali. Alih-alih memberi jawaban, itu membuat Mira semakin tenggelam dalam kebingungan. Bagaimana mungkin dia bisa memilih ketika dia bahkan tidak merasa memiliki kendali atas hidupnya sendiri? Setiap pilihan yang tampak di hadapannya tampak seperti jebakan. Jika dia memilih untuk bergabung dengan Faksi Phoenix, dia tahu akan ada konsekuensi, tetapi bergabung dengan vampir juga bukan jalan yang dia inginkan. Kedua dunia ini selalu terlibat dalam perang, dan Mira merasa seperti pion yang terperangkap di antara dua kekuatan besar ini.

Tiba-tiba, wajah Evano muncul dalam pikirannya. Vampir itu telah bersamanya sejak lama, tetapi sekarang, dengan kehadiran Faksi Phoenix, Mira mulai meragukan niatnya. Apakah Evano benar-benar peduli padanya, atau dia hanya memanfaatkannya untuk keuntungan vampir? Pikiran itu menusuk jiwanya, menciptakan luka baru di antara kebingungan yang sudah begitu dalam.

“Kau harus membuat keputusan segera,” Aidan menambahkan dengan nada tegas. “Evano juga tahu kekuatanmu. Dia akan memanfaatkanmu jika kau tidak hati-hati.” Kata-katanya seperti racun yang perlahan-lahan menyusup ke dalam pikiran Mira, memperburuk kebingungannya. Bagaimana bisa seseorang yang dia percayai justru berpotensi mengkhianatinya?

Mira menggeleng pelan, mencoba menyingkirkan pikiran itu, tetapi keraguan terus menghantuinya. “Aku tidak bisa memilih,” gumamnya, hampir kepada dirinya sendiri. "Aku bahkan tidak tahu apa yang harus kupercaya."

Aidan tampak mendekat, wajahnya kini lebih jelas terlihat dalam cahaya api yang melayang-layang di sekitar mereka. “Maka jalurmu akan penuh dengan api dan darah, Mira. Jika kau tidak membuat pilihan, kami yang akan membuatnya untukmu.”

Kalimat itu terasa seperti ancaman yang tidak tersurat, tetapi Mira tahu bahwa waktunya semakin sedikit. Tatapan Aidan, meski tenang, menyiratkan keseriusan yang mendalam. Faksi Phoenix tidak akan menunggu selamanya. Begitu pula dengan vampir. Kedua dunia ini, yang berseberangan namun saling terkait, kini mengharapkan jawaban darinya.

Saat Aidan dan anggota faksi lainnya mulai perlahan mundur ke dalam kegelapan, Mira berdiri terdiam di tempatnya. Pikiran-pikirannya masih berkecamuk, tidak tahu harus kemana melangkah. Tapi satu hal yang dia tahu, kebingungan yang merasuk dalam dirinya bukanlah sesuatu yang akan mudah diatasi. Di tengah segala api dan darah ini, Mira harus menemukan dirinya—atau dia akan terjerat di antara dua dunia yang siap menghancurkannya.

Api di sekelilingnya masih menyala, tetapi terasa lebih berat, seolah-olah membakar dari dalam dirinya sendiri.

1
Yurika23
aku mampir ya thor....bagus ceritanya..penulisannya juga enak dibaca...lanjut terus Thor..
Yurika23: gak membingungkan kok kak...semangat terus...
Revanya Arsella Nataline: iya, makasih
maaf kalau agak membingungkan
total 2 replies
Afiq Danial Mohamad Azmir
Tidak sabar untuk mengetahui bagaimana kisah ini akan berakhir. Semangat thor! 💪
Revanya Arsella Nataline: makasih, maaf kalau kurang nyambung
total 1 replies
Ngực lép
Semoga semangatmu selalu terjaga agar bisa sering nulis, thor 💪
Revanya Arsella Nataline: makasih, semoga suka dengan ceritanya soalnya masih pemula
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!