"Lupakan Aku, Raymon !" Ucap Via getir.
Gadis cantik yang lahir dari keluarga biasa dan sederhana itu, merasa sakit hati di hina orang tua pacar nya yang kaya raya.
Apalagi saat kesucian nya direnggut paksa pacar nya, Via makin kecewa dan membenci Raymon.
Via pun nekat kabur sebelum hari pernikahan yang telah di atur oleh kedua orang tua Via dan Raymon.
Dalam pelariannya, Via menjalin hubungan cinta dengan Axel seorang pria tampan pemilik cafe.
Raymon yang terus mengejar cinta Via tiba-tiba mengalami kecelakaan mobil dan menderita amnesia.
Axel yang menjadi dewa penolong Raymon saat kecelakaan mengajak Raymon yang lupa ingatan tinggal bersama nya dan menjadi sahabat.
Apakah Ingatan Raymon bisa kembali seperti semula ?
Bagaimanakah hubungan Via dan Axel setelah ia mengetahui Via dan Raymon pernah mempunyai hubungan khusus ?
Yuk pantau cerita nya 🤗 Jgn lupa intip karya lain ku yg juga menarik utk di bac
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar dari Via
KRING !
KRING !
KRING !
Suara alarm di kamar Loly pagi itu membangunkan Via yang sedang tertidur lelap.
Ia segera bangun, menyadari dirinya yang saat ini menumpang tidur di rumah orang tua Loly.
Sadar diri sebagai tamu yang tak ingin menyusahkan tuan rumah, Via bergegas melipat selimut dan meninggalkan Loly yang masih tertidur nyenyak.
Ia mengintip ke ruang keluarga yang terlihat sepi dengan tak satupun penghuni rumah yang sudah bangun. Maklum, masih pukul lima pagi.
Setelah menyikat gigi dan mencuci muka sebagaimana kebiasaannya setiap pagi, Via langsung memasuki dapur.
Tanpa disuruh, ia pun mencuci piring yang bertumpukan di dapur dan mulai beres-beres membersihkan sekeliling rumah Loly yang ia rasa harus di bersih kan.
"Wow...! Semua nya udah bersih ?" Jerit Tante Naya, Mamanya Loly yang tiba-tiba sudah bangun dan berdiri di belakang Via.
Via terkejut dan segera mengangguk hormat pada Tante Naya.
"Pagi Tante." Sapa Via hormat.
"Rajin sekali kamu Via?" Puji Tante Naya senang.
Matanya tampak berbinar-binar kagum memandang ke sekeliling rumah nya yang sudah tampak rapi dan bersih dengan tersenyum senang.
"Kamu sama Loly emang beda banget. Loly itu anaknya manja, pemalas." Ucap Tante Naya mengerutkan bibirnya ke samping menggosipkan Loly anaknya dengan nada setengah berbisik.
Via hanya tersenyum di kulum menanggapi ucapan Tante Naya yang terdengar ingin menyenangkan hatinya.
"Oh ya Tante, semua sudah rapi dan bersih, ada yang bisa Via bantu lagi gak?" Tanya Via menawarkan diri.
"Gak...! Kamu gak usah repot-repot, ini sudah cukup. Masalah yang lain, Biar Tante yang urus. Tante kan juga pengangguran, gak punya kerjaan. Kalo kamu kerjain semua, ntar Tante keenakan." Tante Naya menolak tawaran Via dengan cepat.
Ia tak mau Via merasa tak nyaman tinggal bersamanya. Apalagi, Sovie ibu kandung nya Via adalah sahabat baik nya. Ia tak mau, jika hubungan baik nya bersama Sovie bisa berakhir buruk.
"Kalau begitu, Via mau mandi dulu Tante." Via berpamitan pada Tante Naya yang di balas dengan anggukan kepala.
"Ya udah, mandi sana biar makin cantik dan wangi." Seloroh Tante Naya dengan senyumannya yang hangat.
Via pun bergegas meninggalkan Tante Naya masuk kembali ke kamar Loly.
"Cie...! Yang dapet pujian dari Mama." Suara Loly yang menyambutnya di dalam kamar, membuat muka Via sedikit memerah.
"Kamu udah bangun?" Tanya Via.
"Udah, dari tadi." Sahut Loly singkat.
Via mengambil ponselnya yang ada di atas meja rias dan menyalakannya. Notifikasi Puluhan panggilan tak terjawab dari kedua orang tua nya dan Raymon terlihat muncul di layar ponselnya saat ponsel itu baru menyala.
Raut wajahnya yang berubah murung dan muram membuat Loly menghampiri Via yang duduk di samping ranjang.
"Mendingan, kamu kabarin dulu kalau kamu baik-baik saja. Kasihan papa dan mama mu ntar nyariin kamu terus." Loly mengingatkan Via.
Meski tak tahu apa alasan Via kabur dari rumah. Tapi Loly berusaha mengingatkan Via untuk mengabari keadaannya pada kedua orang tua nya.
Via menarik nafas berat, ia memang ingin melakukan hal itu.
Setelah mengetik beberapa baris kalimat. Via pun mengirim pesan chat lewat WA ke nomor telpon Sovie.
"Maafkan Via Ma, Pa. Via terpaksa kabur dari rumah. Via belum mau menikah, jangan khawatir kan Via, saat ini Via baik-baik saja. Peluk cium anak mu, Via !"
Sebaris kalimat yang di kirim Via lewat chat WA langsung terkirim ke ponsel milik Sovie.
Via buru-buru mematikan kembali ponselnya dan menaruhnya di atas meja rias di kamar Loly.
Loly yang memperhatikan sikap Via, hanya mengangkat bahu dan pergi keluar kamar.
Pagi itu !
Rumah Benni terdengar heboh dengan suara Sovie yang menjerit keras di ruang tengah keluarga.
Sovie yang baru saja membaca chat dari Via di ponselnya, langsung murka dan marah-marah.
"Dasar anak bodoh! Mau jadi apa dia? Kalau dia tidak menikah dengan Raymon, siapa yang mau menikahi nya? Pria mana yang mau dengan anak gadis yang sudah tak gadis lagi?"
Suara nya yang keras dan lantang dan berapi-api membuat Benni ikut terbakar emosi. Ia pun menyeret tangan istrinya ke kamar dan memaksa Sovie untuk tenang.
"Udah Ma, kamu tak perlu berteriak sekencang itu, bagaimana kalau tetangga pada dengar? Apa kamu tidak malu? Aib anak kita di ketahui semua orang." Bentak Benni dengan nada emosi yang tertahan.
Sovie yang melihat Benni ikut tersulut emosi memarahi nya langsung terdiam dan menangis terisak-isak.
"Jika Via tak mau di nikah kan dengan Raymon, apa boleh buat, kita tak bisa memaksa dia. Jangan sampai Via memilih jalan yang buruk. Papa gak mau, Via lebih nekat lagi dengan mengakhiri hidupnya." Ujar Benni dengan nada yang mulai melunak.
Ia ikut merasa kecewa dengan keputusan Via. Namun sesuatu yang lebih menakutkan di dalam pikirannya membuat ia tak ingin terlalu memaksakan kehendaknya pada Via.
"Saat ini, serahkan saja semuanya pada Via. Jika memang ini adalah keputusan yang ia ambil. Yang penting kita sebagai orang tua sudah memberikan jalan yang terbaik untuk dirinya." Ujar Benni lagi.
"Mama tak mau, Via menyesal karna keputusan nya yang salah Papa!" Sovie bersikeras membantah perkataan Benni yang terdengar membela Via.
Benni menarik nafas panjang.
"Menyesal atau tidak, kita tak pernah tahu jalan nasib seseorang Ma, serahkan semua pada sang pencipta." Benni mencoba meyakinkan Sovie yang mulai sedikit tenang.
Ia pun memeluk tubuh istrinya dengan mesra.
"Ingat gak dulu? Nasib juga mempertemukan kita? Jodoh itu Tuhan yang ngatur, iya kan?" Benni membujuk Sovie dengan kata-kata yang perlahan makin menenangkan Sovie.
Akhirnya Sovie hanya mengangguk dan balas memeluk suaminya yang tercinta. Benni ada benarnya juga, mungkin ini sudah suratan nasib Via.
"Pagi Om, Tante!"
Suara Raymon yang belum beberapa lama datang di rumah keluarga Via, sontak mengejutkan kedua orang tua Via.
Benni bergegas keluar kamar di ikuti Sovie untuk menyambut calon menantunya yang batal melangsungkan pernikahan hari ini.
"Om, Tante. Maafkan Raymon." Raymon langsung berlutut di hadapan kedua orang tua Via.
Wajah dan penampilannya tampak kusut dan lelah.
"Raymon sudah coba mencari Via kemana-mana, tapi Via tidak ketemu." Ujarnya lirih.
Deraian airmata tampak jatuh mengiringi suaranya yang terdengar serak dengan tubuh bergetar. Terlihat sekali jika batin Raymon sangat terguncang karna kehilangan Via.
Benni dan Sovie yang menyimpan rasa amarahnya pada pemuda itu, mulai luluh dan kasihan. Mereka hanya terdiam melihat Raymon yang menangis tak berdaya di depan pintu rumah mereka.
Mereka ingin menjelaskan bahwa mereka baru saja mendapat kabar dari Via kepada Raymon.
Akan tetapi, sebuah mobil mewah yang di tumpangi Kartika dan suaminya Rama tampak berhenti di depan rumah dan mengejutkan mereka bertiga.
"Raymon...!"
Kartika yang baru turun dari mobil, langsung berteriak menghampiri Raymon dengan setengah berlari.
Disusul suaminya Rama yang mengikuti langkahnya dari belakang.
Raymon yang sempat terlihat oleh Kartika sedang bersujud dan menangis dihadapan Benni dan Sovie membuat Kartika serta merta jadi naik pitam.
"Apa yang kalian lakukan pada anakku, heh?" Bentak Kartika dengan sorot mata nyalang memandang Benni dan Sovie.
"Mama...!" Raymon segera menghentikan tangisnya dan langsung menghadang Kartika yang seolah ingin menyerang Sovie.
"Minggir kamu, mama gak terima kamu sampai sujud-sujud segala di kaki mereka!" Jerit Kartika gusar.
"Mama salah paham!" Tegas Raymon membuat Kartika makin marah.
"Salah paham gimana? Mama lihat sendiri kamu sujud di depan mereka!" Nada suara Kartika makin meninggi.
"Itu tak seperti yang mama bayangkan!" Jelas Raymon seraya memegangi Mama nya yang sudah di kuasai emosi.
"Jangan membela mereka Ray, jangan bikin Mama makin kecewa sama kamu!" Teriak Kartika dengan nada berapi-api.
"Ray mohon ma, jangan permalukan Ray lagi ! Ray yang salah ma, kalau bukan gara-gara Ray, Via gak bakalan kabur saat ini!" Pinta Raymon memohon.
Raymon memandang Kartika dengan wajah memelas dan penuh deraian airmata.
Kartika yang tengah menahan emosi tertegun seketika mendengar penuturan putra kesayangannya.
"KABUR? Kabur gimana?" Tanya Rama kaget.
Rama yang sedari tadi berdiri di belakang istrinya sontak terkejut.
Kartika dan Rama pun saling berpandangan dengan tatapan tak mengerti. Mereka kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi.
.
.
BERSAMBUNG