Nindya seorang sekertaris yang sangat amat sabar dalam menghadapi sikap sabar bosnya yang sering berubah suasana hati. Hingga tiba-tiba saja, tidak ada angin atau hujan bosnya dan keluarganya datang ke rumahnya dengan rombongan kecil.
Nindya kaget bukan main saat membuka pintu sudah ada wajah dingin bosnya di depan rumahnya. Sebenarnya apa yang membuat bos Nindya nekat datang ke rumah Nindya malam itu, dan kenapa bosnya membawa orang tuanya dan rombongan?
Ayo simak kelanjutan ceritanya disini🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VivianaRV, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11
"Apa yang akan kamu lakukan hari ini untuk membatalkan pernikahan kita?" tanya Kaivan dengan raut wajah serius.
"Saya nanti akan pergi ke dokter kandungan jadi nanti sesudah makan siang saya izin keluar sebentar untuk ke rumah sakit."
"Iya saya izinkan tapi kamu harus cepat kembali karena kan pekerjaanmu hari ini amat sangat banyak karena kamu tidak berangkat sehari kemarin."
"Itu kan salah anda pak kenapa tidak menandatangani surat pengunduran diri dari saya kalau sudah ditandatangani pasti saat ini saya sudah tidak bekerja lagi dan asyik menikmati waktu di rumah."
"Enak sekali kamu di rumah sedangkan saya keteteran kerja di kantor."
"Ya pak Kai kan tinggal cari sekertaris baru lagi, gampang kan? Tidak usah dibuat pusing pak kalau ada yang mudah."
"Iya memang cari sekertaris mudah tapikan harus mengajarinya ke awal lagi."
"Kalau tahu begitu kenapa anda sering marah-marah sama saya yang membuat saya enggak betah kerja sama bapak."
"Ya kalau kamu salah kan memang sudah sepantasnya kena marah."
"Enggak mesti marah-marah dong pak kalau bawahan salah, kan anda bisa bilang secara baik-baik. Setelah ini saya juga akan tetap resign, tenang saja saya akan mencari calon sekretaris pengganti saya yang berkompeten."
"Enggak bisa kalau ada orang yang salah saya engga bisa ngomong baik-baik, saya ada penawaran untuk kamu kalau kamu mau terus bertahan kerja di kantor saya."
"Memang apa pak penawarannya? Kalau penawarannya menarik saya pasti akan setuju kalau tidak ya nanti saya pikir-pikir lagi."
"Kamu itu gaya sekali, memang kamu enggak takut kalau keluar dari kantor saya kamu akan mendapatkan pekerjaan yang sama seperti di perusahaan besar dan yang pasti gajinya tinggi dan posisi yang tidak main-main?"
"Kalau dari pengalaman yang sudah saya lalui bukan tidak mungkin syaa diterima di perusahaan besar seperti perusahaan anda."
"Cukup percaya diri sekali kamu ini."
"Iya dong harus itu pak, jadi anda menawarkan penawaran apa kepada saya?"
"Kalau kamu mau tetap bekerja sebagai sekertaris saya, saya akan menaikkan gajimu dua kali lipat. Bagaimana penawaran dari saya menarik tidak?"
Diberi penawaran yang sangat menggiurkan begitu tentu saja Nindya tergoda. Orang mana yang menolak gaji hampir tiga digit diera seperti ini. Tapi untuk menjaga harga dirinya Nindya pura-pura dulu untuk jual mahal.
"Penawaran dari anda cukup menarik bagi saya tapi kalau saat saya bekerja anda masih marah-marah mungkin saja saya tidak akan betah."
"Ya sudah kalau begitu saya tidak akan marah tapi kalau kesalahan yang kamu buat itu kesalahan kecil."
"Apa yang anda katakan itu benar kan pak?"
"Iya benar, saya tidak akan melanggarnya."
"Baiklah kalau begitu saya setuju" mereka pun berjabat tangan pertanda persetujuan antar kedua belah pihak.
"Pak nanti saat sudah lumayan dekat dari perusahaan tolong turunkan saya."
"Kenapa memangnya?"
"Saya tidak mau ada gosip tentang saya dan anda, karena kalau sampai penggemar anda tahu saya bisa dirujak habis-habisan."
"Saya juga tidak mau semobil dengan kamu sampai perusahaan nanti orang ngira selera saya turun."
"Cih...anda saja selama ini tidak pernah dekat dengan perempuan lain setahu saya."
"Itu kalau di perusahaan kalau diluar perusahaan kan kamu tidak tahu."
"Berarti selama ini anda bajingan ya pak."
"Jaga ucapan kamu itu."
"Loh memang ada yang salah dari perkataan saya tadi?"
"Sudah kamu jangan banyak omong, sana turun dari mobil saya!" Kaivan menghentikan mobilnya di perempatan jalan yang lumayan dekat dari perusahaan.
"Sabar pak ini juga saya akan turun" Nindya mengambil tasnya lalu turun dari mobil. Setelah Nindya turun Kaivan langsung tancap gas meninggalkan Nindya.
"Emang bos sableng!"
Nindya lalu berjalan di trotoar seorang diri hingga sepuluh menit kemudian dia sampai di gerbang perusahaan. Saat akan masuk ke dalam lobby kantor Nindya tidak sengaja bertemu dengan Fadli yang juga baru sampai kantor.
"Loh kamu kok ada disini Nin?" tanya Fadli sedikit kaget.
"Aku kerja lagi disini" ucap Nindya sambil masuk ke dalam lift yang juga diikuti oleh Fadli.
"Bukannya kamu sudah memberikan surat resign kemarin?"
"Suratnya belum disetujui oleh pak Kai jadinya kau mesti berangkat hari ini dan seterusnya."
"Sebentar, kamu bilang seterusnya? Berarti kamu enggak jadi resign dari sini?"
"Enggak jadi, aku masih tetap kerja disini enggak tahu sampai kapan."
"Memang kamu kenapa masih mau tetap kerja disini?"
"Gajiku dinaikin mulai saat ini" ucap Nindya sambil berbisik.
"Sepertinya memang pak Kai tidak bisa ditinggal sama kamu deh."
"Pak Kai itu katanya enggak mau aku keluar karena susah mengajari sekertaris baru nantinya."
"Halah itu cuma alasan aja, lagian nanti kalau kamu nikah dan suami kamu tidak memperbolehkan kamu kerja pasti kan kamu akan tetap resign dan pak Kai mau tidak mau harus mencari penggantimu. Masa ya kalau seperti itu kamu tetap dipaksa untuk terus kerja disini."
"Iya ya, tapi kalau terjadi seperti itu disetujui atau tidak aku akan tetap keluar demi suami aku nantinya."
Ting...(suara lift pertanda sudah sampai)
"Hati-hati sepertinya pak Kai suka sama kamu."
"Kamu itu kalau ngomong suka ngaco, sudah sana keluar keburu pintu lift tertutup lagi" Nindya mendorong pelan tubuh Fadli keluar dari lift, lalu setelah itu pintu lift tertutup dan menuju ke lantai tempat Nindya bekerja.
Saat sudah sampai di lantai gedungnya, Nindya segera ke meja kerjanya. Dia kaget melihat banyak sekali map yang tertumpuk di atas mejanya.
"Astaga baru saja tidak berangkat satu hari tapi kenapa kerjaannya bertumpuk seperti ini?" baru berangkat kerja lagi Nindya sudah dibuat frustasi.
Baru saja duduk suara interkom sudah terdengar, Kaivan menyuruh Nindya untuk masuk ke dalam ruangannya untuk mengambil berkas yang sudah tertanda tangani. Saat masuk ke dalam ruangan Kaivan, pemandangannya tidak jauh berbeda dari ruangan Nindya.
"Nindya tolong kamu berikan berkas ini ke manager divisi" tunjuk Kaivan pada setumpuk berkas.
"Apakah sebanyak ini pak?"
"Iya itu semua tolong kamu berikan ke manager divisi."
"Baik pak" Nindya mengambil setumpuk berkas itu membawanya keluar menuju lantai empat. Sampai di lantai empat Nindya langsung masuk ke ruangan manager, setelah itu meletakkan berkas ke atas meja.
"Ini pak berkas yang sudah ditandatangani oleh pak Kai."
"Baiklah terima kasih ya Nindya, sudah dibawakan ke sini" ucap Gavar, manager divisi.
"Iya pak sama-sama, kalau begitu saya pamit pak."
"Tunggu Nindya, kenapa kamu buru-buru pergi sih? Memang kamu enggak mau ngobrol dulu dengan saya?" ucap Gavar dengan genit.