NovelToon NovelToon
Senyum Di Balik Apron

Senyum Di Balik Apron

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Bullying di Tempat Kerja / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Trauma masa lalu
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Dia

Tiga tahun merantau di kota orang, Ciara Anastasya (27) akhirnya pulang ke kampung halaman. Niat hati ingin bekerja kembali di kota kelahiran, namun nasib baik tak plberpihak padanya.

"Bahkan masih 27 tahun, tapi sudah cukup sulit mencari kerja. Harusnya aku melanjutkan pendidikan saat itu" Ciara yang biasa di panggil Cia itu bergumam pelan di teras depan rumahnya.

Dua minggu setelahnya, Cia menerima panggilan kerja di Jakarta. Dia memutuskan untuk berangkat apapun yang terjadi.

Kembali hidup di kota orang sendirian tak membuat Cia takut. Banyak hal yang harus dia lewati, mulai dari mendapat keluarga baru, teman layaknya saudara, laki-laki idaman mungkin, tak lupa juga teman kerja yang membencinya tanpa alasan yang masuk akal.

Lebih banyak hal yang terjadi dalam hidupnya selama merantau kali ini. Suka cita yang dia bagi bersama keluarganya, juga tekanan dan beban yang di simpannya sendirian. Serta trauma masa lalu yang dia sembuhkan.

"Berbagilah, kamu tidak sendirian sekarang"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Dia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Huru Hara

Selama tiga minggu Chandra menepati janjinya untuk menjauhi Cia di tempat kerja. Sekarang kembali dia mengikuti Cia berjalan kaki, bahkan mengganggunya di setiap jalan sampai mereka tiba di Restoran. Cia tak ambil pusing, dia segera mengganti bajunya dengan seragam dan mulai membersihkan meja kursi dan juga kaca jendela.

Cia bersyukur karena hari ini Sandra dan Mita sangat profesional, tidak seperti biasanya yang melakukan sesuatu seenaknya.

"Ci? tolong anterin pesanan meja nomer lima ya?" ucapan Sandra barusan membuat Cia kaget karena ucapannya yang terdengar ramah dan ada kata tolong juga yang dia ucapkan.

"ah, iya kak" Cia segera mengambil nampan yang berisi pesanan meja nomer lima.

Cia sebenarnya curiga karena Sandra sangat ramah hari ini. Cia hanya khawatir ada maksud tertentu di balik kebaikannya hari ini. Selama berjalan ke meja nomer lima Cia sudah was-was jika saja Sandra mengerjainya.

"Permisi? Pesanan meja nomer lima atas nama bu Rika?" ucap Cia dengan sopan. Di lihatnya meja yang berisikan empat ibu-ibu di depannya. Cia lebih dag dig dug karena ini kalau salah bisa panjang urusannya, ibu-ibu susah buat di beri penjelasan. Syukur-syukur kalau para ibu ini baik semua.

"oh iya benar mbak. Silahkan" jawab Ibu Rika langsung menurunkan tangannya yang sebelumnya berada di atas meja, di ikuti ketiga ibu lainnya.

Cia merasa mendapat angin segar, karena sering kali sudah bilang permisi tapi tangan mereka yang bermain ponsel tetap di atas meja sehingga membuat pelayan yang mengantar pesanan kesusahan untuk meletakan berbagai jenis makanan dan minuman itu di meja.

Cia meletakan satu per satu makanan yang di bawanya ke atas meja. Untuk minuman sudah di antar lebih dulu karena saat Cia sampai meja itu sudah tersaji beberapa minuman di atasnya.

"saya permisi dulu. Selamat menikmati" pamit Cia dengan sopan.

"iya, terima kasih" ucap bu Rika dengan senyuman di wajahnya.

Saat berjalan kembali ke tempatnya Cia terus tersenyum karena perlakuan para ibu-ibu tadi. Sederhana tapi membuat para pramusaji bahagia. Para pembeli yang makan dengan rapi juga membuatnya senang, karena Cia pernah membersihkan meja yang selesai di gunakan itu sangat kotor. Kotornya bukan yang kotor normal seperti bekas minuman dingin yang membuat meja basah, nasi yang terjatuh di atas meja, atau ada makanan yang tumpah, itu sangat normal. Yang tidak normal adalah saat tulang-tulang dari ayam ataupun ikan berada di atas meja tanpa alas, padahal mereka bisa meminta piring kosong untuk itu, atau bisa menggunakan tisu.

"Bang Chan? Tumben banget hari ini Sandra baik-baik saja sama Cia. Padahal dia tadi melihatmu mengikuti Cia loh" Doni bertanya dengan heran.

"ya mana gue tau. Do'ain aja dia gak ada niat buruk sama Cia. Terus itu ngapain manggil gue bang Chan segala?" tanya Chandra.

"sopan santun bang. Dengerin Riko manggil lo begitu kok enak di denger jadi gue ikut dong. Dan semoga si Sandra udah tobat, aamiin" ucap Doni, tangannya mengatup dan di usapkan ke wajahnya. Layaknya orang berdo'a.

Saat Chandra bergegas untuk pulang, justru dia melihat Cia masih rebahan di kursi ruang karyawan.

"nggak pulang kamu Ci?" tanya Candra yang duduk di meja kayu depan kursi yang di gunakan Cia untuk rebahan.

"hari ini aku full mas. Kan semenjak kak Nina keluar, setiap hari pasti ada yang full kerjanya" jawab Cia dengan mata yang sudah menatap Chandra.

"yah.. Gak seru dong mas pulang jalan kaki sendirian" wajah Chandra di buat seolah-olah sedih.

"bareng aja sama kak Sandra tuh" jawab Cia saat melihat Sandra memasuki ruang karyawan untuk berkemas pulang.

Sandra mengambil barang-barangnya tanpa perduli dengan keberadaan Chandra dan Cia di sana. Sandra pergi begitu saja tanpa menyapa Chandra seperti biasanya.

Cia langsung bangun dari rebahannya saat melihat Sandra pergi begitu saja.

"Mas? Kayaknya kak Sandra kerasukan deh" ucap Cia dengan sungguh-sungguh. Karena hari ini sandra sangat aneh.

"udah nggak usah mikir aneh-aneh. Siapa tau kan dia sudah bertobat. Meskipun aku juga nggak yakin sih" ucap Chandra dengan ragu.

"udah ah. Pulang sana kamu mas, aku mau tidur" Cia mengusir Chandra.

Chandra langsung berdiri. Tanpa mengatakan apapun dia pergi setelah mengelus kening Cia dengan jempol tangan kanannya.

Cia hanya melirik kepergian Chandra, dia sudah sangat mengantuk hingga langsung memejamkan matanya lagi.

"mau bareng nggak Ci? Udah malam nggak baik jalan kaki sendirian" tawar Riko saat mereka berada di luar Restoran untuk pulang. Lagi pula arah pulang mereka sama.

Tanpa menjawab apapun, Cia langsung duduk menyamping di belakang Riko. Riko langsung melajukan motornya dengan pelan.

"Sampai depan toserba aja Rik. Nanti masuknya aku jalan kaki saja" ucap Cia.

"nggak ah, gue anterin sampai deoan kos kebetulan mau beli baksonya pak Udin dulu"

"tepat sekali. Kita makan dulu, bayarin ya?" goda Cia.

"perasaan gue mulu deh Ci yang bayarin, tapi kemarin bang Chandra sih"

"sama adeknya nggak boleh pelit Rik"

"kan. Malah jadi adek, minimal panggil gue abang baru jadi adek gue"

"ok siap. Demi makanan gratis setiap hari" jawab Cia dengan lantang.

"gini amat, baru beberapa detik lalu anak tunggal. Sekarang dah punya adek yang jaraknya beberapa bulan doang" ucap Riko dengan melas. Dia sudah menghentikan sepeda motornya di depan warung pak Udin.

"sama aja kayak satu tahun abangku. Kamu awal bulan, tanggal satu lagi. Lah aku udah akhir tahun, tanggal 24 juga. Udah sama dengan satu tahun itu" jelas Cia, dia berjalan lebih dulu untuk duduk. Sedang Riko pesan bakso.

Riko dan Cia makan bakso dengan tenang tanpa berbicara. Namun keduanya segera menoleh ke arah mobil yang berhenti di depan gerbang kos Cia.

"Siapa Ci?" tanya Riko penasaran.

Cia hanya menggelengkan kepalanya karena itu mobil asing. Bukan milik salah satu penghuni kos itu. Tak lama Cia melihat Sandra keluar dari gerbang dan masuk ke dalam mobil tersebut.

"pacar kak Sandra kayaknya deh Rik. Makanya dia nggak ngejar mas Chandra lagi" Cia masi melihat mobil yang sudah berjalan itu.

"bayar sendiri sana Ci. Manggilnya Rik berarti bukan adek gue lagi" kata Riko yang sudah berjalan untuk membayar baksonya. Sedangkan Cia hanya berdiri di belakang Riko.

"pak Udin? Itungnya sama punya Cia ya? Kalau nggak di bayar sama Bang Riko. Masukin bon hutang aja atas nama Riko Ferdiansyah" Cia berlari setelah mengatakan itu. Tapi sebelum berlari, dia memberikan uang 20 ribuan di atas meja depan pak Udin.

Riko membayar dua porsi, dan langsung pulang setelah mengambil uang yang Cia letakkan untuk dia kembalikan besok.

Cia kaget saat sampai di depan kamarnya karena dua bunga beserta pot yang di belinya satu bulan lalu sudah hancur. Pecahan batu dari pot itu berceceran di depan pintu kamarnya. Tanahnya juga berceceran bercampur dengan air hinggak membuat lantai sangat kotor. Jangan lupakan bunga mawarnya yang sudah berbunga beberapa biji itu terpotong jadi beberapa bagian.

Cia memasuki kamarnya untuk mengambil sapu dan tempat sampah. Dia membersihkan pot, tanah dan bunganya. Cia harus mengepel lantai itu beberapa kali untuk benar-benar bersih. Cia sangat heran karena bunga yang di rawat dengan tangannya sendiri itu kini sudah hancur lebur tanpa alasan. Cia ingin lapor pada Nina, tapi karena sudah malam dia mengurungkan niatnya. Untung dia sudah mengambil beberapa foto dan video untuk di laporkan pada Nina besok.

"Kak Nina?" panggil Cia.

Dia bangun sangat pagi untuk melaporkan kejadian semalam pada Nina.

"ada apa Ci?" tanya Nina yang sedang pemanasan di halaman rumahnya.

"Karamel mana?" Cia mencari keberadaan Karamel.

"masih tidur Ci. ini masih cukuo pagi loh, kamu kok sudah bangun?" heran Nina. Tumben Cia bangun sepagi ini.

"kak? Lihat deh" Cia menunjukan ponselnya yang berisi foto dan video bunganya yang sudah rusak.

"ya Allah Ci. Kakak lupa membersihkannya" ucap Nina.

Nina mulai menceritakan penyebab bungan Cia hancur itu karena semalam abis kumandang adzan isya'. Sandra mendatangi kamar Lita yang berada di sebelah kamar Cia. Atas keterangan Lita, katanya sebelum Sandra masuk dia mendengar suara dentuman keras. Saat Lita keluar dia melihat Sandra sudah membanting dua pot bunga itu di lantai, bahkan menuangkan air di atas tanahnya dan melebarkannya. Lita tau hal itu mengingatkan Sandra agar tidak keterlaluan, apalagi Cia anak baru yang nggak tau apa-apa.

"Diam saja Lita. Kamu nggak tau kalau dia sudah ganjen sama cowok incaranku" ucap Sandra dengan marah.

"kamu sudah keterlaluan San. Dan kamu bilang cowok incaranmu? Aku bahkan tidak melakukan apapun saat tunanganku selingkuh denganmu" sindir Lita dengan pedas.

"salahkan tunanganmu. Sudah mau menikah masih doyan cewek lain. Sadar kalau lo banyak kekurangan" ucap Sandra dengan wajah mengejek Lita.

Lita menjambak rambut Sandra. Karena sama-sama kesal akhirnya mereka saling jambak dan mencakar sampai Nina dan Rudi sampai di tempat kejadian. Nina dan Rudi langsung berlari setelah mendapat telfon aduan dari anak-anak kos yang lain. Lita dan Sandra akhirnya di bawa ke rumah Nina untuk dj tanyai. Lita menceritakan semuanya, sedangkan Sandra diam saja. Nina menghela nafas saat mendengar kelakuan Sandra.

"gue nggak memperpanjang masa sewa kos lagi. Gue keluar hari ini juga" ucap Sandra dengan marah dan meninggalkan Nina, Rudi dan Lita begitu saja.

Cia yang mendengar cerita itu cukup kaget. Ternyata benar kecurigaannya atas kebaikan Sandra kemarin. Dia harus siap jika ke depannya masalah dengan Sandra lebih menyala lagi.

"maaf Ci. Karena mengurus meraka kakak jadi lupa membersihkannya" Nina menyesal tak membersihkannya terlebih dulu semalam.

"tidak apa kak. Lebih baik Cia yang membersihkan, jadi Cia masih bisa melihat bunga-bunga Cia. Tak apa, nanti pulang keeja Cia bakalan beli lagi" ucap Cia dengan ceria.

Tak lama mereka mengobrol, Cia segera kembali ke kamarnya. Sedangkan Nina masuk ke dalam rumah untuk memasak setelah bu Ida pulang berbelanja.

"Ci? Apa yang terjadi semalam di kamar kosmu?" tanya Chandra saat dia dan Cia berada di ruang karyawan.

Tanpa menjawab Cia menunjukan video bunganya yang hancur lebur. Sebernarnya Chandra tau apa yang terjadi, tapi dia tidak tau jika Sandra menghancurkan bunga yang di rawat Cia.

"pantas semalam ada dentuman cukup keras" ucap Chandra.

"mas tau?" tanya Cia heran. Perasaan Chandra tau semuanya deh.

"hm. Aku semalam ada di tempat pak Udin" jawab Chandra.

"mas Chandra anak pak Udin ya? Perasaan di sana terus deh"

"enggak lah Ci. Emang suka aja nongkrong sama pak Udin, orangnya seru" kata Chandra.

Obrolan mereka berhenti saat melihat Sandra masuk ke ruangan itu. Cia dan Chandra saling tatap saat melihat Sandra yang menutu pintu dengan keras.

"Mulai sekarang sampai ke depannya, hidupmu bakalan nggak tenang Ci. Sabar ya?" ucap Chandra, tangannya menepuk pundak Cia pelan.

Cia menatap Chandra dengan malas.

"penyebabnya kan mas Chandra juga. Siap-siap sana buat tanggung jawab nanti"

"Siap dong Ci. Mas selalu siap tanggung jawab" jawab Chandra dengan tersenyum.

"kalau sekedar penasaran mending berhenti sekarang aja mas" ucap Cia. Kakinya berjalan ke arah pintu, meninggalkan Chandra yang menatap punggung Cia.

Chandra menghela nafasnya berat, dia meletakkan barang-barangnya di loker dan segera memakai seragam kerjanya. Untuk masalah Cia bisa di pikirkan nanti lagi, sekarang waktunya dia bekerja terlebih dahulu.

...****************...

1
Camila Llajaruna Cornejo
Sudah berapa lama nih thor? Aku rindu sama ceritanya
Ningxi
terima kasih
Miu miu
Aku sempet nggak percaya sama akhir ceritanya, tapi bener-bener bikin terkagum-kagum.💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!