Hati siapa yang tak bahagia bila bisa menikah dengan laki-laki yang ia cintai? Begitulah yang Tatiana rasakan. Namun sayang, berbeda dengan Samudera. Dia menikahi Tatiana hanya karena perempuan itu begitu dekat dengan putri semata wayangnya. Ibarat kata, Tatiana adalah sosok ibu pengganti bagi sang putri yang memang telah ditinggal ibunya sejak lahir.
Awalnya Tatiana tetap bersabar. Ia pikir, cinta akan tumbuh seiring bergantinya waktu dan banyaknya kebersamaan. Namun, setelah pernikahannya menginjak tahun kedua, Tatiana mulai kehilangan kesabaran. Apalagi setiap menyentuhnya, Samudera selalu saja menyebutkan nama mendiang istrinya.
Hingga suatu hari, saudari kembar mendiang istri Samudera hadir di antara carut-marut hubungan mereka. Obsesi Samudera pada mendiang istrinya membuatnya mereka menjalin hubungan di belakang Tatiana.
"Aku bisa sabar bersaing dengan orang yang telah tiada, tapi tidak dengan perempuan yang jelas ada di hadapanku. Maaf, aku memilih menyerah!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Penolakan Mama Sakinah
Ceklek ...
"Sam," panggil Mama Sakinah saat masuk ke kamar Samudera. Tampak Samudera sedang termenung di balkon kamarnya. Setelah 3 bulan harus menjalani terapi akibat psikologis Samudera yang kembali terganggu akibat penyesalannya yang sudah membuat Tatiana pergi, akhirnya seminggu ini keadaan Samudera sudah jauh lebih membaik. Namun biar begitu, Samudera masih sering melamun. Rasa rindu yang menggebu pada Tatiana membuatnya benar-benar tersiksa. Rasa cinta yang sebelumnya berusaha ia tampik kini justru makin menggelora.
"Kenapa di sini? Sudah hampir malam. Ayo, masuk!" ajak Mama Sakinah yang sudah berdiri di samping Samudera.
"Ma, bagaimana keadaan Tiana sekarang ya? Kini usia kandungan Tiana pasti sudah semakin membesar kan, Ma? Apa Tiana mengidam hebat seperti Triana dulu? Bagaimana bila Tiana tiba-tiba menginginkan sesuatu di tengah malam? Siapa yang akan membelikannya makanan?" gumamnya dengan tatapan mata kosong.
"Doakan saja Tiana dan calon anak kalian baik-baik saja. Mama yakin, Tiana perempuan yang kuat. Dia pasti baik-baik saja," ujar Mama Sakinah lembut.
'Nak, ayah mohon, jaga bunda ya? Jangan buat susah bunda, kasihan. Apalagi ayah tidak ada bersama kalian. Namun percayalah, ayah sangat menyayangi kalian. Ayah dan kak Ana pun sangat merindukan kalian. Oma dan Opa pun juga merindukan kalian. Tiana, dimanapun kalian berada, semoga kalian selalu sehat dan dilindungi yang maha kuasa. Maafkan Mas yang tidak ada di sisimu di saat-saat terberat mu,' ucap Samudera dalam hati.
"Ma, apa aku masih memiliki kesempatan bertemu dengan mereka?"
"Berdoa saja. Bila kalian masih berjodoh, pasti kalian akan kembali dipertemukan. Namun bila tidak, doakan saja Tiana dan anak kalian bisa menemukan kebahagiaan meskipun bukan bersama kita." Hanya itu yang bisa Mama Sakinah ucapkan.
Mama Sakinah pun sangat mengkhawatirkan keadaan Tatiana dan calon cucunya. Namun menunjukkan ekspresi khawatir hanya akan membuat Samudera makin tenggelam dalam penyesalan.
Sekeluarnya Mama Sakinah dari kamar Samudera, bi Una yang sudah kembali ke rumah itupun menghampirinya.
"Nya, di depan ada non Triani," ujar Bi Una membuat Mama Sakinah menghela nafas panjang.
Padahal sudah berkali-kali Mama Sakinah menolak kedatangan Triani, tapi perempuan itu masih saja berkeras ingin bertemu dengan Samudera.
Mama Sakinah sudah mengetahui penyebab Tatiana makin bertekad pergi meninggalkan Samudera. Samudera pun sudah memberitahu Mama Sakinah tentang perbuatan Triani yang meneror Tatiana dengan foto-foto Samudera dan Triani yang memang bisa memicu salah paham. Jelas saja, mama Sakinah kecewa. Ia tidak pernah menyangka saudara kembar mendiang menantunya itu bisa setega itu menyakiti perempuan lain demi mendapatkan apa yang ia inginkan. Mama Sakinah yang awalnya respect terhadap Triani yang memang baru saja resmi bercerai dengan suaminya jadi berubah haluan. Kini mama Sakinah justru merasa jengah melihat Triani yang sepertinya pantang menyerah untuk mendekati dan mendapatkan Samudera.
"Triani, kau kemari lagi?" tanya Mama Sakinah dengan senyum yang begitu kentara terpaksa.
"Tante, mama dan papa baru pulang dari Batam jadi mereka meminta ku mengantarkan ini ke mari," Triani menyerahkan paper bag yang bertuliskan nama toko oleh-oleh khas Batam kepadanya.
"Sampaikan pada mama dan papamu, terima kasih."
"Iya, Tan. Oh iya, keadaan kak Sam bagaimana, Tan? Boleh aku menjenguknya?"
"Maaf, untuk saat ini Sam tidak bisa diganggu. Ia masih ingin menenangkan diri. Kau pasti ingat kan, atas ulah siapa Sam sampai menjadi seperti ini," sindir Mama Sakinah membuat Triani salah tingkah.
"Maaf, Tan, kalau perbuatanku membuat Tiana jadi pergi. Namun aku melakukan ini ada alasan yang kuat. Aku sudah lama mencintai kak Samudera. Apalagi kak Sam tidak pernah mencintai istrinya, jadi apa salahnya kalau aku ... "
"Salah. Jelas saja kamu salah. Mau Samudera mencintai atau tidak mencintai istrinya, tetap saja perbuatan mu salah. Pernah kau pikirkan bagaimana perasaan Tiana saat melihat suaminya lebih dekat dengan perempuan lain? Apalagi saat melihat kalian berpelukan. Kau seorang wanita, seharusnya kau memiliki empati terhadap sesama wanita, tapi apa yang kau lakukan? Kau justru sengaja menabur garam di atas luka Tiana. Dan kau lihat, kini yang terluka bukan hanya Tiana, tapi Sam dan Ana. Apa kau puas sudah menghancurkan sebuah keluarga karena keegoisan mu itu?"
Kepala Triani menunduk, tapi kedua tangannya mengepal. Bukannya sadar atas kesalahannya, Triani justru marah karena Mama Sakinah tidak mendukung dirinya yang ingin menjadi istri Samudera.
...***...
"Mas Aska," gumam Tatiana saat melihat Aska sudah berdiri di depan meja resepsionis. Aska yang memang sudah menunggu Tatiana pulang pun menoleh.
"Ah, hai." Aska lantas mendekat.
"Mas Aska lagi ngapain di sini?"
"Jemput kamu."
"Hah, jemput aku? Tapi aku kan pake motor."
"Nggak papa. Kan kamu bisa tinggalin motor kamu di sini, terus ikut aku naik mobil. Aku mau mengajakmu ke suatu tempat."
"Mas, emangnya kamu nggak risih atau merasa terganggu? Aku ini seorang wanita hamil. Bagaimana kalau ada orang yang kenal Mas liat kita, apa Mas nggak malu gitu?"
"Malu? Memangnya kenapa? Paling mereka ngira kamu itu istri aku," jawab Aska santai. Aska memang sudah mengetahui perihal kehamilan Tatiana sejak beberapa bulan yang lalu. Karena Aska semakin intens mendekatinya. Bahkan Tatiana kini sudah tahu siapa pengirim bunga yang selalu datang ke sana yang tak lain ternyata dari Aska. Tatiana lantas mengatakan perihal kehamilannya berharap agar Aska segera mundur. Namun bukannya mundur, ia justru makin berusaha mendekati Tatiana. Ia tidak mempermasalahkan kehamilan Tatiana sebab ia pikir Tatiana sudah bercerai dengan suaminya.
"Maaf, Mas, tapi aku nggak bisa. Bagaimanapun aku seorang perempuan. Aku nggak mau orang berpikir macam-macam tentangku terutama anakku," ucapnya.
Tatiana menolak bukan hanya karena alasan itu saja, tapi ia harus menjaga Marwah sebagai seorang wanita. Terlepas ia belum tahu kejelasan hubungannya dengan Samudera, tapi ia tetap tidak bisa sembarangan bepergian dengan seorang laki-laki. Apalagi ia juga tidak tahu bagaimana kehidupan Aska. Bagaimana kalau ia sudah memiliki seorang kekasih, tunangan, atau istri? Tentu saja Tatiana khawatir ia tanpa sadar menjadi orang ketiga dalam hubungan orang lain.
Aska tersenyum tipis. Aska salut akan keteguhan prinsip Tatiana. Ia begitu menjaga dirinya. Hal inilah yang membuatnya menyukai seorang Tatiana.
"Em, atau begini saja, bagaimana kalau besok kita ketemuan di cafe yang ada di perempatan jalan sana. Aku ingin mengenalkan mu pada seseorang," ujar Aska.
"Seseorang? Siapa?"
Aska tersenyum. Ia tidak mau memberitahukan siapa yang ingin Aska pertemukan dengannya.
"Aku tunggu besok jam 11 siang. Besok kau libur kan?"
"Kamu tahu?"
"Apa yang tidak aku tahu tentangmu. Kalau begitu, sampai jumpa besok. Sampai jumpa. Oh ya sampai lupa, ini untukmu." Aska menyodorkan sebuah paper bag yang entah berisi apa.
"Tapi Mas ... " Belum sempat Tatiana menolak, Aska sudah meletakkan tali paper bag itu di tangan Tatiana, setelah itu ia pun segera berlalu.
Tatiana pun menghela nafas panjang.
"Cie, cie, yang diajak ngedate," goda Mala.
"Ck, Mbak apaan sih! Ngedate apanya."
"Kayaknya ada yang mau dikenalin sama camer nih."
"Mbak Mala ada-ada saja. Dah ah, aku pulang dulu ya, Mbak. Bye."
...***...
Keesokan harinya,
Tatiana duduk termenung di depan cermin. Sebenarnya Tatiana ragu ingin memenuhi permintaan Aska, tapi Aska sejak tadi menelponnya. Tatiana pun terpaksa mengiyakan permintaan itu.
Namun entah mengapa perasaan Tatiana tiba-tiba merasa tidak tenang. Ia merasa ini tidak benar. Namun untuk menolak rasanya sudah terlambat. Apalagi jarum jam sudah menunjukkan pukul 10 lewat.
Dengan meyakinkan hati, Tatiana pun segera melajukan motornya menuju cafe tempat Aska menunggunya.
Saat melihat keberadaan Aska, senyum Tatiana merekah. Apalagi saat mendengar pembicaraan Aska dengan seorang wanita paruh baya yang Tatiana kenali sebagai Bu Ayu.
"Mama mau kan bantu Aska lamar Tiana?"
"Emangnya kamu benar-benar menyukainya?"
Aska mengangguk cepat.
"Mama setuju kan kalau aku nikah sama Tiana?"
"Mama sih setuju aja. Asal kamu bahagia aja."
"Wah, makasih ya, Ma. Memang mama yang terbaik."
"Assalamu'alaikum, Tan, Mas," ujar Tatiana ramah.
Senyum ibu Aska awalnya merekah lebar saat melihat kedatangan Tatiana. Namun saat menyadari bentuk perut Tatiana yang tak biasa, tiba-tiba membuat senyum wanita itu surut.
...***...
...HAPPY READING ❤️❤️❤️...
ksi lama2 yahh thir Tatiana pergi🤣🤣