NovelToon NovelToon
Sikerei

Sikerei

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Epik Petualangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:469
Nilai: 5
Nama Author: Io Ahmad

Karie yang ingin menjadi Sikerei kesatria Maya demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik semua halangan ia lewati, namun kakaknya selalu menghalangi jalannya dalam Menjadi Sikerei pilihan merelakan atau menggapainya akan memberikan bayaran yang berbeda, jalan mana yang ia pilih?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Io Ahmad, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Percikan.

Semua anak dalam penampungan berkumpul di teras, berkelompok sesuai dengan sister masing-masing. Mereka menerima sarapan berupa roti dengan segelas cokelat panas dan segelas air putih, menghangatkan tubuh mereka di tengah dinginnya hamparan salju. Setelah beberapa ceramah dari setiap sister dan doa untuk memulai hari, mereka digiring ke dalam karavan yang siap diberangkatkan ke pusat Tjimala maupun pinggiran kotanya.

Karie menuntun Aileen yang masih setengah mengantuk menuju karavan. Sambil berjalan, ia berbincang dengan Sintra yang kerepotan membawa cangkir minuman dan roti mereka. Karie memperhatikan setiap langkah mereka, memastikan Aileen tidak tersandung di jalan yang licin.

“Siapa kelompok yang kamu temui sebelumnya?” tanya Karie, nada suaranya penuh kekhawatiran. “Aku khawatir mereka akan melakukan hal buruk padamu.”

Sintra menoleh, matanya menunjukkan sedikit kekhawatiran. “Mereka hanya teman dan ada urusan kecil. Jangan khawatir, aku bisa mengatasinya,” jawabnya, mencoba menenangkan Karie. Namun, Karie bisa melihat tangan Sintra yang gemetar sedikit saat memegang cangkir.

Saat mereka hampir sampai ke karavan, sekelompok orang yang sebelumnya menemui Sintra mendekati mereka. Karie merasakan ketegangan di udara, seperti awan gelap yang menggantung rendah. Ia berbisik kepada Sintra, “Itu bukannya orang-orang yang kamu temui sebelumnya, kan? Apa urusannya belum selesai?”

Sintra menelan ludah, matanya melirik gugup ke arah kelompok tersebut. “Ada apa boss, apakah ada yang belum jelas dari apa yang sudah disampaikan?”

Ketua kelompok itu menggeleng kepala. “Tidak semua sudah jelas tadi, hanya saja sepertinya kamu kerepotan dengan semua cangkir, biar aku membantu membawa sebagian, Sintra.”

“Terima kasih, maaf merepotkanmu boss,” kata Sintra saat mereka sampai di karavan. Ia membagikan makanan dan minuman kepada Karie dan Aileen. “Boss, maaf itu milik Aileen, bisa kamu berikan padanya?”

“Ah, jadi ini miliknya? Sepertinya kamu tidak membutuhkannya. Tugas di tambang hanya memasukkan batu mentah ke dalam troli, lebih baik ini ku minum saja, bolehkan?”

“Apa maksudmu? Cepat berikan pada kak Aileen sarapan itu, bukannya kau sudah memiliki yang lain di sana!” Karie merasakan darahnya mendidih, tapi ia mencoba tetap tenang.

“Kau sudah berani ya, benturan di kepala mu itu benar-benar merubah dirimu. Biar ku tanya sekali lagi, Aileen, apakah boleh kumiliki ini?”

Aileen hanya mengangguk, matanya menunduk.

“Lihat, ia saja tidak masalah.” Orang itu langsung meneguk minuman tersebut, senyum sinis menghiasi wajahnya.

Aileen menenangkan Karie. “Sudah Erhu, kita jangan terlalu larut dengan mereka, itu hanya secangkir cokelat, lain waktu bisa didapatkan lagi.”

“Bukan tentang minumannya, tapi itu hak kak Aileen. Orang seperti itu jika dibiarkan terus begitu, mereka malah akan ngelunjak,” kata Karie dengan suara bergetar.

Sintra hanya diam, matanya menghindari tatapan Karie. Ia tahu bahwa membela Aileen tidak akan menguntungkannya.

Sebelum orang itu pergi, ia membisikkan sesuatu pada Sintra. “Kami sudah ada rencana baru, kamu salah satu yang kami ajak, namun ada yang tentu kamu harus lakukan… Bagaimana, kau ikut?”

“Itu… Apakah boleh aku pikirkan terlebih dahulu, boss?” Sintra mencoba menyembunyikan kegelisahannya.

Karie menatap Sintra dengan mata penuh kekecewaan. “Kenapa kamu diam saja, dengan apa yang terjadi pada kak Aileen?”

Sintra mengangkat bahu, menghindari tatapan Karie. “Aku tidak ingin masalah. Lagipula, ini hanya secangkir cokelat, seharusnya bukan masalah besar,” jawabnya dengan nada acuh tak acuh.

Sepanjang perjalanan di karavan hingga perjalanan di kereta seperti ada dinding tak terlihat di antara Karie dengan Sintra keheningan menemani mereka sepanjang jalan, terdengar suara dimana pemberitahuan pemberitahuan pemberhentian mereka sudah tiba dan Aileen coba mencairkan suasana, “Mungkin kamu sudah lupa, kamu tahu bentuk kristal Mana itu sangat indah loh.”

Karie menunjukkan wajah keheranan, Sintra yang melihat itu menjawab, “Dulu Aileen dapat melihat serpihan batu melukai matanya.”

Sepanjang perjalanan di karavan hingga perjalanan di kereta, suasana di antara Karie dan Sintra terasa seperti ada dinding tak terlihat yang memisahkan mereka. Keheningan menemani mereka sepanjang jalan, hanya sesekali terdengar suara roda kereta yang bergerak diatas rel. Ketika pemberitahuan pemberhentian mereka sudah tiba terdengar, Aileen mencoba mencairkan suasana.

“Mungkin kamu sudah lupa, kamu tahu bentuk kristal Mana yang digunakan sehari-hari, itu sangat indah loh, saat kamu menemukan nya rasanya seperti ingin terus menggali lebih dalam.” katanya dengan senyum lembut, berharap bisa mengalihkan perhatian dari ketegangan yang ada.

Karie menunjukkan wajah keheranan, matanya bertanya-tanya. Sintra yang melihat itu menjawab dengan nada datar, “Dulu Aileen dapat melihat serpihan batu melukai matanya.”

Karie terdiam, mencoba mencerna informasi baru itu. Ia menatap Aileen dengan rasa iba, menyadari betapa banyak yang telah dilalui temannya. Sementara itu, Sintra tetap diam, lebih memilih untuk tidak terlibat lebih jauh dalam percakapan yang tidak menguntungkannya.

Ketegangan malah makin berlarut, pikir Sintra, mengejek Karie yang tidak mengetahui apa-apa tentang Aileen.

Sintra keluar terlebih dahulu dari kereta, diikuti oleh Karie dan Aileen dari belakang. Saat mereka melangkah keluar, Karie bertanya, “Erhu, apakah kamu masih marah pada Sintra?”

“Aku tidak marah, hanya kesal,” jawab Karie dengan nada datar.

“Tolong maafkan Sintra ya, ia hanya ingin kita tidak terlibat jauh dengan mereka. Mereka itu anak-anak yang ditakuti di penampungan, bisa menghajar siapa saja yang dianggap menghalangi jalannya. Sintra hanya tidak ingin kita terluka, seperti itu cara ia melindungi kita,” kata Aileen, mencoba menjelaskan.

Sebelum masuk lebih dalam ke dalam tambang, Sintra menjelaskan kepada Karie cara menambang yang benar. Ia memberikan serpihan Kristal Mana kepada Karie, kristal yang berkilauan dengan cahaya lembut.

“Aliri dengan Mayamu, tapi jangan terlalu banyak karena bisa meledak. Kristal itu bisa menerangi jalanmu,” kata Sintra dengan nada serius. “Kamu pergi ke sebelah sana. Aku dan Aileen akan berada di belakangmu. Jika ada sesuatu, tanyakan saja.”

Karie mengangguk, merasa sedikit gugup namun bersemangat. Ia mengacungkan tangannya, “Ya, apa yang kamu inginkan tanya, Erhu?” Dengan nada malu-malu, ia melanjutkan, “Sintra, maaf atas tindakan gegabah ku sebelumnya.”

Sintra menatap Karie sejenak sebelum mengangguk singkat. “Sudah lupakan saja, memang ada beberapa hal yang belum kamu ketahui.” Karie merasa sedikit lega mendengar jawaban Sintra. Ia memegang erat serpihan Kristal Mana di tangannya, merasakan energi yang mengalir dari kristal tersebut. Dengan hati-hati, ia mulai mengalirkan Mayanya ke dalam kristal, melihat cahaya yang semakin terang menerangi jalan di depannya.

Setelah seharian bekerja keras menambang Kristal Mana, Karie, Sintra, dan Aileen duduk bersama di sudut penampungan. Mereka menikmati makan malam sederhana sambil berbincang tentang hari mereka.

Karie menatap kedua temannya dengan serius. “Aku punya ide,” katanya, suaranya penuh tekad. “Bagaimana kalau kita menyisihkan sebagian dari pendapatan kita setiap kali kita dibayar? Dengan begitu, kita bisa mengumpulkan cukup uang untuk menebus diri kita atau mencari seseorang yang mau mengadopsi kita.”

Sintra mengangkat alis, tampak skeptis. “Kamu yakin itu akan berhasil? Jumlah yang kita dapatkan tidak banyak, dan butuh waktu lama untuk mengumpulkan cukup uang.”

“Kita dibayar 1 koin perak per kilogram Kristal Mana yang kita tambang. Jika kita bisa menambang 1 kilogram per minggu, kita akan mendapatkan 1 koin perak per minggu. Untuk menebus diri kita, kita butuh sekitar 25-30 koin emas, yang setara dengan 250-300 koin perak.”

Karie mengangguk, mencoba menghitung dalam pikirannya. “Jadi, jika kita menyisihkan seluruh pendapatan kita, kita butuh sekitar 250-300 minggu, atau sekitar hampir 5 tahun ya? itu lama juga.

Karie berpikir sejenak, lalu berkata, “Aku punya rencana kedua yang pernah Sintra tawarkan. Menebus diri kita masing-masing terlalu mahal. Bagaimana kalau kita mencari seseorang yang sangat membutuhkan uang dan meminta orang tersebut mengadopsi kita? Kita bisa menawarkan sebagian dari pendapatan kita sebagai imbalan.”

Aileen tersenyum, matanya berbinar. “Itu ide yang bagus, Karie. Kita bisa mencari seseorang yang benar-benar membutuhkan bantuan dan bersedia membantu kita juga.”

Sintra mengangguk, tampak lebih optimis. “Baiklah, kita bisa mencoba itu. Kita harus mencari orang yang bisa kita percayai dan yang benar-benar membutuhkan uang.”

Sintra menghela napas, lalu mengangguk setuju. “Baiklah, aku akan ikut. Tapi kita harus berhati-hati dan tidak membiarkan orang lain tahu tentang rencana kita. Jika mereka tahu, mereka mungkin akan mencoba mengambil uang kita.”

Karie tertidur dengan tenang, napasnya teratur dan wajahnya tampak damai di bawah cahaya redup lampu minyak. Namun, kedua temannya, Sintra dan Aileen, masih terjaga, pikiran mereka penuh dengan kekhawatiran dan harapan.

Sintra memandang Aileen yang duduk di seberang ruangan, matanya berkilat dalam kegelapan. Ia berbisik, mencoba untuk tidak membangunkan Karie. “Hei, Aileen, kamu masih bangun?”

Aileen mengangkat kepalanya, tersenyum tipis. “Ya, ada apa, Sintra?”

Sintra menghela napas, ragu-ragu sejenak sebelum melanjutkan. “Apa kamu merasa Erhu seperti orang yang berbeda? Terakhir kali itu dia pendiam, hanya melakukan apa yang diperintahkan. Bagaimana menurutmu tentang Erhu?”

Aileen menatap Karie yang tertidur, mengenang masa lalu. “Saat pertama kali Erhu datang kemari, ia memang bersemangat seperti itu. Matanya selalu berbinar dengan harapan. Tapi kemudian, sesuatu terjadi. Ia menjadi pendiam, seolah-olah kehilangan semangatnya. Sekarang, melihatnya kembali seperti dulu, aku merasa ada harapan lagi.”

Sintra mengerutkan kening, skeptis. “Kamu percaya dengan angan-angannya?”

Aileen mengangguk pelan, matanya penuh keyakinan. “Tidak ada salahnya untuk mencoba, kan? Dia juga mempercayakan ini padamu. Apa kamu tidak mau mendukungnya untuk mencoba mengeluarkan kita?”

1
Quản trị viên
Wah! Seru banget!
Jelosi James
Kereen! Seru baca sampe lupa waktu.
Kavaurei
Wuih, jadi terinspirasi.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!