Sehat itu mahal harganya! Dan itu memang benar, keluarga Giovani Mahardika rela membayar seorang gadis untuk menikah dengan putra bungsu mereka demi menyembuhkan gangguan mentalnya.
Dialah Alleta Rindiani, setelah melewati beberapa pertimbangan dan penilaian akhirnya gadis inilah yang dipilih oleh keluarga Gio.
Di tengah usaha keras Alleta, secercah harapan akhirnya muncul, namun Gio nyatanya jatuh cinta pada Alleta.
Akankah Alleta membalas cinta Gio di akhir masa perjanjian? Terlebih sesuatu telah tumbuh di dalam sana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bungee~ Bab 31
Wangi aroma vanilla, gula merah dan santan mengisi setiap ruang kosong di rumah. Entah berapa macam penganan yang dibuat. Pokoknya rumah Leta kini persis kapal pecah di bagian dapur dan ruang makan.
"Emh, budhe beneran mau hajatan iki!" Leta menurunkan tali tas dari kedua pundaknya lalu menyerbu kedua ibu yang asik bikin kue sambil konsisten ghibahin orang. Perempuan tuh, kalo lebih dari satu sudah pasti yang terjadi adalah obrolan seputar kejelekan tetangga.
"Nduk, iya...malu sama besan." Leta mengangguk yakin jika besan budhe Gendis mertua dari mas Tama memang orang penting alias pejabat, itu terlihat dari seberapa malunya budhe sampai-sampai bikin penganan untuk jamuan sebanyak ini. Lantas mau bawanya gimana?
"Sebanyak ini, mau bawa pake apa to?" Leta menjawil sedikit unti kelapa dan menyuapkannya ke dalam mulut, hemm! Wangi daun jeruk.
"Yo pake tangan." Jawabnya polos, sejenak hening disana hanya ada suara air kukusan namun sejurus kemudian Leta dan bu Wulan tertawa keras, "ya iyalah, budhe...masa mau bawa pake kaki!"
"Pertanyaanmu nduk, bikin budhe ngerasa kalo budhe itu balik lagi ke usia 5 tahun."
"Budhe karo padhe naik kereta. Dari sini ke stasiun pesan mobil online. Nanti di stasiun dijemput mobilnya besan."
Leta mengangguk-angguk diantara sandaran pan tatnya pada meja makan.
"Nok, solat dulu, terus mangan..." titah ibu Wulan.
"Bentar bu, ngabisin dulu ini..." tunjuknya tengah melahap ketan goreng.
"Masmu?" tanya budhe.
"Mas Gio langsung kerja di coffeshop, budhe. Tapi nanti pulang jam 5, anter Leta ke toko buku buat beli bahan tugas praktikum."
"Oh..iya."
Leta langsung melengos ke arah kamar mandi sementara disana, ibu dan budhe sudah kembali sibuk.
Singkong yang dipesan dari pak Tarmaji gimana mbakyu? Mau pake karung opo kardus?
***
Air wudhu bahkan masih basah di wajah dan sebagian kulitnya ketika Leta mengangkat tangannya untuk menyerukan keagungan Allah. Namun pikirannya sudah mengingat hal tadi, dimana fotonya ada di bawah bantal Gio. Darimana pula Gio mendapatkan fotonya? Pandangan Leta segera mengedar ke arah kumpulan foto-foto yang ia pajang di dinding kamar selepas solat.
"Walah, ilang satu...pantes!" ia mencebik kesal, sepertinya kemarin...saat Gio disini ia sengaja mengambil foto Leta.
Duduknya Leta di tepi kasur sembari merenungkan ucapan Aul dan Rahma tadi pagi. Hingga cukup lama Leta melamun ia memilih untuk makan siang.
Budhe Gendis terlihat undur diri sejenak dari rumahnya untuk mandi dan solat, meninggalkan Alleta berdua saja bersama ibunya di dapur.
Leta tengah makan, sementara ibu...masih sibuk mengukus dan mengadoni. Mungkin ini bukan saat yang tepat untuk bercerita...tapi perasaan galau ini, membuat Leta benci. Sebab galau bikin ia mules dan merasakan kram perut, seperti ingin buang hajat tapi tidak, keringatnya bercucuran dan hatinya gelisah sungguh Leta tak suka.
"Bu,"
"Nopo? Mau tambah?" tanya ibu masih setia melakukan hal yang sama.
Leta menggeleng, "cukup bu. Udah kenyang aku---ini aja ngga abis-abis..."
Ibunya mendengus geli, "tumben. Biasanya porsi kesurupan massal?"
Ia tak ingin ikut tertawa sekarang dan justru menunduk menatap nasi yang telah bercampur padu dengan kuah santan dari sayur lodeh plus tempe.
"Bu, aku mau nanya..."
"Opo nok? Nanya aja...biasanya juga langsung nyeroscos ae, kaya kereta."
Leta berdecak, "ck. Serius bu, aku mau nanya..." Alis yang terangkat menandakan jika ibu siap menjadi pendengar.
"Bu, harus darimana aku cerita yoo..." ia memutar bola matanya kebingungan, hingga akhirnya ia berdecak kesal sendiri, "pokoknya, intinya mas Gio itu sebenarnya normal. Dia ndak belok seperti apa yang dituduhkan sama padhe, sama budhe, sama mas Tama, sama mas Rangga. Dia itu seratus persen cowok tulen! Suka perempuan."
Alis ibu naik keduanya, namun ekspresinya masih tenang. Entah ia terkejut atau tidak yang jelas ibu menanggapi ucapan itu dengan sikap tenangnya.
"Yo bagus berarti! Alhamdulillah..."
Leta justru dibuat mengernyit dengan reaksi ibu yang kebilang santai itu, karena itu artinya mereka telah tertipu! Tak akan ada orang tertipu yang reaksinya sekalem ibu. Padahal ia saja cukup dibuat terkejut tempo hari.
"Kok bagus. Lah terus aku, piye? Perjanjiannya kan, aku nikah karo mas Gio karena mau bikin sembuh mas Gio..terus kalo mas Gionya sendiri justru normal, aku ngapain?"
Ibu tertawa renyah, menertawakan kepolosan Leta, "kok tanya ibu. Harusnya kamu tanya dirimu sendiri...piye perasaanmu, opo maumu sekarang?" ibu kini duduk menyusun kue-kue yang telah dibuat dan masih setengah matang itu untuk kemudian ia masukan ke dalam plastik dan ia press.
Leta kini terdiam dan justru tak paham, "ndak tau. Kalo cere itu---"
"Naudzubillah himindzalik nok, hal yang memang tak haram namun dibenci Allah.." tukas ibu cepat-cepat.
"Tapi kan---"
Ibu menggeleng, "apa ada masalah dengan pernikahanmu?" tanya ibu, Leta bingung menjawabnya karena memang tak ada yang salah...bahkan ia dan Gio pun dalam keadaan baik-baik saja meskipun perdebatan kecil sering terjadi, tapi justru hal itu adalah keadaan paling wajar diantara keduanya. Sebaliknya...jika keduanya tak berdebat itu tandanya mereka sedang tidak baik-baik saja.
"Ndak ada bu, aku sama mas Gio baik."
"Alhamdulillah...apa kamu sudah punya tambatan baru, atau Gio?" tanya ibu lagi digelengi Leta kembali.
Kini ibu mengangguk, "jangan nok. Jangan rusak silaturahmi yang sudah semakin erat ini...ibu tau, awalnya memang pernikahan ini punya tujuan, tapi jika tujuan itu sudah terpenuhi, kenapa tidak...kalian mempunyai tujuan baru, yaitu untuk sampai jannahnya Allah? Kan lebih bagus..."
Leta menghela nafasnya, yang jadi masalahnya adalah ia merasa belum siap jika Gio menyatakan perasaannya, akan terasa aneh rasanya untuk Leta.
"Sekarang ibu tanya, selama bersama masmu...bagaimana perasaanmu sebagai seorang perempuan? Moso iya ndak ada getaran-getaran yang bikin hati kesetrum? Kalo ibu sih udah meleleh deket-deket apalagi bobok seranjang sama laki-laki ganteng.. " goda ibu yang justru membuat Leta salah tingkah dibuatnya.
"Ih ibu, apa sih!" Leta menghembuskan nafasnya lantas minum banyak-banyak. Sikap itu lantas membuat ibu tertawa, ia tau jika Leta sedang tergoda olehnya, ia pun pernah muda! Begitulah reakso dan responnya ketika ayah Leta menggodanya.
Leta segera beranjak dan berlalu ke arah wastafel.
"Lambat laun perasaan itu akan mengalir, nok. Bukan perasaan suka...tapi sayang. Witing tresno jalaran soko kulino."
Treng! Treng! Treng!
Cukup bar-bar Leta mencuci satu buah piring dan satu sendok, seperti sedang nyuci peralatan perang saja! Dan kembali ibu tertawa kecil melihat putrinya itu yang melengos mendelik, "ah ibu...apaan juga pake ngomong begitu..." dumelnya komat-kamit.
Motor Gio sudah memasuki pekarangan rumah. Namun kedatangannya bukan disambut dengan segelas kopi hangat sepaket senyuman manis dari Leta, gadis itu justru menyambutnya dengan bibir manyun dan foto dirinya yang ia tunjukan ke depan wajah Gio.
"Opo iki?! Kenapa foto artis internasional ada di bawah bantalmu?!" teriaknya.
Gio yang tersentak memundurkan wajahnya dan menjauhkan sedikit tangan Leta dari depan wajah, ia meneliti barang yang ditunjukan padanya dan sejurus kemudian raut wajah usilnya itu tak terbendung lagi.
"Lah ikiii! Iki tersangka yang waktu lalu mau mer kosaaa aku, Ta! Tadinya mau kuserahkan ke polisi, biar dicari dan jadi buronan, tapi kupikir-pikir foto artis bo kep ini...bagusnya kupake buat ngusir mimpi burukku." Jawab Gio mantap penuh keseriusan, dan sejurus kemudian ia tertawa.
.
.
.
.
.
love❤❤ buat teh sin😘😘😘😘