NovelToon NovelToon
TABIB KELANA 2

TABIB KELANA 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Spiritual / Matabatin
Popularitas:25.4k
Nilai: 5
Nama Author: Muhammad Ali

Buku ini adalah lanjutan dari buku Tabib Kelana.
Menceritakan perjalanan hidup Mumu yang mengabadikan hidupnya untuk menolong sesama dengan ilmu pengobatannya yang unik.
Setelah menikah dengan Erna akan kah rumah tangga mereka akan bahagia tanpa ada onak dan duri dalam membangun mahligai rumah tangga?
Bagai mana dengan Wulan? Apa kah dia tetap akan menjauh dari Mumu?
Bagai mana dengan kehadiran Purnama? Akan kah dia mempengaruhi kehidupan rumah tangga Mumu.
Banyak orang yang tidak senang dengan Mumu karena dia suka menolong orang lain baik menggunakan ilmu pengobatannya atau menggunakan tinjunya.
Mumu sering diserang baik secara langsung mau pun tidak langsung. Baik menggunakan fisik, jabatan dan kekuasaan mau pun melalui serangan ilmu yang tak kasat mata.
Akan kah hal tersebut membuat Mumu berputus asa dalam menolong orang yang membutuhkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Merupakan Anugrah

Pak Abdillah duduk di ruang tamu, tersenyum puas melihat dirinya yang semakin pulih.

Di bawah perawatan Mumu, dia kini sudah bisa beraktivitas seperti biasa.

Meski jalannya masih sedikit lemah, dia yakin hanya masalah waktu sebelum kekuatan penuhnya kembali.

Dita duduk di seberang ayahnya, menatap dengan rasa syukur, tak bisa menyembunyikan rasa kagumnya terhadap kesembuhan ayahnya.

"Bagaimana menurutmu, Dita?" Tanya Pak Abdillah tiba-tiba, suaranya lembut namun penuh makna.

Dita yang sedang merenung tersentak. “Maksud, Ayah?”

Pak Abdillah menatap putrinya dengan mata yang sudah tak muda lagi, namun masih tajam dalam membaca situasi.

“Kamu tentu tahu apa maksud Ayah.” Jawabnya dengan nada menggoda.

Dita mengernyit bingung, atau setidaknya berpura-pura demikian.

“Dita tidak tahu apa yang Ayah bicarakan.” Jawabnya dengan senyum malu-malu, berusaha mengalihkan topik.

Pak Abdillah tertawa kecil. “Jangan kura-kura dalam perahu, Dita. Kamu ini sudah besar, tidak perlu berpura-pura tak tahu apa yang Ayah maksud.”

Dita mengangkat bahu, meskipun ada sedikit rasa panas di pipinya.

“Serius, Ayah. Dita benar-benar tidak tahu.” Jawabnya, meski dalam hati, dia mulai menduga arah pembicaraan ini.

Pak Abdillah menatap putrinya dalam-dalam, lalu mengangguk pelan.

“Hmm... Baik lah, kalau begitu biar Ayah bantu. Apa pendapatmu tentang Dokter Mumu?”

Sekejap, wajah Dita sedikit memerah. Kata-kata ayahnya mengenai Mumu tiba-tiba membuat pikirannya berputar.

Sejak Mumu datang dan merawat ayahnya, ada sesuatu dalam dirinya yang berubah.

Perasaan yang belum pernah dia alami sebelumnya. Namun, dia tidak pernah menyangka ayahnya akan menyinggung hal ini begitu langsung.

“Dita tidak ada pendapat apa-apa tentangnya, Ayah.” Jawab Dita, mencoba terdengar santai, meskipun nada suaranya sedikit gugup.

Pak Abdillah menaikkan alis. “Yang benar?”

Dita menundukkan pandangannya, berharap ayahnya tidak melihat kegugupan yang semakin jelas di wajahnya.

“Iya, Ayah.”

Suasana hening sejenak. Pak Abdillah memperhatikan putrinya dengan cermat, melihat betapa kerasnya Dita mencoba menyembunyikan perasaannya.

Dua tahu Dita sejak kecil selalu memiliki ketenangan dan kedewasaan, namun kali ini, dia bisa melihat ada yang berbeda.

“Kamu tidak perlu menyembunyikan apa pun, Nak. Ayah tahu bahwa sejak kehadiran Mumu, ada sesuatu yang berubah dalam dirimu.” Kata Pak Abdillah dengan bijak.

Dita terdiam, jantungnya berdetak lebih cepat. Dia tahu ayahnya selalu jeli, tapi dia tidak menduga kalau perasaannya akan begitu jelas terlihat.

“Ayah salah. Dita hanya berterima kasih pada Mumu karena sudah merawat Ayah dengan sangat baik.” Jawabnya pelan, meski hatinya tahu itu bukan sepenuhnya benar.

Pak Abdillah tersenyum kecil, tidak ingin terlalu memaksa. Namun, dia juga tidak akan menyerah begitu saja.

“Kamu ingat, Dita? Ayah selalu bilang kalau kesehatan adalah hal yang sangat penting. Tapi, ada satu hal yang tak kalah penting, yaitu kebahagiaan.”

Dita menatap ayahnya, mendengar kata-katanya dengan seksama.

“Ayah tahu kamu selama ini berkorban banyak demi menjaga Ayah. Dan Ayah sangat berterima kasih. Tapi, Ayah juga ingin melihat kamu bahagia.”

Dita menggeleng perlahan. “Ayah sudah lebih baik, itu sudah membuat Dita bahagia.” Katanya dengan tulus.

Namun, di dalam hatinya, dia tahu bahwa ada lebih dari sekadar kebahagiaan karena ayahnya pulih.

Pak Abdillah menghela napas panjang, seolah mengumpulkan semua kebijaksanaannya.

“Dita, Ayah tahu kamu tidak pernah terlalu memikirkan soal pernikahan atau cinta, mungkin karena kamu terlalu sibuk mengurus Ayah. Tapi, kamu sudah cukup dewasa. Ayah tidak mau kamu terus-terusan menunda kebahagiaanmu sendiri.”

Dita menatap ayahnya, merasa campuran perasaan haru dan bingung.

“Ayah... Dita belum pernah memikirkan soal itu... Dita hanya ingin fokus menjaga Ayah.”

Pak Abdillah tertawa pelan.

Q“Dan sekarang Ayah sudah hampir sembuh, Nak. Kamu tak perlu terus-terusan khawatir soal Ayah.”

Mendengar itu, Dita terdiam. Dia tahu apa yang ayahnya katakan ada benarnya.

Selama bertahun-tahun, dia memang lebih banyak mencurahkan waktu dan energinya untuk merawat ayahnya yang sakit.

Tidak pernah ada waktu untuk dirinya sendiri, apalagi untuk memikirkan cinta atau pernikahan.

Namun, kini saat ayahnya sudah mulai pulih, pertanyaan itu mulai muncul. Apakah dia siap untuk memikirkan dirinya sendiri?

“Kamu tidak perlu buru-buru, Dita.” Lanjut Pak Abdillah dengan lembut.

“Tapi jika ada seseorang yang membuat hatimu berdebar, Ayah harap kamu tidak menutupinya.”

Wajah Dita semakin merah. Dia tidak bisa mengelak lagi.

Kata-kata ayahnya tepat menghantam perasaannya yang selama ini dia sembunyikan.

Benar, setiap kali Mumu datang, merawat ayahnya dengan penuh perhatian dan ketulusan, ada sesuatu dalam dirinya yang berubah.

Dita merasakan debaran yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

Tapi, dia juga tidak pernah berani mengakuinya, bahkan pada dirinya sendiri.

“Ayah…” Kata Dita pelan, suaranya hampir berbisik.

“Dita tidak tahu apakah itu perasaan yang benar. Dita tidak pernah memikirkan soal pacaran atau pernikahan sebelumnya.”

Pak Abdillah tersenyum penuh pengertian.

“Itu normal, Dita. Tidak ada yang tahu kapan perasaan itu akan datang, atau bagaimana perasaan itu bisa muncul."

"Tapi satu hal yang Ayah tahu, kamu harus mendengarkan hatimu. Jika kamu merasa nyaman dan bahagia, maka itu mungkin tanda bahwa kamu harus memberinya kesempatan.”

Dita terdiam, mencerna kata-kata ayahnya. Dia tahu ayahnya tidak akan memaksanya mengambil keputusan.

Tapi, kata-kata itu membuatnya mulai berpikir lebih dalam tentang perasaannya sendiri. Apakah debaran hatinya saat bersama Mumu hanya sekadar rasa kagum, atau ada sesuatu yang lebih?Setelah beberapa saat, Dita mengangkat kepalanya, menatap ayahnya dengan penuh rasa syukur.

“Ayah… Dita masih butuh waktu untuk memahami perasaan ini. Tapi, Dita akan mencoba mendengarkan kata hati Dita.”

Pak Abdillah tersenyum penuh kasih.

“Itu yang Ayah harapkan, Nak. Kamu tidak harus terburu-buru. Tapi jangan pernah menutup pintu untuk kebahagiaanmu sendiri.”

Dita mengangguk pelan. Meskipun perasaan itu masih kabur dan belum jelas, satu hal yang pasti, pertemuannya dengan Mumu telah membuka pintu yang selama ini dia kunci rapat-rapat. Pintu untuk kebahagiaan yang mungkin selama ini dia abaikan.

"Jika memang Dita punya perasaan terhadapnya, hal ini tidak ada gunanya, Yah. Dia sudah beristri." Kata Dita pelan.

"Apa salahnya, Dita? Selama kalian saling mencintai dan kamu tidak keberatan jadi istri yang kesekian, apa masalahnya? Yang penting, kalian bahagia."

"Tapi Ayah, bagaimana dengan istri pertamanya?" Dita memalingkan wajahnya, pandangannya kosong menatap lantai.

"Bagaimana kalau dia tidak setuju? Aku tidak ingin menghancurkan keluarga mereka. Lagi pula belum tentu Mumu menyukai Dita."

Pak Abdillah menghela napas panjang.

"Kamu terlalu banyak berpikir, Nak. Hidup ini penuh dengan pilihan yang sulit. Kadang, kita harus memilih apa yang membuat kita bahagia, meski mungkin ada orang lain yang terluka."

"Jadi Ayah ingin Dita tetap melanjutkan perasaan ini? Meski Dita tahu itu salah?" Dita mengangkat kepalanya, matanya dipenuhi keraguan.

"Siapa yang bisa bilang ini salah, Dita?" Tanya Pak Abdillah menatap dalam-dalam mata putrinya.

"Mumu juga punya perasaan, sama seperti kamu. Kalau dia mencintaimu dan kamu mencintainya, kenapa harus takut? Kehidupan ini tak selalu hitam putih."

Setelah anaknya pergi, Pak Abdillah menghela nafas panjang.

"Maafkan Ayah, Dita. Ayah terpaksa sedikit memaksamu. Jika itu pemuda lain, Ayah tidak terlalu peduli. Tapi Mumu bukan lah pemuda biasa. Merupakan sebuah anugrah jika kamu bisa bersuamikan diam"

1
Diana Dwiari
kog rata2 ortu dr wanita-wanita di novel ini membolehkan anaknya jadi istri ke sekian ato pelakor Mumu...pdhl kn harusnya ortu melarang krna akan menyakiti pihak lain
AbhiAgam Al Kautsar
wah mantapp kali
Azmi Ramadhan
cerita yg menarik
Naga Hitam
revisi ulang bang
Naga Hitam
Purnama
Leni Agustina
mantap thor
... Silent Readers
👣👣👣👣👣
Susilo Brama Yumbara Esbeye
buat cacat ja lgi si purnama biar kapok mumu...
lizah meon
dalam hidup ini masalah perlu diselesaikan dgn sabar dan kepala yg dingin..
Azril Parmen
ok
🍄NOFA🍄
akhirnya terselesaikan
Andre Oetomo
keren
Ajna dillah
kirimkan ke istri kamu mu biyar semua jadi jelas
Ajna dillah
ah langsung tancepin aja jarum di saraf biyar lumuh
... Silent Readers
🐾🐾🐾🐾🐾
🍄NOFA🍄
cerdas mumu
🍄NOFA🍄
ayahmu meninggal karena keangkuhannya sendiri
AbhiAgam Al Kautsar
naaah tuuh
Leni Agustina
purnama akan mendapatkan ''imbalan" yg setimpal dengan apa yg telah iya lakukan.hajab lah kau nanti purnama😃😃😃
Naga Hitam
memang bukan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!