Agnia merupakan anak keluarga kaya raya. Ia akan berencana akan menikah dengan kekasihnya namun tepat di hari pertunangannya, ia malah melihat kekasihnya bermain api dengan sahabatnya sendiri.
Ia pikir status dan derajat yang sama bakal membuat semuanya bahagia. Tapi, ternyata ia jatuh pada seseorang yang bahkan tidak pernah dia pikirkan sebelumnya....
"Kehormatan mu akan terganggu jika bersama pria seperti ku!"
"Apa pentingnya kehormatan jika tak mendatangkan kebahagiaan?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Eng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Emang boleh sekesal ini?
Keesokan harinya, Agnia bangun dan tiba-tiba langsung teringat kepada pengawal pribadinya itu. Ia lari meninggalkan kasurnya yang berantakan, lalu membuka pintu kamar Airlangga dengan serampangan dan membuat sesosok pria yang kini sedang dalam posisi menyambar kemeja putihnya berhenti mendadak.
GLEK!
Mata Agnia membesar ketika melihat perut berotot milik Airlangga.
Sadar di tatap oleh Agnia yang terkejut, Airlangga segera melanjutkan aktivitasnya dan mengancingkan baju dengan cepat.
"Ada apa?" tanya Airlangga melempar pertanyaan pada perempuan yang kini sedang malu setengah mati. Bisa-bisanya ia langsung teringat dengan pengawalnya itu.
"Aku kira..."
"Lain kali aku akan mengunci pintuku. Meksipun aku bekerja untukmu dan kau bayar dengen harga mahal, tapi aku punya privasi!" kata Airlangga yang terlihat tak suka dengan sikap ngawur Agnia.
Dan kemarahan Airlangga sepertinya masih terasa hingga malam menjelang. Pria itu bahkan tak memakai pakaian yang kemarin di berikan oleh Agnia dan malah memakai pakaian miliknya sendiri. Tidak jelek sih, hanya saja membuat Agnia sedih sebab pemberiannya tak di kenakan.
"Dia benar-benar marah padaku. Dia juga tidak memakai baju dariku!"
Keduanya akhirnya diam membisu. Sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Setibanya di lokasi, Airlangga turun dan membuka pintu mobil untuk Agnia. Terlihat sangat profesional dalam menjalankan tugasnya. Sementara Agnia terlihat sangat cantik malam ini, heels yang tinggi dengan gaun yang bagian punggungnya terbuka membuat dirinya begitu glamor dan sexy.
"Awas!" Airlangga yang melihat ada bahaya untuk Agnia kontan melindungi saat perempuan itu tak fokus dan nyaris jatuh.
Tapi perempuan yang telanjur kesal itu langsung melepaskan tangan Airlangga dan melanjutkan wajahnya yang cemberut. Tentu saja yang di perlakukan seperti itu tidak notice, bahkan Airlangga langsung kembali ke mode siaga dan membuat Agnia menjadi kian sebal.
Di dalam, semua tamu dari golongan orang-orang penting rupanya sudah tumpah ruah. Agnia yang berhadapan dengan orang semacam itu mau tak mau harus merubah ekspresi wajahnya. Ia dengan kalemnya menyapa beberapa orang yang ia kenal. Terlihat sangat sopan dan penuh kesan. Tapi bersamaan dengan itu, Jovan datang.
"Sayang!"
Agnia membeku saat pipinya tiba-tiba di cium oleh Jovan. Membuatnya merasa sangat jijik. Sebab sejak kejadian itu, rasanya sungguh berbeda ketika di perlakukan mesra oleh Jovan.
"Agni, kau kah itu?"
Ia menoleh dan tak lagi bisa mempermasalahkan perlakuan Jovan, sebab ia menjadi terkejut demi melihat pria tua yang merupakan sahabat mendiang ayahnya.
"Om Benny?"
"Kau masih ingat denganku rupanya. Selamat atas pertunangannya kalian. Maaf tempo hari aku tidak bisa datang!" tutur pria berambut putih.
Agnia menelan ludah gugup.
"Tunangan?" refleknya yang jelas menunjukkan muka terkejut. Berpura-pura agak Jovan masih percaya dengan semuanya.
Benny yang mendengar sontak menautkan kedua alisnya. Tapi Jovan yang paham situasi segera menyeret lengan Benny perlahan lalu membisikkan kata-kata yang semakin membuat mulut orang penting di Persada grup itu membuka mulutnya.
"Astaga, benarkah? Kenapa beritanya tak pernah aku dengar?"
"Entahlah tuan, saya juga heran dengan media zaman sekarang! Sebentar ada, sebentar hilang jejak seperti itu!"
"Ehem!"
Jovan langsung tersenyum ke arah Agnia yang merasa di di diamkan.
"Maaf sayang, lama tidak bertemu Om Benny jadi kangen!"
Selama pesta, Airlangga hanya diam tanpa terganggu dengan apa yang ia lihat dan ia dengar meski Jovan terus menerus mempertontonkan kemesraan.
Hingga, Airlangga yang merasa Agnia sudah aman dan sangat menikmati pesta tampak menepi. Ia hendak berjalan menuju ke tepi selatan, namun betapa terkejutnya ia kala melihat seseorang yang tak sengaja ia tabrak.
"Awh!"
"Maaf!" ucap Airlangga.
"Elan?"
Airlangga yang di panggil seperti itu langsung mendongak. Pasalnya, hanya ada satu orang yang memanggil dia seperti itu. Dan dia adalah,
"Aku gak nyangka ketemu kamu di sini, kamu apa kabar?" seru seseorang yang dari suaranya terdengar sangat senang.
Airlangga yang tangannya di sentuh oleh perempuan itu terpaku. Namun dari tempatnya berdiri, Agnia malah melihat Airlangga yang kini berdekatan dengan perempuan yang berpakaian sangat minim.
"Siapa dia? Kok pegang-pegang gitu sih?"
Tapi saat hatinya merasa tak enak, Jovan tiba-tiba malah memperkenalkan nya dengan seseorang lagi dan membuat Agni kehilangan pandangannya.
Sementara di lain pihak, Airlangga yang tak menduga akan bertemu Mely tampak sedikit terganggu.
"Aku baik!"
Mely terlihat cukup terkejut dengan penampilan Airlangga saat ini. Pria itu terlihat lebih manly juga berwibawa.
"Aku mau bic..."
"Maaf, aku di sini karena pekerjaan, aku harus ke sana dulu!"
Airlangga merasa ia tak perlu melanjutkan pembicaraan ini. Ia di sini karena pekerjaan, bukan karena keharusan seperti mereka-mereka. Lagipula, Mely hanya serpihan masa lalunya.
Setelahnya, Mely terlihat menatap Airlangga penuh arti, merasa jika pria itu sangat cuek dan berbeda. Tapi tidak tahu kenapa, ia menjadi tertarik dengan pria itu.
Beberapa jam kemudian, Agnia terlihat kesal karena sedari tadi ia tak melihat Airlangga ada di sekitar sana. Bukankah pria itu seharusnya mengamankan nya 24 jam?
"Pengawal sialan, kemana dia? Pasti lagi asyik gangguin cewek-cewek. Keterlaluan!" Agnia menggerutu.
"Ada apa sayang?"
Agnia yang tak menyangka jika Jovan akan peka, langsung menyuguhkan senyum palsu. Sungkan jika orang-orang penting yang kini satu meja dengannya sampai mengetahui. Ia akhirnya terpaksa bersandiwara hingga pesta berakhir.
***
Jovan hendak mencium Agnia tapi perempuan itu berhasil mengelak. Tidak taunya Airlangga dalam posisi berjalan menyongsong Agnia dan membuat perempuan itu kembali kesal. Entah karena bodoh atau karena tersugesti kecemburuan, Agnia malah reflek menarik Jovan dan mencium pipi pria itu sembari menatap Airlangga.
Ia ingin membuat pria itu bereaksi.
Namun alih-alih terbakar cemburu seperti yang di harapkan Agnia, Airlangga justru tiba-tiba di hadang oleh seorang wanita dan wanita itu langsung menggamit lengan Airlangga sembari berbicara.