Fell To You My Bodyguard
Kilatan kamera di sana sini berhasil mengabadikan momen penting bagi Agnia dan Jovan. Ya, mereka adalah dua sejoli yang sudah menjalani pacaran. Sebenarnya sudah kenal sejak lama, hanya saja mereka mulai mematrikan status hubungan mereka sejak tiga tahun yang lalu.
Mereka resmi bertunangan hari ini. Banyak keluarga yang memberikan ucapan tak terlupakan juga Visya.
"Selamat, akhirnya one step closer!" ucap seorang wanita dengan pakaian sexy yang mengundang banyak pasang mata untuk menatap.
"Terimakasih sahabat ku!" balas Agnia memeluk tubuh Visya.
Mereka berdua berpelukan dengan erat. Tapi tanpa Agni ketahui, tangan berjemari lentik itu meraba bagian tubuh Jovan dengan kerlingan terselubung. Sesuatu sepertinya sedang terjadi tanpa sepengetahuannya.
Pria berkacamata itu lantas membalas tatapan Visya dengan tatapan penuh arti. Laksana tak ada keterasingan di sana.
Visya menemani sahabatnya di sana, hingga beberapa saat kemudian ia berkata, "Aku ke toilet sebentar ya!"
Tanpa curiga, Agnia mengangguk. " Kembali lah setelah ini!"
Tak berselang lama pula, ponsel Jovan berdering. Agni mengerutkan keningnya. Bukankah seharusnya Jovan mematikan ponselnya di saat penting seperti sekarang ini?
"Siapa?" tanya Agnia penasaran.
"Oh, dari Bobi. Sayang, sepertinya ini sangat penting. Aku akan mengangkatnya dulu, tidak apa-apa kan? "
Agni mengangguk, tidak masalah. Ia kenal dengan Bobi. Lagipula tamu sedang menikmati makanan dan dia bisa sedikit santai. Namun hingga setengah jam berlalu, Jovan tak kunjung kembali. Agni akhirnya berjalan mencari calon suaminya itu karena khawatir.
Ia lantas menaiki tangga dan berjalan menyusuri ruangan rumah besarnya. Sempat bertanya berapa kali kepada pelayanannya namun mereka tak ada yang melihat. Ia akhirnya berinisiatif mencari Jovan di kamar tamu,kamar yang pria itu tempati semalam.
Ketika membuka pintu, ia menyapukan pandangannya dan tampak kosong. Ia hendak menutup pintu kembali namun tiba-tiba ada suara seperti de sahan. Meski ragu, Agni terus melangkah, dan tanpa di sangka, ketika ia berhasil menarik gagang kamar mandi, matanya membulat sempurna demi melihat suami dan sahabatnya saling melu*mat bibir.
" Jovan! Apa yang kalian lakukan?" pekik Agnia dengan amarah yang tiba-tiba menggelegak memenuhi rongga dadanya.
Panik, Jovan dan Visya segera membetulkan baju mereka yang sudah setengah telanjang dengan terburu-buru. Sementara Agni yang terlihat hancur dan kecewa dengan tubuh yang kian gemetaran, terlihat langsung lari ke luar, menepikan teriakan Jovan yang dengan muka pucatnya mencoba menjelaskan.
"Agni, tunggu!" Jovan berteriak dan berlari mengejar tunangannya meninggalkan Visya.
"Sayang, dengar dulu, ini tidak seperti yang kamu lihat?" jelasnya setelah berhasil menangkap lengan Agnia.
"Tidak seperti yang aku lihat? Bukankah itu tadi sudah sangat jelas?" jawab Agnia yang kau kita hanya untuk sekedar mengungkap kemarahan.
Jovan semakin panik ketika Visya menyusul. Jelas mereka telah tertangkap basah.
"Agni, dengar penjelasan aku dulu!" tutur Visya menatap muram.
"Diam kamu! Aku benar-benar tidak menyangka Vi, kamu tega melakukan ini ke aku!"
Kini mereka bertiga diam dan larut dalam keterasingan yang terasa mencekam.
"Aku bakal membatalkan semua kesepakatan kita, aku bakal umumin ke media kalau kalian seperti ini!" ancam Agni yang langsung membalikkannya badannya berusaha pergi.
Merasa terancam, Jovan menatap Visya. Jika begini, maka keinginannya akan hancur luluh lantak. Tidak, ini tidak bisa dibiarkan. Media tidak boleh tahu skandal ini, mereka harus bergerak cepat.
"Berhenti!"
"Lepas!" bentak Agnia mengibas keras tangannya.
Jovan tak mau kalah , ia justru terus berusaha membuat Agni tak marah kepadanya, namun cek cok dan perdebatan semakin tak terelakkan karena gelap mata.
"Agnia, ingat! Aku yang selama ini bekerja keras mengembalikan perusahaan mu atas permintaan Ayahmu, kau harus ingat itu!"
Agnia maju dan menatap tajam Jovan.
"Lupakan soal itu. Kau juga menerima uang untuk semua itu kan? Kenapa kau merasa yang memiliki? Aku benci padamu Jovan, aku benci!"
Jovan yang merasa tersinggung tanpa sengaja reflek mendorong Agni dari lantai atas hingga membuat tubuhnya jatuh dan menggelinding melewati puluhan anak tangga.
"Jovan!" teriak Visya tak menyangka.
Jovan terkejut dengan perbuatannya sendiri.
Membuat semua orang gempar dan berteriak.
***
Satu Minggu kemudian.
Di sebuah ruangan yang redup, Jovan menatap wajah Agnia yang kini terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit. Ia terpaksa mendorong perempuan itu dan berusaha melenyapkan Agnia karena kalau sampai dia ketahuan selingkuh, maka dia tak akan bisa merebut kepemilikan perusahaan keluarga Agnia.
Tapi sialnya, Agnia masih bisa di selamatkan ketika mau tak mau ia harus membawanya ke rumah sakit sejati kejadian sepekan yang lalu. Ia merasa ketakutan setiap saat.
"Pasien mengalami koma dan tidak tahu kapan akan sadarkan diri, dan jika sadar kemungkinan besar pasien akan mengalami hilang ingatan. Kita tidak tahu kenyataannya sampai nona Agni sadar!"
Ucapan dokter tadi membuat Jovan menimbang-nimbang lagi apakah dia harus secepatnya membinasakan Agnia.
Ceklek!
Jovan yang lamunannya buyar, kontan menoleh ketika pintu terbuka. Rupanya Visya yang malam itu memakinya pakaian sangat sexy datang.
"Kenapa kau kemari?"
"Aku rindu!" balas Visya sembari meremas bagian kelelakian Jovan.
Lalu keduanya saling beradu bibir di hadapan tubuh Agnia yang masih tak bergerak, sejurus kemudian, mereka sama-sama menatap ke arah Agni yang masih memejamkan matanya.
"Apakah dia benar-benar koma?" tanya Visya sinis.
"Tentu saja, dokter mengatakan mungkin saja dia bisa hilang ingatan jika dia sadar nanti. Jatuh dari lantai dua dengan keadaan seperti itu sangat mustahil untuk selamat, tapi dia..."
Namun tiba-tiba tangan Visya menelusuri dada Jovan dan tak mempedulikan pembahasan mengenai Agnia.
"Lalu untuk apa kau membiarkan dia hidup, bukanlah kita bisa menikmati semuanya sekarang?"
"Belum," jawab Jovan cepat, " kalau tiba-tiba dia mati, pencari berita bisa saja mencari tahu kebenaran. Selain itu, kita tidak bisa mendapatkan apa-apa. Bagaimanapun juga, kita perlu tanda tangan Agnia. Kita bisa melakukan sedikit permainan!"
Keduanya saling melempar tatapan licik. Visya mengajak Jovan untuk keluar dan sepertinya mereka akan melewati malam ini dengan malam yang penuh gairah. Dan begitu pintu tertutup, sebulir cairan bening menetes dari sudut mata Agnia.
"Jadi selama ini kalian menipu ku? Dua pengkhianat itu benar-benar bermain licik!" jeritnya dalam batin yang terasa berdenyut pedih.
Dada Agni seperti terbakar. Panas dan perih di setiap sisinya. Agni benar-benar sakit hati dengan perbuatan Jovan dan Visya. Ia harus membalas semua ini.
Tanpa siapapun tahu, Agni sebenarnya telah siuman beberapa waktu yang lalu. Ia sengaja mendiamkan dirinya karena ia tahu ada Jovan di sana. Pria yang telah menipu dan dengan sadar diri bermain api dengan wanita ular yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.
Ia kemudian bangun perlahan dengan kepala yang terasa pusing. Ia mencoba melangkahkan kakinya perlahan-lahan. Ini sangat sulit, tapi dia tak mau menyerah. Dan sepertinya, semesta sedang membantunya malam ini.
Tanpa seorang pun tahu, Agni mengendap-endap keluar kamar dan kabur dengan tubuh lemahnya. Ia berjalan terseok-seok hingga ke jalan raya untuk meminta bantuan. Namun ketika hendak menyebrang, tubuhnya mendadak terasa sangat lemas dan membuatnya tak mampu lagi berjalan. Bertepatan dengan itu, dari kejauhan ia tersorot lampu yang sangat terang di iringi dengan suara klakson yang memekakkan telinga.
Dan beberapa saat kemudian,
Cittt!!!
.
.
.
.
.
Note:
Jangan khawatir, kisah lama pelan-pelan akan terselesaikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments