Seorang pendekar muda bernama Panji Rawit menggegerkan dunia persilatan dengan kemunculannya. Dia langsung menjadi buronan para pendekar setelah membunuh salah seorang dedengkot dunia persilatan yang bernama Mpu Layang, pimpinan Padepokan Pandan Alas.
Perbuatan Panji Rawit ini sontak memicu terjadinya kemarahan para pendekar yang membuatnya menjadi buronan para pendekar baik dari golongan putih ataupun hitam. Sedangkan alasan Panji Rawit membunuh Mpu Layang adalah karena tokoh besar dunia persilatan itu telah menghabisi nyawa orang tua angkat nya yang memiliki sebilah keris pusaka. Ada rahasia besar di balik keris pusaka ini.
Dalam kejaran para pendekar golongan hitam maupun putih, Panji Rawit bertemu dengan beberapa wanita yang selanjutnya akan mengikuti nya. Berhasilkah Panji Rawit mengungkap rahasia keris pusaka itu? Dan apa sebenarnya tujuan para perempuan cantik itu bersedia mengikuti Panji Rawit?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Obat Mujarab
"Haiyaaaahhhh jangan banyak berpikir lagi, adik ku. Apa kau benar-benar rela kalau orang yang kamu sukai jatuh di pelukan gadis lain? "
Pramodawardhani termenung sesaat setelah ia mendengarkan ocehan Pangkaja kakak iparnya. Dia benar-benar bingung harus menentukan apa yang harus ia lakukan sekarang.
"B-baiklah Kakang Pangkaja, a-aku akan berusaha untuk melakukannya", Pangkaja tersenyum puas mendengar jawaban Pramodawardhani.
Diam-diam Pramodawardhani mengingat betul apa yang dikatakan oleh Pangkaja bahwa untuk mengikat hati seorang pria adalah dengan perhatian dan cinta kasih.
Waktu terus berjalan cepat. Siang dengan cepat digantikan sore dan sore pun segera berubah menjadi senja. Rona jingga kemerahan di langit barat semakin menghitam pertanda malam akan segera menyapa seisi bumi.
Pramodawardhani meletakkan gentong kecil yang ia gunakan untuk membasuh tubuh Panji Rawit di dekat tempat tidur. Perempuan cantik itu dengan telaten membasuh Panji Rawit yang memang tidak bangun dari tempat tidur setelah pertarungan melawan Sasongko dan Mpu Layang. Luka-lukanya telah berhenti berdarah setelah meminum obat dari Mpu Prana sang tabib akan tetapi tubuhnya masih lemah dan tidak punya tenaga hanya untuk sekedar membersihkan tubuh. Hingga Pramodawardhani lah yang kemudian merawatnya dengan baik seperti seorang istri yang merawat suaminya.
"Terimakasih atas bantuan mu, Pramodawardhani..
Maaf aku sudah banyak merepotkan mu uhukk uhukk uhukk.. ", ucap Panji Rawit sambil batuk-batuk kecil.
" Bicara apa kau ini, Kakang Rawit? Ini sudah sepantasnya aku lakukan. Aku sudah membuat bubur untuk mu. Kata tabib Mpu Prana, selama beberapa hari ke depan sebaiknya kau makan makanan yang lunak untuk mempercepat penyembuhan mu. Ayo makan.. ", Pramodawardhani mengambil bubur yang sudah ia siapkan pada kuali kecil di sebelah nya. Lalu dengan lembut, ia menyuapi Panji Rawit.
Mendapat perlakuan seperti ini, entah kenapa Panji Rawit merasa senang. Apalagi saat gadis cantik yang sudah menemaninya selama hampir satu purnama ini membersihkan sisa bubur yang menempel di sudut bibirnya, Panji Rawit benar-benar merasakan rasanya diperhatikan dan di sayang oleh seseorang.
Ehemmm ekhemmmmm...
Suara deheman keras dari luar sontak membuyarkan kemesraan Panji Rawit dan Pramodawardhani. Keduanya segera menoleh ke sumber suara dan melihat Rara Kartikawati berjalan masuk sambil membawa bakul nasi lengkap dengan lauknya.
"Kakang Panji Rawit, aku membawakan makanan untuk mu. Makanlah selagi masih hangat", ucap Rara Kartikawati sembari meletakkan bakul nasi nya di meja kecil dekat ranjang. Dia segera meramu makanan dan duduk di tepi ranjang tidur Panji Rawit. Perempuan cantik itu segera mengulurkan tangannya ke depan mulut sang pendekar muda yang sedang sakit.
"Kartikawati, apa kau tak mendengar omongan Tabib Mpu Prana yang mengatakan bahwa Kakang Rawit tidak boleh makan makanan keras selama beberapa hari ke depan heh? Kau ini ingin mencelakai nya ya? ", omel Pramodawardhani melihat tangan Rara Kartikawati penuh dengan nasi dan ayam suwir.
" Nasi masakan ku lembut kog dan pastinya jauh lebih enak daripada bubur encer seperti itu.
Ayo Kakang Panji Rawit, cobalah masakan ku ini ", Rara Kartikawati keukeuh meminta Panji Rawit memakan makanan buatan nya.
" Kau ini... Brruuuuaaaaaakkkhhh!!! ", Pramodawardhani yang kesal dengan kengeyelan Rara Kartikawati, membanting piring yang masih memiliki sisa bubur ke lantai rumah. Dia langsung mendelik tajam ke arah Rara Kartikawati.
" Dari awal kau memang tidak punya niat tulus membantu kami, Rara Kartikawati. Sudah jelas ada larangan Kakang Panji Rawit tidak boleh makanan seperti itu, tapi kau masih ngeyel.
Baiklah, baik Kartikawati. Hari ini aku pasti akan menghajar mu", ucap Pramodawardhani sambil menunjuk ke arah putri dari pimpinan Perguruan Pedang Perak ini.
Rara Kartikawati tak mau kalah dengan meletakkan piring nya dan bangkit menghadapi Pramodawardhani.
"Jangan kira aku takut pada mu, Pramodawardhani. Aku juga pendekar wanita seperti mu. Kalau kau ingin bertarung dengan ku, aku siap meladeni mu kapan saja", sahut Rara Kartikawati tanpa kenal takut.
Melihat perdebatan antara mereka semakin meruncing, Panji Rawit bangkit dari tempat tidurnya sembari berkata, "Tak bisakah kalian berhenti bertengkar? "
"Tutup mulut mu Kakang Panji Rawit. Ini urusan perempuan!! ", bentak Pramodawardhani dan Rara Kartikawati bersama-sama. Suara keras mereka berdua langsung membuat Panji Rawit diam seketika dan memilih untuk kembali berbaring di ranjang.
Di tengah pertengkaran antara Rara Kartikawati dan Pramodawardhani, dua orang murid Perguruan Pedang Perak datang ke tempat ini dan langsung menghentikan perdebatan panjang antara mereka.
"Ada apa? Kenapa kemari tanpa di panggil? ", tanya Rara Kartikawati segera.
" Nimas Rara, pimpinan itu pimpinan perguruan pingsan lagi setelah muntah darah kehitaman ", lapor si murid Perguruan Pedang Perak dengan nada penuh kecemasan. Wajah cantik Rara Kartikawati langsung pias seketika.
" B-bagaimana mungkin? Bukankah tadi pagi ayah sudah membaik?", ujar Rara Kartikawati setengah tidak percaya.
"Kami juga tidak tahu, Nimas Rara. Hanya saja sebelum Guru Besar muntah darah, dia mendengar berita tentang rencana Pakuwon Tanjungsari yang ingin memusnahkan perguruan kita setelah berita guru besar mengalami luka parah", sambung sang murid segera.
" Kurang ajar, Akuwu Mpu Sambi..!!
Selama ini ia selalu patuh dan tak pernah berani mengganggu kedamaian perguruan kita. Tapi begitu ayah ku sakit langsung ingin menghancurkannya. Bajingan keparat! Kalau ia berani mendekati pintu gerbang Perguruan Pedang Perak, aku pasti tidak akan mengampuninya.
Panggil Tabib Mpu Prana ke rumah sekarang juga. Dan kau Parta, kumpulkan semua murid utama dan sesepuh perguruan di balai pertemuan. Aku ingin bicara dengan mereka.. ", perintah Rara Kartikawati yang membuat kedua murid Perguruan Pedang Perak itu langsung menghormat dan bergegas meninggalkan tempat itu.
" Heh, Pramodawardhani. Urusan kita belum selesai ya. Tunggu saja..!! ", setelah berkata demikian, Rara Kartikawati bergegas keluar dari dalam rumah.
" Hei siapa takut hah? Kapan saja kau bertarung, aku siap menghadapi mu..!! ", balas Pramodawardhani dengan lantang.
Dari arah luar, Pangkaja yang sedari tadi tidak berani untuk masuk ke dalam rumah karena pertengkaran Pramodawardhani dan Rara Kartikawati, dengan langkah hati-hati mendekati adik seperguruan nya.
" Sepertinya, keadaan disini malah lebih kacau dari perkiraan ku, Pramodawardhani. Kita tidak boleh berlama-lama lagi di tempat ini", usul Pangkaja dengan suara lirih.
"Aku juga tahu itu, Kakang Pangkaja. Tapi keadaan Kakang Panji Rawit seperti itu, bagaimana mungkin kita pergi secepatnya? ", Pramodawardhani menghembuskan nafas kasar. Mengerti pikiran adik seperguruan nya, Pangkaja mengeluarkan sebutir pil obat yang berwarna kuning kecoklatan dan memberikan nya pada gadis itu.
" Apa ini Kakang Pangkaja? "
"Ini adalah obat mujarab yang bisa mempercepat proses penyembuhan luka. Aku mendapatkan nya dari Dewa Obat. Berikan pada Panji Rawit. Dengan tingkat tenaga dalam nya, dalam waktu semalam luka-luka nya akan sembuh keseluruhan", jawab Pangkaja sambil tersenyum.
"Kenapa tidak dari tadi kau bilang?", omel Pramodawardhani sembari merengut kesal.
Pramodawardhani segera memberikan obat itu pada Panji Rawit. Sang pendekar muda segera meminumnya dengan bantuan gadis itu. Setelah itu Panji Rawit segera bersemedi, mengatur jalan nafasnya untuk secepatnya menyerap obat pemberian dari Pangkaja.
Malam berlalu begitu cepat. Melingkupi seluruh bumi dengan kegelapan nya yang dingin. Seluruh kawasan sekitar Perguruan Pedang Perak terlelap nyenyak dalam mimpi indah tanpa tahu apa yang akan terjadi esok pagi.
Panji Rawit menggeliat bangun dari semedi nya setelah cahaya mentari pagi menyinari wajahnya lewat celah-celah kecil dinding rumah milik keluarga Mpu Kartikabuana. Tubuhnya terasa bugar, bahkan luka luka pada rusuk kiri nya telah mengering sempurna walaupun masih meninggalkan bekas garis memanjang.
Perlahan pendekar muda itu turun dari ranjang lalu melangkah keluar menuju ke arah gentong penyimpanan air yang ada di samping rumah. Segera ia membasuh wajahnya dengan air dingin yang segar.
Dari pintu dapur, Pramodawardhani melangkah ke arah nya sambil membawa nampan berisi singkong rebus yang masih mengeluarkan uap air panas. Pangkaja nampak mengekor di belakangnya.
Belum sempat Panji Rawit menyapa gadis cantik dan kakak seperguruan nya itu, seorang murid Perguruan Pedang Perak berlari ke arah mereka. Begitu ia sampai, murid Perguruan pedang Perak itu langsung berkata,
"Gawat Denmas gawat...
Orang-orang Pakuwon Tanjungsari menyerbu perguruan...!!! "
eh lha kok justru nyawa mereka sendiri yang tercabut 😆
modyar dengan express dan success 😀
bisa membuat tanah terbelah...keren! 👍
Ajian Malih Butha tak ada gregetnya di hadapan Lokapala 😄
up teruus kang ebeezz..🤗🤗
tuh kan bnr iblis pencabut nyawa cmn skdr nama.
nyatanya nyawa mreka sndiri yg di cabut