Pernahkah kamu menyatakan cinta pada seseorang, yang kamu sukai di depan umum?
Celine Ainsley, pernah menyatakan cintanya pada seorang lelaki, kakak seniornya, saat ia duduk di bangku sekolah menengah atas.
Joseph Scott, menolak pernyataan cinta Celine dengan dingin, membuat Celine jadi bahan tertawaan semua teman sekolahnya.
Peristiwa yang sangat memalukan!
Momen itu terjadi, lima tahun yang lalu, dan sekarang tanpa di duga, mereka bertemu lagi di reunian lima tahun sekolah mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11.
Pamela menatap tajam putranya menaruh curiga, karena Celine tiba-tiba melarikan diri dari samping Joseph.
"Joseph!!" sentak Pamela.
Sementara Aldrich dan adik Joseph, diam saja memandang Joseph, menunggu jawaban Joseph atas pertanyaan Pamela.
"A.. aku hanya ingin duduk saja, tidak melakukan apa pun!" jawab Joseph.
"Tapi, kenapa Celine melompat dari duduknya?" tanya Pamela lagi dengan nada galak.
"A.. aku tidak tahu!" jawab Joseph apa adanya.
"Eng... Tante, a.. aku duduk di dekat Papa saja!" sahut Celine, mencoba menenangkan perasaan Pamela yang curiga.
Celine tidak ingin keluarga Joseph mengetahui, tentang dirinya pernah satu sekolah lima tahun lalu dengan Joseph.
"Oh, baiklah kalau begitu, mungkin kalian belum saling kenal, jadi merasa canggung, Ayo kita makan, nanti keburu dingin!" kata Pamela, akhirnya menyadari akan keadaan Celine dan Joseph.
"I.. iya!" jawab Celine malu-malu.
Ia dan Ayahnya, sangat berbeda sekali terlihat, di antara keluarga Scott. Dari pakaian mereka terlihat sekali, kalau mereka keluarga yang miskin.
Celine dengan senyum canggungnya, mencoba untuk tenang, dan tidak berani melihat ke depan.
Ia tidak pernah menduga akan bertemu dengan Joseph, bahkan bertemu di istana seniornya tersebut.
Kehidupan mereka yang beda sosial, membuat Celine semakin malu, apa lagi dengan penampilan nya yang sederhana, membuat ia ingin menyembunyikan wajahnya.
"Bagaimana dengan menu makan malamnya, apakah kau suka, Celine?" tanya Pamela memandang Celine yang tengah menyendok nasinya.
"Iya, suka Tante!" Celine menganggukkan kepalanya.
"Pasti lebih enak masakan Papamu, dia kan seorang koki, pasti kamu sudah bisa membedakan masakan mana yang paling enak!" sahut Aldrich menimpali.
"Iya, jangan di tanya lagi soal masakan Ruben, tentu saja yang terbaik!" Pamela menambahi kata-kata pujian suaminya, memuji masakan Ayah Celine.
"Ah, tidak kok, masakanku biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa, hanya masakan restoran kaki lima!" sahut Ruben merasa malu mendengar pujian ke dua sahabatnya tersebut.
"Aih, kau itu sedari dulu, selalu saja merasa tidak pernah merasa lebih unggul, masakanmu sangat enak, aku sudah pernah memakannya, jangan merasa tidak percaya diri!" sahut Pamela sembari tersenyum hangat.
Ruben hanya bisa senyum malu-malu menanggapi pujian Pamela.
Selesai mereka makan malam, mereka lanjut mengobrol di ruang santai, sembari menikmati secangkir teh hangat, untuk menghangatkan suasana mengobrol mereka.
Celine duduk di samping Ayahnya, masih saja merasa canggung, dan terus menghindari bertemu mata dengan Joseph.
Aldrich dan Pamela, duduk di sofa depan Celine dan Ayahnya, dan sedangkan Joseph bersama adik lelaki Joseph, duduk di sofa yang berbeda.
"Ruben, seperti yang pernah kita sepakati dulu, bersama Natasha, apakah kau masih mengingatnya?" tanya Aldrich, setelah Pelayan selesai meletakkan cangkir teh ke atas meja.
"Tentu saja, aku tidak lupa apa yang telah sepakati dulu, mereka sudah besar, dan sudah waktunya saling mengenal satu sama lain!" jawab Ruben dengan penuh semangat.
"Iya, benar sekali, kalau bisa biarkan Celine tinggal di sini, agar mereka bisa lebih dekat lagi, dan saling mencintai!" ujar Pamela dengan penuh semangat.
Celine yang tidak mengerti arah pembicaraan Ayahnya, dengan orang tua Joseph, hanya bisa diam saja, dan mendengarkan saja.
Pamela bangkit dari duduknya, lalu berjalan ke arah Celine dan Ayahnya duduk.
Kemudian Pamela duduk di samping Celine, lalu meraih tangan Celine, dan menggenggamnya dalam ke dua tangannya.
"Tante sudah menyiapkan kamarmu, dan kalau bisa... malam ini juga kau bisa tinggal di sini!" kata Pamela tersenyum senang.
"Hahh..!!"
Celine yang sedari tadi tidak mengerti, arah dari pembicaraan Ayahnya dengan orang tua Joseph, terkejut bukan main mendengar apa yang di katakan Ibu Joseph.
"Kenapa? apa kau tidak ingin mengenal Joseph? walau dia terlihat dingin, dia putra Tante yang penurut, dan baik!" kata Pamela dengan nada yang ramah, dan penuh harap pada Celine.
"Tu.. tu.. tunggu dulu!!" Celine bagaikan di sambar petir, berdiri dengan cepat dari duduknya.
"Kenapa?" tanya Pamela keheranan, melihat wajah shock Celine.
Ruben, Aldrich dan Pamela memandang Celine, dengan tatapan waspada. Sedangkan Joseph duduk dengan tenang.
Sudut bibir Joseph, diam-diam menyunggingkan senyuman. Sementara adik Joseph, tidak tertarik dengan pembicaraan yang ada di ruang santai itu.
Anak lelaki usia dua belas tahun itu, dengan wajah datarnya, lebih fokus pada ponselnya.
Ia sibuk bermain game, tanpa berminat dengan pembicaraan yang ada di depannya.
Bersambung.....
udh d usir scra hlus,msh ga ngrti....
malu woooyyy....