NovelToon NovelToon
The Dark Prince

The Dark Prince

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:803
Nilai: 5
Nama Author: PASTI SUKSES

Di negeri Eldoria yang terpecah antara cahaya Solaria dan kegelapan Umbrahlis, Pangeran Kael Nocturne, pewaris takhta kegelapan, hidup dalam isolasi dan kewaspadaan terhadap dunia luar. Namun, hidupnya berubah ketika ia menyelamatkan Arlina Solstice, gadis ceria dari Solaria yang tersesat di wilayahnya saat mencari kakaknya yang hilang.

Saat keduanya dipaksa bekerja sama untuk mengungkap rencana licik Lady Seraphine, penyihir yang mengancam kedamaian kedua negeri, Kael dan Arlina menemukan hubungan yang tumbuh di antara mereka, melampaui perbedaan dan ketakutan. Tetapi, cinta mereka diuji oleh ancaman kekuatan gelap.

Demi melindungi Arlina dan membangun perdamaian, Kael harus menghadapi sisi kelam dirinya sendiri, sementara Arlina berjuang untuk menjadi cahaya yang menyinari kehidupan sang pangeran kegelapan. Di tengah konflik, apakah cinta mereka cukup kuat untuk menyatukan dua dunia yang berlawanan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PASTI SUKSES, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Serangan Wraith

Arlina mengikuti langkah para utusan Solaria keluar dari Noctis Hall. Malam di Umbrahlis dingin dan sunyi, tetapi rasa gelisah dalam hatinya membuat segalanya terasa lebih berat. Ia tak bisa mengabaikan tatapan terakhir Kael—tatapan penuh peringatan, tetapi juga rasa terluka.

Di kereta kuda yang sudah disiapkan, Arlina menoleh sekali lagi ke arah istana. Bayangan megah Noctis Hall mulai menghilang dari pandangan, tetapi kenangan tentang waktunya di sana terus menghantuinya.

“Kau tidak perlu ragu, Lady Arlina,” kata salah satu utusan dengan nada tegas. “Kami akan memastikan kau sampai di Solaria dengan aman.”

Arlina hanya mengangguk pelan tanpa menjawab. Ia menyandarkan tubuhnya, mencoba menenangkan pikirannya. Namun, ada sesuatu yang terasa aneh. Udara terasa semakin dingin, dan bulu kuduknya berdiri.

Di Noctis Hall, Kael berdiri di balkon kamar pribadinya, memandangi jalan yang dilalui kereta kuda tadi.

“Kenapa kau membiarkannya pergi, Yang Mulia?” Eryx berdiri di belakangnya, tampak tidak setuju.

“Dia ingin pergi, dan aku tidak bisa memaksanya tetap di sini,” jawab Kael datar, meskipun suaranya menyiratkan konflik batin.

Eryx menyipitkan mata. “Kau tahu ini bukan keputusan bijak. Seraphine masih berkeliaran, dan para utusan Solaria itu terlalu mencurigakan. Mereka terlalu terburu-buru ingin membawa Lady Arlina kembali.”

Kael terdiam sejenak, sebelum akhirnya berkata, “Aku sudah menempatkan beberapa prajurit bayangan untuk mengawasi mereka dari jauh. Jika terjadi sesuatu, mereka akan melaporkan kepadaku.”

Eryx mengangguk, meskipun kekhawatirannya belum hilang. “Aku harap keputusan ini tidak berakhir buruk.”

Di dalam kereta, Arlina akhirnya memberanikan diri untuk berbicara. “Apa yang sebenarnya terjadi di Solaria? Kenapa kalian begitu tergesa-gesa mencariku?”

Salah satu utusan menatapnya dengan senyum tipis yang tidak menyenangkan. “Kami hanya menjalankan perintah, Lady Arlina. Raja menginginkanmu kembali sesegera mungkin.”

Arlina merasakan sesuatu yang tidak beres dari cara bicara mereka. Tetapi sebelum ia bisa bertanya lebih jauh, suara gemuruh terdengar dari luar kereta.

Kereta tiba-tiba berhenti mendadak, membuat Arlina hampir terlempar dari tempat duduknya.

“Ada apa?” tanya Arlina panik.

Salah satu utusan membuka pintu kereta dan keluar untuk memeriksa. Namun, beberapa detik kemudian, suara jeritan terdengar dari luar. Arlina segera berlari keluar, hanya untuk menemukan prajurit Solaria tergeletak tak bernyawa.

Dari bayangan hutan, sosok-sosok menyeramkan dengan mata merah menyala mulai muncul. Makhluk-makhluk kegelapan dengan cakar panjang dan tubuh seperti kabut hitam.

“Wraith...” gumam Arlina, napasnya tercekat.

Utusan yang tersisa segera menghunus pedang mereka, tetapi mereka jelas kalah jumlah. Salah satu wraith melompat ke arah Arlina, tetapi sebelum cakar makhluk itu menyentuhnya, sebuah panah berapi menembus tubuh wraith tersebut, membuatnya menghilang menjadi asap.

Arlina menoleh dan melihat sosok yang sangat dikenalnya.

“Kael!” serunya, matanya melebar.

Kael turun dari kuda hitamnya dengan ekspresi dingin. Di belakangnya, Eryx dan beberapa prajurit bayangan bergerak cepat menyerang wraith lainnya.

“Aku sudah menduga ini akan terjadi,” kata Kael dengan nada tegas, matanya tidak lepas dari Arlina. “Kau seharusnya mendengarkanku.”

Arlina merasa marah sekaligus lega. “Aku tidak meminta kau mengikutiku!”

Kael mendekat, menggenggam lengannya dengan erat. “Dan aku tidak akan membiarkanmu mati di tangan makhluk-makhluk ini.”

Pertarungan berlangsung sengit, tetapi dengan kekuatan Kael dan pasukannya, wraith berhasil diusir. Namun, utusan Solaria yang tersisa tampak ketakutan.

“Kenapa makhluk-makhluk itu menyerang kami?” tanya Arlina, menatap Kael.

“Karena mereka memanfaatkan kelemahanmu,” jawab Kael dingin. “Mereka tahu kau adalah target yang mudah.”

Utusan Solaria mencoba membela diri. “Kami tidak tahu ini akan terjadi! Mungkin ini ulah Umbrahlis untuk mempermalukan kami!”

Kael mendekati utusan itu, auranya memancarkan ancaman yang membuat mereka gemetar. “Jika aku ingin membunuh kalian, aku tidak butuh wraith untuk melakukannya. Mulutmu lebih baik diam sebelum kau kehilangannya.”

Arlina melangkah di antara mereka, mencoba meredakan ketegangan. “Cukup! Ini bukan waktunya untuk bertengkar.”

Kael menatap Arlina dalam-dalam, sebelum akhirnya melangkah mundur. “Kita kembali ke Noctis Hall. Aku tidak akan membiarkanmu melanjutkan perjalanan ini.”

Arlina hendak membantah, tetapi satu tatapan dari Kael membuatnya terdiam.

Perjalanan kembali ke Noctis Hall diiringi keheningan yang penuh ketegangan. Arlina duduk di dalam kereta bersama Kael, tetapi mereka tidak saling berbicara.

“Kenapa kau selalu menganggap aku lemah?” tanya Arlina akhirnya, memecah keheningan.

Kael mendesah pelan. “Bukan soal lemah. Kau tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di sekitarmu.”

“Lalu jelaskan padaku!” seru Arlina. “Aku lelah menjadi pion dalam permainan ini tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.”

Kael menatapnya lama, sebelum akhirnya berkata, “Solaria tidak semurni yang kau pikirkan, Arlina. Raja mereka punya agenda sendiri, dan kau adalah bagian dari rencananya.”

“Apa maksudmu?”

“Saatnya akan tiba ketika kau tahu semuanya. Untuk sekarang, percayalah padaku. Aku tidak akan membiarkan mereka memanfaatkanku, apalagi memanfaatkanmu.”

Arlina terdiam, mencoba mencerna kata-kata itu.

Ketika mereka tiba kembali di Noctis Hall, Eryx menghampiri Kael. “Kami sudah memeriksa jejak wraith. Mereka berasal dari arah hutan Seraphine.”

Kael mengangguk, ekspresinya kembali dingin. “Aku sudah menduganya. Perketat penjagaan. Jangan biarkan mereka mendekati istana lagi.”

Eryx tersenyum kecil. “Kau semakin posesif terhadap Lady Arlina.”

Kael menatap Eryx tajam. “Diamlah, atau aku akan menugaskanmu berjaga di luar dinding.”

Eryx hanya tertawa kecil sebelum pergi.

Kael menoleh ke arah Arlina yang berdiri tidak jauh darinya. “Kau akan tetap di sini. Tidak ada negosiasi.”

Arlina menghela napas panjang. “Baik. Tapi kau harus mulai mempercayaiku, Kael.”

Kael hanya menatapnya dengan mata yang sulit ditebak, sebelum akhirnya berbalik dan masuk ke dalam istana. Arlina tahu bahwa ada lebih banyak hal yang belum ia ketahui tentang pria itu—hal-hal yang mungkin akan mengubah segalanya.

Ketegangan di Noctis Hall tampak jelas malam itu. Arlina berdiri di balkon kamarnya, memandangi bulan yang tampak pucat di langit. Pikirannya dipenuhi konflik. Kael terus bersikap protektif, tetapi ia merasa ada lebih banyak alasan di balik semua itu.

Pintu kamarnya diketuk pelan. Ketika Arlina membuka, Lyra berdiri di sana dengan wajah khawatir.

“Lady Arlina, maaf mengganggu, tapi semua orang membicarakan kejadian tadi,” kata Lyra sambil melirik ke lorong.

Arlina mengangkat alis. “Apa yang mereka katakan?”

“Mereka bilang Kael semakin... berubah. Pengawal istana bahkan bertaruh bahwa kehadiranmu memengaruhinya,” bisik Lyra dengan nada penasaran.

Arlina tertegun, lalu tersenyum lemah. “Aku tidak yakin itu benar, Lyra.”

“Tapi aku melihatnya sendiri,” balas Lyra. “Dia bahkan tidak pernah memikirkan siapa pun sebelumnya, kecuali dirinya dan Umbrahlis.”

Sebelum Arlina sempat merespons, langkah kaki berat terdengar dari lorong. Lyra segera memberi salam dan mundur ketika Kael muncul.

“Kita perlu bicara,” kata Kael tegas, menatap Arlina.

Arlina mengangguk, membiarkan Kael masuk. Setelah Lyra pergi, Kael duduk di salah satu kursi, tangannya menyentuh pelipisnya seolah sedang berpikir keras.

“Ada apa lagi, Kael?” tanya Arlina, mencoba memecahkan keheningan.

Kael menatapnya lama sebelum akhirnya berkata, “Aku tahu kau merasa terkekang. Tapi, Seraphine akan terus mencoba. Dan aku... tidak akan membiarkan dia mengambilmu.”

Arlina menatap Kael dengan hati-hati, menyadari bahwa di balik kekerasan sikapnya, pria itu menyimpan ketakutan yang dalam. Namun, ia juga tahu bahwa pria ini masih penuh rahasia yang belum terungkap.

1
Aini Nurcynkdzaclluew
Jangan nggak baca, sayang banget
amoakakashisensei
Ngga nyangka, seru banget!
gadGoy13
Ngagetin deh! 😱
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!