Keluarga Wezumo adalah salah satu keluarga paling berkuasa di Asia. Mereka menguasai pasar bisnis dan memiliki perusahaan raksasa yang bergerak di bidang otomotif, Fashion dan properti.
Darrel, putra sulung keluarga Wezumo terpaksa menikahi Hope Emilia, putri seorang sopir keluarganya. Dua tahun menikah, Darrel tidak pernah menyentuh Hope, hingga Darrel tidak sengaja meminum obat perangsang malam itu.
Hubungan keduanya makin dekat saat Darrel mengangkat Hope menjadi asisten dikantornya. Namun kemunculan seorang pria tampan yang amat berbahaya di dekat Hope memicu kesalahpahaman di antara keduanya.
Belum lagi Hope tidak sengaja mendengar fakta sebenarnya dibalik pernikahan mereka. Membuatnya berada dalam pilihan yang sulit. Meninggalkan Darrel, atau mempertahankan pria itu bersama anak Darrel yang ada dalam kandungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25
Habis rapat, Lina membawa Hope keluar dari ruangan besar itu. Ia sudah meminta ijin ke Darrel mengajak Hope ke kantin perusahaan. Hope ikut-ikut saja. Ia sempat melihat ke suaminya sebelum mencapai pintu keluar. Tapi Darrel tidak menoleh sedikitpun ke arahnya. Suaminya itu sedang serius mengobrol dengan seorang laki-laki paruh baya. Ada Keno juga di sana.
"Kenapa, tidak rela ninggalin suami kamu?" Lina berbisik pelan ditelinga Hope.
Hope pun menggeleng cepat. Malu kalau sampai Lina tahu dia sedang mengamati suaminya sendiri. Pokoknya malulah. Lina menertawai dia.
"Jangan khawatir, aku yakin setelah ngobrol bisnis sama bapak-bapak itu, suami kamu akan menyusul ke kantin." ucap Lina. Hope tersenyum tipis. Mereka berjalan memasuki kantin kantor. Ada beberapa orang yang menyapa Lina dan sapa balik sama wanita itu. Hope melihat teman suaminya ini sangat ramah. Jenis perempuan yang menyenangkan.
"Bagaimana rasanya menjadi asisten suamimu?" mereka sudah duduk di sebuah meja. Lina dan Hope duduk berhadap-hadapan. Sambil menunggu makanan mereka diantarkan, Lina bertanya pada Hope.
"Baru dua hari aku bekerja dengan mas Darrel, aku cukup senang. Banyak yang bisa aku pelajari kak. Mas Darrel menyuruh aku membaca banyak buku juga." kening Lina berkerut.
"Dia suruh kamu baca buku?"
Hope menganggukkan kepala. Lina pun tertawa pelan. Hope sendiri tidak mengerti apa alasan wanita itu tertawa.
"Dengar, aku sudah mengenal Darrel dari masa kami kuliah. Sebelumnya, belum ada satu perempuan pun yang suka dia atur-atur buat inilah, buat itulah. Kamu adalah satu-satunya. Wajar sih, karena kamu adalah isterinya." ucap Lina.
"Oh ya, bagaimana rasanya punya suami dingin seperti laki-laki itu?" wanita itu bertanya lagi. Tepat saat itulah Darrel dan Keno muncul. Hope menunduk diam begitu Darrel duduk di sebelahnya. Mudah-mudahan pertanyaan kak Lina tadi tidak kedengaran oleh suaminya.
"Apa yang kalian bicarakan?" Keno bertanya. Lina mengangkat bahu. Dia tidak lagi menuntut jawaban Hope karena dia tahu Hope pasti tidak akan leluasa menjawab, apalagi suaminya juga ada di situ.
"Biasalah masalah perempuan, laki-laki tidak perlu tahu." sahut Lina beralasan. Untung otaknya cerdas, jadi dia bisa memikirkan jawaban yang pas secepat mungkin dengan sikap santai dan tidak mencurigakan.
"Mas Darrel udah pesan makan? Kalo belum biar aku pesenin sekarang." Hope berbisik pelan di telinga suaminya.
"Tidak perlu, sudah aku pesan tadi." Darrel balas berbisik.
Perusahaan ini memiliki banyak petugas yang bekerja di kantin. Jadi mereka tidak perlu mengambil makanan sendiri, nanti diantarkan. Seperti di restoran-restoran.
Tak lama kemudian makanan keempat-nya datang bersamaan. Hope memesan mie goreng. Pokoknya dia lagi suka makan itu jadi dia memesannya. Pandangan Darrel fokus ke mie goreng Hope.
"Lain kali pesan yang lain. Sudah dua kali kau makan mie instan dalam minggu ini. Tidak baik untuk tubuh dan kesehatanmu." ia lalu berucap pelan di telinga Hope. Lagi-lagi interaksi pasangan itu membuat Keno dan Lina saling bertukar pandang.
Walau keliatannya Darrel sangat cuek, tapi laki-laki itu sangat memperhatikan apa saja asupan makanan yang Hope makan. Hope sampai heran bagaimana suaminya bisa ingat dia makan mie instan sudah dua kali dalam minggu ini. Padahal dia sendiri tidak ingat lagi.
Darrel bahkan menukarkan makanan Hope dengan makanan miliknya yang isinya kebanyakan sayur semua. Hope tahu suaminya ini vegetarian, semua jenis makanan yang biasanya pria itu makan tentu saja dia juga tahu. Tapi sebenarnya jenis-jenis makanan tersebut tidak dia sukai. Hope tidak suka sayuran, dan mas Darrel tahu itu.
"Itu makanan sehat, baik untuk tubuhmu. Belajarlah makan jenis makanan yang seperri itu walaupun kamu tidak suka." gumam Darrel pelan. Dia harus keras pada istrinya karena itu untuk kebaikan wanita itu sendiri.
Mau tak mau Hope mengangguk. Mana bisa dia melawan suaminya coba.
"Makan," kata Darrel lagi. Lelaki itu sendiri mengambil garpunya dan mulai mengisi mie goreng milik Hope tadi dalam mulutnya.
Darrel paling tidak suka dengan makanan cepat saji begini. Namun dia memaksakan diri untuk menghabiskan makanan tersebut. Sudut bibirnya berkedut saat melihat ekspresi lucu Hope yang berusaha menelan habis sayuran.
"Kalian berdua tidak makan?" pandangan Darrel berpindah ke depan, pada Keno dan Lina yang duduk berhadapan dengan mereka. Karena terlalu fokus dengan Hope, dia jadi lupa ada orang lain juga yang sedang duduk bersama mereka.
"Kami sudah kenyang hanya dengan melihat kalian berdua." sahut Keno meledek. Darrel memicingkan mata, Keno tertawa.
"Ayo makan Lina. Nanti makanannya keburu dingin." ucap Keno pada Lina.
"Oh iya, weekend ini kalian sibuk tidak? Bagaimana kalau kita liburan ke Malang?" kata Lina di sela-sela makannya.
Tampaknya Darrel cukup tertarik. Dia dan Hope belum pernah liburan bersama. Berdua saja apalagi. Kan dua tahun ini sikapnya sangat dingin terhadap sang istri. Dan Hope tidak ada kebebasan sedikit pun untuk keluar-keluar lama. Darrel tahu pasti karena keluarganya sangat mengontrol istrinya di rumah. Alasan dia membawa Hope ke Surabaya bersamanya juga karena dia ingin wanita itu merasa lebih bebas dan tidak dapat tekanan terus dari keluarganya.
"Bagaimana, mau tidak? Kalau mau aku akan memesan tempat. Sabtunya pergi, minggu balik." ucap Lina lagi.
"Kau mau jalan-jalan?" Darrel memandangi Hope, bertanya dengan nada yang lembut.
Hope memiringkan kepala menatap suaminya sebentar, kemudian menatap Lina yang menunjukkan raut wajah penuh harap. Wanita itu lalu menatap Darrel lagi dan mengangguk. Dia juga belum pernah liburan sebelumnya.
Lina langsung senang. Pandangannya berpindah ke Keno.
"Bagaimana denganmu?" tanyanya pada pria itu.
"Kalau aku ikut, aku akan bawa pasangan. Kalian tidak keberatan bukan?" balas Keno menatap semuanya bergantian. Main-main adalah hobinya. Liburan tanpa perempuan? Tidak asyik.
Lina mendengus,
"Kamu itu ya, kapanpun dan dimanapun, kalau ada kesempatan tidak pernah kamu sia-siakan. Terserah deh. Tapi syaratnya jangan bawa perempuan lebih dari satu, dan jangan ada aksi-aksi ngese-ks di depan kita. Ngerti?"
Perkataan Lina sukses membuat Hope tercengang. Ia baru tahu kalau Keno suka main perempuan. Ngeri juga. Padahal tampangnya baik-baik begitu. Hope masih sulit bicara.
"Jangan dengarkan mereka, fokus saja habisin makanan kamu." ucap Darrel lalu memberi tatapan mematikan pada Keno dan Lina. Keduanya pun terdiam.
