TAMAT 03 FEBRUARI 2024
Demi bisnis Mahesa yang hampir bangkrut, ia harus mau menikahi anak gadis milik konglomerat yang dulu pernah menjadi tunangannya: Snowy.
Sekarang, karena ulah menolaknya dahulu, Snowy menjadi membencinya. Menjadi tak lagi respect padanya.
Tugas pertama Mahesa setelah menikah adalah, harus mengatasi banyak lelaki yang masih berstatus sebagai pacar Snowy White Rain.
Sialnya lagi adalah, Mahesa mulai menyukai gadis bermata biru itu. Gadis bodoh yang memiliki banyak pria bodoh di hidupnya.
Snowy mungkin tidak sadar, jika dia sedang dimanfaatkan para kekasihnya, diperdaya para lelaki yang mengincar sesuatu darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUA LIMA
28 hari 28 malam, Mahesa tak pulang ke rumah, sibuk mengurusi perusahaan yang sudah diambang bangkrut.
Banyak korup yang terjadi, keuangan mengalir ke satu arah dan Mahesa terus mengincar hingga sampai ke akar masalahnya.
Dana perbaikan, tapi tak pernah ada perbaikan, dana upgrade lokasi tapi tak ada yang mengirimkan bukti upgrade terbarunya.
Mahesa harus keliling ke beberapa kota untuk mengecek kondisi bar barnya. Dan hasilnya tak ada yang mengaku jika bar di cabang itu mendapatkan perbaikan atau semacamnya.
Untuk service juga masih sama, gaji karyawan banyak yang dipotong, dan aturan tak masuk akal mulai Mahesa ketahui.
Ini yang membuat Mahesa tak pulang dalam jangka waktu yang lama. Dia sibuk urusi satu persatu cabang yang ada di Indonesia.
Totalnya ada 25 lokasi, dan salah satunya di Surabaya. Dan di sinilah Mahesa duduk, di depan meja bartender bersama dua orang temannya Dewa dan Roland yang selalu tampil menawan.
Jaket jeans hitam membalut kaos putih Mahesa, celana skinny jeans hitam melapisi kaki jenjangnya, sepatu sneaker putih bahkan bisa menyala di kegelapan remang- remang tak kalah dengan sorotan lampu disco.
"Lo yakin mau terima tawaran mertua Lo? Lo mau kerja satu kantor sama Snow?" Dewa bertanya serius.
Sambil memainkan ujung telunjuk di tepian gelas kecilnya, Mahesa terpaku pada minuman miliknya. Sejujurnya, dia dilema dengan jalan hidupnya kali ini.
"Jujur ... Gue mikir seribu kali buat lanjutin bisnis nyokap," ujarnya. Mahesa kemudian menatap Dewa yang menghela pelan.
Sedari awal, Mahesa memang tak pernah mau meneruskan pekerjaan ini. Tapi, melihat sang ibu lebih menyayangi Demian, Mahesa setuju melanjutkan bisnis itu karena dia tak mau semua harta yang seharusnya miliknya, dibagi dengan Demian si anak rahasia.
Bar dan hingar bingar ini, sejatinya bukan hidup yang Mahesa mau. Lelaki itu lebih suka memotret, membuat seni visual, dan berkarya dengan kepandaiannya itu.
Estrella hampir saja bangkrut karena keuangan yang ada di perusahaan, harus dia alokasikan ke rekening para karyawan yang belum digaji seperti semestinya.
Kacau balau keuangan perusahaan ini, dan Mahesa harus mengalami rugi besar atas ulah serakah seorang Demian. Definisi anak sopir tidak tahu diri.
Hacker yang King kirim untuknya, berhasil membobol mutasi rekening para karyawan yang bermain curang. Dan mereka semua masih dilindungi oleh Demian.
Rasanya percuma jika Mahesa tetap lanjut membangun bisnis ini. Besar pasak daripada tiang, itu yang sedang terjadi.
Duit yang keluar terlalu banyak, sementara bar itu sendiri sudah mengalami penurunan setelah beberapa video prostitusi akhirnya membuat bar tersebut dilaporkan ke polisi.
Banyak yang ditutup paksa, padahal, untuk kasus itu sendiri Mahesa tak tahu menahu karena dia hanya meneruskan sesuatu yang sudah berjalan selama ini di tangan ibunya.
"Kalo Gue setuju. Lo nyerah ajah, nggak berkah Lo kasih tempat buat orang maksiat, Lo punya keahlian, Lo bisa nyari makan di tempat yang lebih halal," saran Roland.
Dewa berdecak. "Mentang-mentang bininya ustadzah, ceramah mulu, lama lama Lo mirip triplets tausiyah mulu kerjanya!" protesnya.
Roland menyengir. "Sesama temen harus saling mengingatkan! Mumpung masih di dunia. Kalau sudah sama sama meninggoy, Gue nggak bisa bantu! Kan Lo Lo pada terlalu bejibun dosanya, berat Gue angkat kalian dari kerak neraka!"
"Angkreman induk ayam!" sela Mahesa. Dia sedang bimbang, gelisah, gundah, gulana, malah bahas neraka. "Ngemeng ajah Lo!"
Ponsel Mahesa bergeser di meja, desah Snowy terdengar memanggil- manggil nama Kak Esa. Segera pria itu mengangkat telepon dari Putra sebelum terlalu lama didengar.
Dewa terkakak lepas menyadari itu meski cukup kalah oleh musik remix, tapi desah Snowy terdengar samar-samar, sementara Roland beristighfar beberapa kali.
Sudah coba Mahesa ganti nada dering ponsel itu dari sebulan yang lalu, tapi rupanya Snowy sudah meretas gawai tersebut dan sampai saat ini nada dering Mahesa belum diganti.
Snowy sengaja ingin mengerjai suaminya, kalau sampai dijadikan nada dering. Harus konsisten, tidak dirubah sampai orang orang juga menertawakannya.
"Apa lagi, udah Gue bilang nggak usah telepon, langsung chat ajah!" Mahesa memarahi Putra karena dia tahu Putra sengaja ingin mempermalukannya.
📞 "Sorry Bos, emergency! Nih, Gue kasih tahu, di mana sekarang istri Bos!"
Mahesa menutup panggilan setelah Putra bilang akan mengirim pesan. Dan dugaannya benar, Snowy di Jakarta sana sedang temu janji dengan Demian.
Sengaja dia tak pernah angkat telepon, atau sekedar balas chat Snowy. Pria itu ingin tahu, apa yang akan Snowy lakukan jika dia acuh.
Rupanya, baru beberapa Minggu saja sudah berani lagi bertemu dengan Demian. Kemarin, sempat bilang ingin putus tapi tidak serius.
"Play girl kecil ini!" Mahesa menggeram.
"Snowy sama adek Lo?!" Roland melongok layar ponsel Mahesa yang menunjukkan Snowy tengah duduk berhadapan dengan Demian.
Selain King, Dewa, Roland dan Gladys, tak ada lagi yang tahu siapa Demian. Yah, si anak sopir yang selalu ingin menguasai rumahnya.
Mahesa tak menjawab, pria itu menutup ponselnya dengan satu kali gesture. Rahang yang bagus itu kian mengeras menahan gemuruh dalam dirinya.
"Lo ngapain ngerokok?"
Dewa yang baru saja menyulut api untuk rokoknya lekas menoleh menatap Mahesa yang mengambil tiba-tiba rokok miliknya.
"Matiin!" Mahesa membentak. Dan Dewa mengerut keningnya bingung. "Apaan sih ni anak?" Ia menatap Roland yang tertawa.
"Nggak jelas!" Dewa kembali meraih rokok lainnya, menyumpal mulut dengan benda itu dan memulai lagi menyulutnya.
Mahesa terlihat meneguk habis minumannya dengan satu kali tenggak. Lalu menatap pria yang berdiri di belakang meja bartender.
"Topi! Topi, Lo ngapain pake topi?" Mahesa juga membentak bartender handalnya yang tiba-tiba cengok karena kebingungan.
"Buka nggak?!" Mahesa menyuruh bartender handalnya membuka topi yang padahal tidak ada hubungannya dengan dia dan Snowy.
"Lampu, ngapain kedip-kedip hah? Matiin, ganti yang baru!" Mahesa juga meneriaki waiters lainnya untuk mengganti lampu yang seolah sedang meledeknya.
Dada Mahesa naik turun, bergemuruh, dia sudah tenang karena beberapa Minggu ini Snowy tak bertemu dengan Demian, hari ini dia dapat info yang membuatnya marah dan ingin cepat pulang untuk memberi pelajaran.
Dewa dan Roland tertawa cekikikan meski mereka menjadi sarana amukan. Yang benar adalah, hati Mahesa sedang panas karena cemburu pada adik tirinya.
"Lo bilang nggak cinta sama Snow, baru dapet info ginian ajah sepanas itu!" sindir Roland.
"Bacot!" Mahesa Lalu melirik Dewa yang mengangkat panggilan video dari King.
"Lo ngapain hah? Kalo nggak boleh ikutan sama kita-kita, mending nggak usah video call!" ketusnya pada King.
📞 "Dia kenapa?" King yang bingung bertanya penasaran. "Kesurupan setan bucin!" jawab Dewa sambil tertawa tawa.
📞 "Oh jadi gitu kalo Om Esa Bucin?" Ada suara triplets yang membuat Mahesa kesal dan mengacak-acak rambutnya sendiri.
"Lo ngapain pake wig?!" Mahesa bahkan menarik rambut manusia siluman yang tidak sengaja lewat di depannya.
"Eh sialan! Gue cipok juga, Lo!" Mahesa naik ke atas kursi setelah sadar yang dia tarik rambutnya ben cong yang suka padanya.
...📌 Jam 24 kalo nggak gangguan insya Allah nyusul......