Azzam tidak menyadari bahwa wanita yang ia nikahi bukanlah kekasihnya, melainkan saudara kembarnya.
Sejak kepulangannya dari Kanada, sebenarnya Azzam merasa ada yang aneh dengan kekasihnya, ia merasa kekasihnya sedikit berubah, namun karena rasa cintanya pada sang kekasih, ia tetap menerima perubahan itu.
Bagaimana jika suatu saat Azzam mengetahui yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shangrilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Honey moon
Happy reading..
Siang ini, Azzam dan Zura berkemas. Mereka akan melakukan perjalanan bulan madu ke Karimun Jawa selama beberapa hari. Setelah memeriksa sekali lagi barang bawaan mereka, mereka memutuskan akan mampir ke rumah orang tua Zura untuk pamit.
Sesampainya mereka di rumah orangtuanya Zura, mereka disambut dengan hangat oleh kedua orang tua Zura. "Hati-hati di perjalanan ya," ucap ibunya sambil memeluk Zura erat-erat. Ayahnya, dengan senyum lembut, menepuk bahu Azzam, "Jaga istri kamu baik-baik."
Zura merasa berat untuk berpisah, meski hanya untuk beberapa hari saja. Dia memeluk kedua orang tuanya. Entah rasa berat berpisah atau rasa bersalah yang menghantuinya.
"Ayo kita berangkat sekarang," ajak Azzam.
"Nanti pulang dari sana bawa cucu ya," ucap Ibu Zura membuat Azzam tersenyum. Tiba-tiba Azzam ingin segera punya anak.
"Akan kami usahakan secepatnya, Bu." jawab Azzam.
"Mas." Zura mencubit pelan pinggang Azzam.
Azzam menggenggam tangan istrinya. Mereka berdua memberikan senyum terakhir, melambaikan tangan, dan berjalan keluar menuju mobil yang akan membawa mereka ke bandara.
Di dalam mobil, Zura menghela napas panjang. Azzam, dengan lembut, mengusap punggung tangan Zura. "Ini akan menjadi perjalanan yang indah. Dan sepertinya kita harus menuruti keinginan Ibu. pulang bawa cucu. Jadi selama kita disana harus sering lembur bikin cucu buat ibu."
"Jangan dengerin Ibu, mas. Kita nikah baru beberapa hari, masa iya udah suruh bawa pulang cucu."
"Tapi aku juga pengen, sayang."
"Kita nikmati dulu pacaran halal kita, Mas." sahut Zura.
"Iyaa.. kita nikmati bulan madu kita. Aku sudah tidak sabar ingin melihat pulau indah itu."
"Aku juga sudah tidak sabar ingin melihat pantai dan matahari terbenam di Karimun Jawa," sahut Zura dengan bersemangat.
Mobil berhenti di area bandara, Azzam dan Zura pun turun.
Azzam dan Zura menyeret kopernya dengan mata yang berbinar, hatinya berdebar-debar menantikan bulan madu yang mereka impikan. Azzam, dengan senyum lebar, menggenggam tangan Zura erat-erat saat mereka melangkah menuju pintu keberangkatan bandara.
"Ini akan menjadi perjalanan yang paling indah yang aku lalui, Sayang," bisik Azzam sambil mencium puncak kepala Zura.
Di bandara yang ramai, mereka mengantri di counter check-in. Azzam, yang memakai kemeja putih dan celana khaki, terlihat gagah sementara Zura dalam balutan gaun maxi bunga-bunga terlihat anggun dan ceria. Mereka terus ngobrol sambil mengantri, hanya obrolan ringan dan sesekali di selingi candaan.
Saat pesawat mereka terbang meninggalkan tanah, Zura menatap keluar jendela, mengamati awan yang terlihat seperti kapas putih. Azzam mengambil tangan Zura, entwining jari-jarinya dengan miliknya. "Kita buat banyak kenangan baru disana. Kenangan manis yang tak terlupakan selama hidup kita," ujarnya lembut.
Zura tersenyum simpul dan menyadarkan kepalanya di bahu Azzam.
Perjalanan ke Karimunjawa terasa singkat karena mereka akhirnya terlelap.
Setibanya di pulau, mereka disambut dengan hamparan pasir putih dan air laut yang jernih kebiruan. Zura merasa seolah-olah mereka memasuki surga dunia, kegembiraannya tidak terbendung. Azzam, melihat kebahagiaan di wajah Zura, merasa hatinya hangat dan penuh.
Azzam dan Zura merasa lega setelah perjalanan panjang menuju Karimunjawa. Begitu memasuki penginapan, mereka disambut dengan kamar yang sudah dihias secara romantis, lengkap dengan bunga-bunga yang tersebar di sekitar ruangan berbentuk ucapan 'Happy Wedding' serta 'Honeymoon' Cahaya lilin menambah suasana hangat, membuat Zura tersenyum lebar.
"Mas?" Zura menatap suaminya. "Kamu yang nyiapin semua ini?"
"Bukan aku, sayang. Tapi aku yang meminta pegawai di penginapan ini yang menyiapkannya," jawab Azzam.
Azzam ingin selalu memberikan yang terbaik untuk istrinya, ia memegang tangan Zura, "Ini semua untukmu, sayang. Semoga kita bisa membuat kenangan indah di tempat ini." Zura merespons dengan memeluk Azzam, rasa cinta dan kebahagiaan terpancar dari matanya.
Awalnya ia menerima Azzam karena terpaksa, karena permintaan Zahwa saudara kembarnya, namun yang terjadi kini, dirinya nyaman bersama pria yang telah menjadi suaminya ini.
Mereka berdua kemudian duduk di tepi jendela, menikmati pemandangan laut yang tenang di bawah rembulan. Angin sepoi-sepoi membawa aroma laut yang menyegarkan, dan suara ombak menambah suasana tenang di malam hari.
Azzam dan Zura, keduanya merasa seperti dunia hanya milik mereka berdua, sebuah awal yang sempurna untuk babak baru dalam hidup mereka.
"Kenapa orang-orang pada honeymoon ke luar negeri ya, padahal disini sangatlah indah." ucap Azzam.
"Selera orang beda-beda, Mas." sahut Zura, dan Azzam hanya manggut-manggut.
Tok! Tok!
Suara ketukan pintu di kamar mereka.
"Siapa mas?" tanya Zura.
"Paling pegawai," jawab Azzam.
Kemudian Azzam berjalan menuju pintu, dan benar saja, yang datang adalah seorang pegawai di penginapan ini.
"Selamat malam, saya mau menyampaikan bahwa makan malam sudah siap." kata sang pegawai.
"Sayang. Kamu mau makan malam dulu atau mandi dulu?" tanya Azzam sambil masih berdiri di dekat pintu.
Zura berfikir sejenak, ia melihat pakaian dan penampilannya yang masih rapi. "Kita makan malam aja dulu Mas, barulah nanti kita mandi dan istirahat." jawab Zura.
"Baik, di tunggu sebentar, kami akan segera kesana." ucap Azzam pada sang pegawai.
"Kalau begitu saya permisi," pamit sang pegawai.
Azzam kembali untuk menuntun Zura menuju tempat mereka dinner. "Kamu nggak capek, Sayang? Kita belum lama sampai disini langsung dinner."
"Kan sekalian, Mas. Nanti kita tinggal bersih-bersih badan terus istirahat."
"Aku ngikut kamu aja," sahut Azzam.
Azzam dan Zura memutuskan untuk menikmati makan malam romantis di penginapan tempat mereka menginap. Lampu-lampu gantung berwarna hangat menerangi meja makan yang telah diatur dengan indah, penuh dengan lilin-lilin kecil yang berkelap-kelip, menciptakan suasana yang intim dan hangat.
Zura terlihat cantik walaupun tidak ada persiapan khusus, rambutnya dibiarkan terurai membingkai wajahnya yang lelah namun bahagia. Azzam pun masih mengenakan pakaian yang tadi, namun itu tidak sedikit mengurangi ketampanannya.
Mereka berdua duduk berhadapan, tangan mereka sesekali bersentuhan, memancarkan rasa cinta dan kedekatan yang mendalam.
Mereka berbicara tentang perjalanan yang mereka lalui hari ini, tertawa lepas atas kejadian demi kejadian yang mereka lalui selama di perjalanan. Mata mereka saling bertemu, penuh dengan kelembutan dan kasih sayang. Aroma makanan yang lezat mulai menguar dari dapur, menambah selera dan kegembiraan dalam makan malam mereka.
Saat hidangan utama tiba, Azzam memberi Zura suapan pertama, sebuah gestur kecil namun penuh arti yang membuat Zura tersenyum bahagia. Mereka terus makan, sesekali memberi komentar tentang lezatnya hidangan, dan bagaimana pengalaman ini menjadi penutup yang sempurna untuk hari yang panjang dan melelahkan.
Di penghujung makan malam, mereka berjalan-jalan di sekitar penginapan, menghirup udara segar malam sambil memandangi langit yang bertabur bintang. Jauh di sana, di bawah gemerlap cahaya bintang, mereka berpelukan, bersyukur atas kesempatan untuk menciptakan kenangan indah bersama di Karimunjawa ini.
Mereka berdua berjalan beriringan menyusuri pantai, merasakan pasir di antara jari kaki mereka, dan mendengarkan deburan ombak yang menenangkan. Zura menghirup udara segar, membiarkan angin laut mengusap rambutnya yang terurai. Azzam, dari sisi lain, tidak bisa berhenti memandang Zura, merasa bersyukur telah memilihnya sebagai pendamping hidup.
Malam itu, di bawah langit yang dihiasi bintang, mereka berjanji untuk selalu mencintai dan mendukung satu sama lain, tak peduli apa pun yang terjadi. Bulan madu di Karimunjawa bukan hanya awal baru bagi perjalanan mereka sebagai suami istri, tetapi juga peneguhan cinta yang akan terus mereka rawat.
To be continued.