NovelToon NovelToon
Mereka Yang Membelokkan Takdir

Mereka Yang Membelokkan Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Reinkarnasi / Sistem / Mengubah Takdir / Trauma masa lalu
Popularitas:342
Nilai: 5
Nama Author: Rizky

seorang anak yang bermimpi untuk menjadi penulis,namun anak itu terus berperang dengan pikirannya hingga dimana bencana waktu membuatnya hidup di tubuh seseorang namun dia hidup di cerita yang dia buat saat menjadi penulis dengan alur penuh kejutan dari takdir yang kosong.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

~ 11 Saat Langit Tak Lagi Bersinar

Negeri yang Kyio bangun berkembang pesat, namun sudah satu bulan berlalu tanpa kabar dari sana. Malam itu, ponselnya berdering keras. Saat membuka pesan yang menumpuk, Kyio terkejut.

“Tidak mungkin...” ponsel jatuh dari tangannya.

Pesan tersebut menyampaikan bahwa Lina hilang kontak, dan GPS-nya berhenti di satu titik yang tak berubah. Dengan kekhawatiran yang besar, Kyio segera mengambil hoverboard dan melesat menuju lokasi Lina.

Langit malam terasa hampa, bulan diselimuti kabut tebal, bintang-bintang hilang dalam gelap. Kyio melesat cepat, bagai harapan yang berlari secepat bintang jatuh.

Sesampainya di pintu labirin, tanpa ragu ia memasang bom, meledakkan pintu dan menerobos masuk. Ledakan itu memancing para monster di dalam labirin.

Dengan pedang di tangan, Kyio menyerang tanpa ampun. Tebasan demi tebasan, monster-monster runtuh tanpa perlawanan.

Setelah meledakkan beberapa pintu, ia mencapai lantai empat—ruangan hampa penuh darah.

“Lina, bertahanlah...” bisiknya, semakin cemas saat melihat kalung pemberiannya yang putus.

Tanpa henti, Kyio terus menuju lantai berikutnya. Lantai demi lantai, hingga ia mencapai lantai tujuh, di mana hatinya terasa hancur.

Di ruangan putih nan kosong itu, ia melihat Lina... dan Vuko. Mereka tersenyum, seolah tak ada beban di dunia ini.

“Maaf, aku tak bisa menepati janji kita,” ucap Lina pelan. “Aku titip harapan ini padamu, sampaikan maafku pada Klea.”

Kyio melewati mereka, matanya tertuju pada tubuh Lina yang kaku. Di tangannya, ia menggenggam (Blous), kristal penetral sihir yang telah dicari selama ini. Kyio menyentuh pipi Lina yang dingin dan menyadari—dia telah pergi.

Dunia terasa hancur seketika. Sebuah lubang besar terbuka di hatinya, kegagalannya menyelamatkan orang yang paling ia sayangi begitu menyakitkan.

Di genggaman Lina, terdapat pesan terakhir.

“Jika kau merindukanku, lihatlah ke atas. Aku bersinar terang melihatmu beraksi.”

Dengan air mata yang tertahan, Kyio mengangkat tubuh Lina dan membawanya pulang ke negeri asalnya, tempat Lina dimakamkan dengan layak.

Seluruh kota terdiam, diselimuti kesedihan mendalam saat Kyio menempatkan bunga terakhir di genggaman Lina.

“Selamat tinggal, pahlawan yang membawa harapan baru,” bisiknya lirih.

Empat hari berlalu, Kyio tidak kembali ke akademi. Para ilmuwan mulai meneliti Blous, yang kini berubah menjadi serbuk kecil namun tetap memiliki kekuatan menetralkan dan menyerap sihir.

Mereka berhasil menciptakan sarung tangan berbahan Blous yang berfungsi sebagai sumber energi tanpa batas. Teknologi itu diberikan kepada Kyio.

Dengan tatapan kosong, Kyio meminta izin untuk latihan melawan sepuluh golem robot. Hanya dalam lima detik, golem-golem itu hancur, pedang yang tersentuh sarung tangan Blous berubah menjadi pedang laser yang bisa membelah apa saja.

“Kali ini aku tidak akan mengampuni siapapun. Aku akan menulis ulang cerita ini dengan menghapus semua kesalahan masa lalu,” ucapnya dingin.

Setengah dari Blous digunakan untuk memperkuat wilayah hingga setara dengan kota sihir. Kyio bersiap kembali ke akademi ketika seorang peneliti menghampirinya.

“Berapa lama lagi kau akan melakukan ekspedisi ini?”

Kyio terdiam sejenak sebelum memberikan instruksi tegas. “Jika musuh sudah terlacak, buat kabut penyerap sihir agar mereka tidak bisa menembus area kita, perjalanan ini sangat panjang setidaknya kalian harus menjaga negri yang sudah membaik ” Kyio pun pergi untuk segera kembali ke akademi.

Sesampainya di akademi, Kyio mendapati Klea yang sangat marah karena kehilangannya selama beberapa hari. Klea berlari menghampirinya dengan wajah penuh pertanyaan.

“Apa yang terjadi...?”

“Langit tak pernah mengasihani kita. Kali ini, biarkan kita yang bertindak,” jawab Kyio singkat, dan ia memilih masuk ke kamarnya tanpa melanjutkan pembicaraan.

Klea, yang kesal, hanya melemparkan surat peringatan ke arahnya. Isinya tentang pertarungan di arena untuk mempertahankan status siswa bagi mereka yang melanggar peraturan akademi.

Malam itu terasa lebih dingin dan sepi dari biasanya. Kyio duduk di sudut kamarnya, memandangi langit yang kelabu dari balik jendela. Tak ada bintang malam ini, hanya kegelapan yang menyelimuti seluruh kota.

Di dalam hatinya, Kyio merasa kosong. Kepergian Lina meninggalkan luka yang tak pernah ter bayangkan. Ia bukan hanya kehilangan teman seperjuangan, tetapi seseorang yang sudah dianggapnya seperti keluarga.

Sejak ia kembali hidup di tubuh seseorang ingatan Kyio terus menusuk di kepala hingga Sejak kecil, ia melihat Lina selalu ada untuk Kyio. Mereka bukan saudara kandung, tapi ikatan mereka jauh lebih kuat dari itu.

Dalam hidupnya yang penuh kesulitan, Lina selalu menjadi tempat Kyio bersandar. Dia yang mendengar keluh kesah Kyio, yang menghiburnya di saat-saat tersulit, dan yang selalu meyakinkan bahwa segalanya akan baik-baik saja. Sekarang, tanpa Lina, Kyio merasa dunianya runtuh. Dia seperti kehilangan arah.

Kyio menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya, namun rasa sakit itu terus menghantui.

“Bagaimana aku bisa melanjutkan hidup tanpanya ?”Pikirnya, tenggelam dalam kesedihan. Dulu, ketika Kyio merasa terpuruk, Lina selalu ada untuk mengulurkan tangan dan menenangkan hatinya. Kini, tak ada lagi tangan yang bisa ia genggam.

Bayangan Lina terlintas dalam pikirannya. Bagaimana dia selalu tersenyum meskipun situasi sulit. Bagaimana dia selalu menguatkan Kyio, mengatakan bahwa mereka akan menghadapi segalanya bersama-sama.

Kyio memejamkan mata, berusaha mengingat suara lembut Lina yang penuh kehangatan.

Mereka tak pernah benar-benar mengatakan bahwa mereka adalah keluarga, tetapi dalam hati, Kyio tahu bahwa Lina adalah sosok yang paling dekat dengannya.

Tatapannya tertuju pada kotak kecil berisi Blous, yang kini menjadi warisan dari Lina. Bukan hanya benda mati, tapi simbol dari perjuangan mereka bersama.

“Lina selalu percaya padaku... bahkan sampai akhir.” Pikiran itu semakin menghancurkan Kyio. Ia merasa telah mengecewakan seseorang yang paling berharga dalam hidupnya.

Ia mengambil kotak itu, membukanya, dan memandangi serpihan kecil kristal yang bersinar redup di dalamnya. Kristal ini yang dipegang Lina hingga akhir, seolah-olah dia tahu bahwa ini adalah kunci untuk masa depan yang lebih baik.

“ Tapi masa depan apa? Tanpa Lina, semua terasa sia-sia.” Namun, di sisi lain, Kyio juga tahu bahwa ini adalah harapan terakhir Lina—sebuah harapan untuk masa depan yang lebih baik, yang harus ia lanjutkan, meskipun tanpa kehadiran Lina di sisinya.

“Lina adalah keluargaku… dan aku tak boleh mengecewakan harapan yang dia titipkan.” Meskipun sulit, Kyio bertekad untuk memenuhi janjinya.

Dia tahu bahwa Lina selalu melihatnya sebagai sosok yang kuat, sosok yang mampu melindungi dan membawa perubahan. Dan sekarang, lebih dari sebelumnya, Kyio merasa harus melangkah ke depan—bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Lina.

Namun, seberapa kuat pun tekad itu, rasa kehilangan tetap menghantui Kyio. Ia memejamkan mata, teringat akan momen-momen kebersamaan mereka.

“Jika saja aku bisa mengulangi waktu... Jika saja aku bisa melindunginya seperti dia melindungiku selama ini.” Perasaan bersalah itu terus menghantamnya, membuat setiap langkah terasa berat.

Ia tahu, Lina tak ingin dia hidup dalam penyesalan. Namun, tanpa sosok yang selama ini menjadi tempat bersandar, Kyio merasa dunia begitu berbeda. “ Apa yang akan kulakukan tanpa mu, Lina?” Gumamnya dalam hati.

Di tengah keheningan itu, Kyio teringat pesan terakhir Lina, “Jika kamu kehilangan arah, lihatlah ke atas. Aku selalu ada di sana, bersinar terang.” Malam ini, meskipun bintang-bintang tertutup awan, Kyio percaya bahwa Lina masih ada di sana, mengawasinya dari kejauhan. Dan itu memberikan sedikit kehangatan dalam dinginnya malam yang tak berujung ini.

“Jika hari-harimu terasa berat, genggam tanganmu ke arah matahari. Biarkan cahaya yang menghangatkan tanganmu menjadi pengingat bahwa selalu ada harapan di setiap terangnya hari.”

Akhir volume 1 yang harus mengorbankan banyak hal untuk jalan karakter utama .

...Perjalanan menuju volume 2...

...----------------...

1
AteneaRU.
Menarik dari setiap sudut
RIZKYs: 😉 sungguh ini akan semakin menarik
total 1 replies
Ryoma Echizen
Terima kasih thor, cerita ini membuatku semakin mencintai dunia literasi. ❤️
RIZKYs: sungguh hal yang hebat kamu menyempatkan waktu untuk membaca cerita ini , jgn lupa besok update episode terbaru tentang kelanjutan " pesan terakhirku untuk takdir"/Smirk/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!