Saat istri tidak ingin memiliki bayi, saat itulah kekecewaan suami datang, ditambah lagi istrinya selingkuh dengan sahabatnya sendiri, sampai akhirnya mereka bercerai, dan pria itu menjadi sosok yang dingin dan tidak mau lagi menyapa orang didekatnya.
Reyner itulah namanya, namun semenjak bertemu dengan perempuan bernama Syava hidupnya lebih berwarna, namun Reyner todak mau mengakui hal itu.
Apa yang terjadi selanjutnya pada mereka?
saksikan kisahnya ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aghie Yasnaullina Musthofia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11 Mau Di Bawa Kemana Saya Pak?
Jai melihat Leni sendirian sedang menunggu Syava.
*Jai dan Leni*
"Hai, kau sahabatnya Syava kan, Kau sendirian? ", Jai yang juga akan kembali pulang pun tak tega melihat sahabat Syava sendiri.
"Eh pak Jai, iya pak saya nungguin Syava, dari tadi siang dia tidak kembali keruang kerjanya, saya jadi khawatir hpnya juga ditinggal", tukas Leni sembari memperlihatkan tas milik Syava.
Jai yang tau perginya Syava pun berkata.
"Syava sedang menemani ibunya pak Rey dirumah sakit tadi pingsan saat mau pulang dari kantor ", jelas Jai.
"Apa? Padahal tadi siang waktu ketemu ibunya pak Rey baik-baik saja", matanya menunjukkan kekhawatiran.
"Iya memang ibunya pak Rey kalau sedang banyak pikiran langsung drop", jelas Jai kembali.
Leni hanya mengangguk paham.
"Tapi apa Syava pulangnya lama ya pak? Karena sepertinya kunci motor Syava tidak ada dalam tasnya".
"Apa kalian selalu pulang bersama?"
"Iya pak, sebenarnya saya selalu nebeng motor Syava, tapi kalau Syava nggak datang sampai jam enam sore lebih baik saya pesen ojol aja pak, karena saya takut ibu saya khawatir karena dia sendirian dirumah"
Jai yang tau sedikit kisah Leni menatapnya iba, ia merasa kasihan jika melihat orang tua sakit.
"Kalau begitu bereng sama saya saja, kebetulan saya juga tidak nganterin pak Rey"
"Ah tidak pak saya naik ojol aja, saya tidak mau merepotkan bapak", jelas Leni cepat.
"Jam segini ojol akan membatalkan orderan, karena jam segini pasti macet orang pulang kerja".
Leni memang tahu akan hal itu, namu dia tidak ingin merepotkan orang lain.
"Emm...
Leni masih berfikir.
"Sesama karyawan kita harus saling membantu, tidak usah sungkan, saya itu sama seperti kamu hanya karyawan pak Rey", imbuh Jai agar Leni tidak banyak berfikir.
Tanpa berdebat lagi Leni pun akhirnya menerima tumpangan Jai.
Leni duduk didepan disamping kursi kemudi, karena paksaan Jai, karena tidak akan apa-apa, hanya sebatas rekan kerja.
...
Diperjalanan pulang Leni dan Jai masih diam.
"Apa ibunya pak Rey sakit parah pak? ", Leni memberanikan diri membuka obrolan.
"Sebenarnya tidak parah, hanya terlalu banyak pikiran, karena pak Rey tidak segera menikah "
"Berarti benar apa yang di bilang Syava kalau pak Rey sudah menikah dan sekarang statusnya duda ya pak?", tanya Leni.
Jai hanya mengangguk dan tersenyum sambil mengemudi.
"Lalu apa pak Rey akan segera menikah karena ibunya sakit? "
"Ya aku berharap seperti itu, dan sekarang aku sedang menjalankan misi untuk mendekatkan pak Rey dengan sahabatmu".
"Apa? Syava?, bapak mau mendekatkan pak Rey dengan Syava"
"Iya, kau bantu aku juga ya? "
Sekarang Jai mencoba mengakrabkan diri pada Leni agar bisa mengajak Leni ikut menjalankan misinya.
"Tapi pak, bagaimana cara saya membantu bapak? Nanti kalau Syava curiga gimana? ".
"Ya kamu tinggal komporin aja pak Rey pada Syava, buat Syava merasa kasihan dengan ibunya pak Rey, dan buat Syava merasa bersalah karena sudah membuat ibunya pak Rey pingsan".
"Memang itu ada hubungannya dengan Syava? ".
"Iya, ada, ibunya pak Rey pingsan karena Syava menolak permintaan Nyonya Arini untuk menjadi menantunya".
"Apa? ", Leni terkejut lagi seketika memandang Jai intens.
Jai yang di tatap pun salah tingkah, namun segera mengalihkan pandangan dari gadis mungil itu.
"Makanya aku ingin mereka dekat dan membuat Nyonya Arini tidak sakit lagi".
"Oh my god,,, Syava memang selalu hoki, walaupun pak Rey duda tapi dia ganteng dan mapan", ujar Leni dengan membayangkan Syava yang bersanding dengan Reyner.
Jai menghentikan mobilnya karena sudah sampai rumah Leni, tapi ada kelakuan aneh Jai pada Leni, ia mendekat pada gadis itu yang asyik melamunkan sahabatnya.
" lalu apa menurutmu aku juga ganteng seperti pak Rey? "
Seketika Leni gugup karena jarak mereka sangat dekat, jantung Leni seperti ingin melompat dari tempatnya, tatapan mereka bertemu membuat mereka menikmati adegan itu.
(Udah dulu nanti lanjut lagi adegan Jaeleni nya )
***
Pagi di perusahaan RN grup semua sudah asyik dengan pekerjaan masing-masing, begitu dengan Syava dan Leni, mereka sesekali mengobrol jika mereka sudah menyelesaikan beberapa tugasnya, sesekali meregangkan ototnya dan merefresh otak, jika dirasa sudah selesai mereka aka kembali lagi menyelesaikan tugasnya lagi.
"Sya, gue denger-denger ibunya pak Rey sakit karena pak Rey nggak nikah-nikah ya? ", tanya Leni, sukses membuat Syava memandang ke arah sahabatnya itu.
"Denger dari mana? ", Syava sedikit penasaran.
"Ya lo tahu sendiri kan disini itu banyak mata-mata yang informasi kaya gitu itu gampang banget kedenger".
"Yah, gue juga tahu itu", Leni berhasil membuat Syava mengatakan apa yang ingin diketahui Leni.
"Kemarin gue juga denger kalau ibunya pak Rey pingsan ya? gara-gara apa sih emangnya Sya? Kok lo juga ikut nemenin jaga ibunya pak Rey dirumah sakit?".
Hati Syava tiba-tiba berdetak, ia tahu jika ibunya pak Rey pasti memikirkan perkataannya yang tidak mau menikahi anaknya.
Syava menghela nafasnya, ia sebenarnya berat ingin cerita pada Leni namun ia tahu bahwa Leni adalah temam baiknya dan tidak akan membocorkan rahasia anatara dia dan RReyner
"Sebenarnya ibunya pak Rey kekantor waktu itu, gue juga ada disana nemenin pak Rey makan siang, tapi tiba-tiba suasana itu berubah saat ibunya pak Rey memintaku menjadi menantunya", jelas Syava, Leni membulatkan kedua matanya.
'Jadi benar yang dikatakan pak Jai waktu itu', batin Leni.
Leni menahan mulutnya untuk tidak keceplosan berteriak seperti kemarin-kemarin, karena sekarang semua maaih fokus dengan pekerjaan masing-masing.
"Terus? "
"Ya gue nolak lah Len,, masa iya gue terima? "
"Emang kenapa kan pak Rey itu tajir melintir Sya"
"Dia tidak sepantasnya bersanding dengan gue yang rendahan ini Len,, kalau gue terima terus mereka mikir macem-macem, gue gila harta lah cari kesempatan lah, gue nggak mau ah, nanti gue ditindas kaya dinovel-novel itu lagi", jelas Syava ya g sedikit memanyunkan bibirnya.
" pfht,,, ", Leni sedikit menahan tawanya, karena takut mengganggu yang lain.
"Lo itu kebanyakan baca novel gituan sih,, makanya tersugesti".
"Ya gue takut aja", jawan Syava singkat.
Leni masih berfikir bagaimana agar Syava mau menerima Rey.
"Tapi Sya lo mikir ngga? Gimana kalu ibunya pak Rey udah terlanjur sayang sama lo? Terus dia mikirin lo terus yang nggak mau nikahi anaknya, trus ibunya pak Rey tiba-tiba,,, "
Syava mengerti arah pembicaraan Leni.
"Sst,,, apaan sih Len,, gue udah anggap ibunya pak Rey itu kayak ibu gue sendiri, karena gue nggak punya orang tua semua yang sayang sama gue pasti udah gue anggap seperti keluarga sendiri"
"Kalau lo takut terjadi apa-apa sama ibunya pak Rey cobalah kau menerima permintaan dia Sya, itung-itung lo balas budi sama dia, karena adik-adik lo di panti sekarang sudah hidup makmur karena donasi dari ibunya pak Rey".
Ya sejak kapan Arini memberi donasi pada panti asuhan tempat tinggal Syava? Sejak pertama mereka bertemu saat mengembalikan dompet Reyner.
Saat Arini tahu jika Syava tinggal dipanti asuhan, hati Arini seketika tergerak ingin menjadi donatur di panti asuhan tempat tinggal Syava.
Syava masih berfikir keras, saat otaknya mulai berputar, tiba-tiba,,
"Syavira Harsya, boleh saya meminta waktu anda sebentar? ", suara itu mengalihkan pandangan semua karyawan yang sedang asyik menatap laptopnya.
Syava segera berdiri dan sedikit menundukkan kepalanya.
"Baik pak Jai, tapi saya harus izin dulu dengan kepala pimpinan".
"Tidak perlu, saya sudah memintakan izin padanya".
Syava tidak terkejut, karena ia tahu jika Jai sama-sama punya kuasa seperti bosnya.
Syava mengikuti Jai kemana dia membawanya pergi, namun Syava terheran pasalnya dia mengira akan membawanya menemui bosnya, tapi dia diajak keparkiran.
"Kita mau apa pak disini? ", tanya Syava sedikit takut, karena suasana sepi di parkiran membuat Syava berpikir jelek pada Jai, Jai tersenyum dengan ketakutan Syava.
"Tunggu saja! "
"Pak Jai tidak akan ngapa-ngapain saya kan? ", Syava menutup tubuhnya gugup.
"Bukan saya yang akan ngapa-ngapain nona, tapi dia", tangan Jai menunjuk pada mobil yang baru lewat didepannya.
Seketika Syava menoleh dan terkejut melihat Reyner sudah duduk di kursi kemudi mobilnya.
"Silahkan nona! ", Jai membuak pintu mobil Rey, Jai memberi perintah pada Syava untuk duduk didepan samping Rey.
Syava masih memandang keduanya.
"Mau dibawa kemana saya pak? ".
Syava kelagapan.
"Nanti anda juga akan tahu nona, segeralah masuk, karena ini sangat darurat".
Syava pun panik ia takut terjadi apa-apa dengan keluarganya, ia mengira bahwa ada sesuatu dengan ibunya di panti asuhan.
"Ba-Baik pak".
Syava pun masuk mobil dan kemudian Jai menutup mobil Rey dengan sopan.
***