Gema Tangkas Merapi, siswa tampan dan humoris di SMA Gajah Mada, dikenal dengan rayuan mautnya yang membuat banyak hati terpesona. Namun, hatinya hanya terpaut pada Raisa Navasya, kakak kelas yang menawan. Meski Gema dikenal dengan tingkah konyolnya, ia serius dalam mengejar hati Raisa.
Setahun penuh, Gema berjuang dengan segala cara untuk merebut hati Raisa. Namun, impiannya hancur ketika ia menemukan Raisa berpacaran dengan Adam, ketua geng sekolahnya. Dalam kegalauan, Gema disemangati oleh sahabat-sahabatnya untuk tetap berjuang.
Seiring waktu, usaha Gema mulai membuahkan hasil. Raisa perlahan mulai melunak, dan hubungan mereka akhirnya berkembang. Namun, kebahagiaan Gema tidak berlangsung lama. Raisa terpaksa menghadapi konsekuensi dari pengkhianatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keisar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
cemburu
Gema, seorang pemuda dengan rambut hitam acak-acakan dan kacamata oval yang sedikit melorot di hidungnya, tengah berbaring santai di atas ranjangnya. Selimut abu-abu membungkus tubuhnya, menambah kenyamanan di kamar yang remang-remang, hanya diterangi oleh lampu tidur di sudut kanan atas.
Ia tenggelam dalam komik favoritnya, Donald Bebek. Kertasnya sudah mulai menguning, tanda waktu yang lama. Suara halaman yang dibaliknya begitu tenang, seolah menjadi melodi malam yang damai.
Ting! Ting!
Ponselnya berdenting, tergeletak di atas nakas kayu di samping ranjang. Gema mendengus pelan, rasa penasaran merayapi dirinya. “Apa lagi nih?” gumamnya sembari meraih ponselnya.
“Awas aja kalau ini operator, gua ukir bijinya!” keluhnya dengan nada bercanda, tetapi ekspresi serius tampak di wajahnya. Di layar ponsel, notifikasi mention dari teman-temannya di Instagram memenuhi layar.
“Napa pada tag gua?” tanya Gema dalam hati, segera membuka aplikasi Instagram dan mengklik salah satu mention.
Sebuah foto dari Raisa muncul di layar:
Rara
Jakarta, Indonesia
Caption: makasih boneka lucunya 🫶 @Adam5154
30 minute ago
Adam5154: Sama-sama cantik 😉
Annadra: Lucu banget
jleb
“Oh, jadi ini kado yang dikasih Raka yang dibilang anak-anak,” Gema membuka kolom komentar.
Adam5154: Gimana, suka nggak?
Rara: suka banget! ❤️
Git4s: kayaknya bakal ada yang cemburu 😏 ianan: berisik aje sjw Twitter
Indah N.C: Waduh, @GemaBukanShow, @TaraBukanArts
TaraBukanArts: Mau juga gak? @Annadra
Annadra: @TaraBukanArts Waduh, gak usah
Dvsti: @GemaBukanShow menangis melihat ini
ianan: @Dvsti bener banget, wkwkw
Gema mengetik komen memberi tanggapan
GemaBukanShow: napa pada mention gua sih? Padahal gua biasa aja 😎😎
Dvsti: Gak yakin gua
ianan: coba lepas kacamatanya
GemaBukanShow: 🥹🕶️🤏
TaraBukanArts: @GemaBukanShow bisa aja ni yatim kikir
GemaBukanShow: Babi !
GemaBukanShow: Kuda kuda apa yang bikin sedih
ianan: @GemaBukanShow apa tuch?
Dvsti: @GemaBukanShow gua tebak pasti endingnya sad
GemaBukanShow: kulihat dirinya bermesraan dengan orang lain 🥹🥹
TaraBukanArts: @GemaBukanShow malu Gem! Pulang! Pulang
Git4s: kasian deh
Gema menutup aplikasi itu dengan kasar, rasa panas membara di dadanya. Meski komentar-komentar yang ia ketik terkesan bercanda, ia tak bisa menyembunyikan kecemburuannya. Ia sadar, dirinya bukan siapa-siapa. Hanya seorang bayang-bayang yang tak diinginkan dalam hubungan Raisa dan Adam.
Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan, menaruh komik di samping, lalu mematikan lampu tidur. Matanya terpejam, mencoba lari dari kenyataan yang menyakitkan.
......................
Gema mengucek matanya yang masih berat, tidurnya terganggu oleh suara bising alarm ponselnya.
“Bangsat, gua jadi males ke sekolah,” gumamnya.
Jam di ponselnya menunjukkan pukul 5.40. “Baru setengah enam lewat sepuluh! Ah bodo lah. Ntar gua juga tidur di perpus,” katanya sambil turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi.
Sepuluh menit kemudian, Gema sudah keluar dari kamar mandi dengan rambut basah yang masih acak-acakan. Baju seragamnya dikenakan dengan asal, tidak dimasukkan ke dalam celana.
Gema menuruni tangga dengan langkah malas, menenteng tas di pundaknya. Di ruang makan, ia tidak menemukan sosok maminya. Sudah biasa Gema ditinggal sendirian oleh mami dan paman-nya.
Ia berjalan menuju meja makan, ada selembar kertas di samping roti tawar dan segelas susu.
...Dimakan yang sayang, maaf mami gak masak sarapan, om Dean ada urusan yang harus mami urus. Jangan lupa diabisin! Love you...
...Mami Anita...
Gema tersenyum kecil setelah membaca surat itu, ia menatap roti dan susu itu. Dengan malas ia memakan roti yang ditumpuk dua itu. Setelah habis, Gema lanjut meminum susu hangat sebelum dingin.
Gema berjalan menuju garasi dan mengeluarkan mobilnya. Di dalam mobil, Gema kembali menghela napas lelah. Gema mengecek ponselnya, namun tidak ada notifikasi apapun yang menarik perhatiannya.
Pikiran Gema kembali mengingat kejadian kemarin, dimana Raisa memposting hadiah dari Adam. Terlihat jelas kalau Adam sangat mencintai Raisa.
Karena ia pernah menanyai Andra, dan pacar sahabatnya itu menjawab kalau barang kesukaan Raisa adalah boneka Teddy bear.
“Bangsat gua keduluan!” Gema memukul keras setir mobilnya, matanya memanas.
......................
Gema mematikan mesin mobilnya ketika sampai di parkiran sekolahnya. Ia turun dari mobilnya, lalu Gema berjalan dengan pelan menuju koridor sekolah.
“Gem!”
Suara bass yang tak asing lagi memanggilnya. Gema menoleh, melihat Kiandra Darmansyah berjalan mendekatinya dengan senyum ceria.
“Pagi-pagi gini muka udah ditekuk aja, napa, Gem?” tanya Kian sambil menyamai langkahnya.
Gema hanya menghela napas panjang tanpa menjawab.
“Kenapa sih lu? Lagi break heart?” Kian mencoba menggoda.
“Hah? Break heart apaan?” balas Gema bingung.
“Patah hati,” jawab Kian santai. Gema menggeleng, mencoba membantah.
“Oh! Gua tau, lu pasti masih galau karena Kak Raisa ngepost hadiah dari Bang Adam kan?” tebak Kian dengan nada menggoda.
Kali ini, Gema berhenti dan menunduk, diam seribu bahasa.
“Diem berarti bener!” seru Kian.
Ia mendekati Gema, memegang leher sahabatnya itu, memaksanya untuk menatap.
Di mata Gema, Kian melihat setitik air mata yang meluncur turun di pipinya.
“Ya ampun, maafin gua ya, Gem,” Kian memeluknya erat. “Jangan nangis gitu dong, Gem.”
Gema mendengus, mencoba menepis kesedihan yang mendalam. “Siapa yang nangis,” ucapnya serak. “Udah lepas, anjing, ntar kita dikira homo.”
Dan lagi-lagi Gema tidak menjawab, ia berhenti dan menunduk.
“Diem berarti bener!” ucap Kian, Gema tak merespon.
Kian beralih kedepan Gema, ia memegang leher dan memaksa Gema untuk menatapnya.
Kian melihat dengan jelas bahwa sebuah air mata membasahi pipi Gema.
“Ya ampun, maafin gua ya Gem,” Kian memeluk Gema. “Jangan nangis gitu dong Gem,”
Gema mendelik tajam. “Apa sih, siapa yang nangis,” ucapnya dengan suara serak.
“Udah lepas anjing, ntar kita dikira homo bangsat,” kesal Gema.
“Bener juga,” Kian melepaskan pelukannya dengan tawa kecil.
Saat mereka berjalan kembali, suara knalpot motor sport menggema, menarik perhatian semua siswa. Bisik-bisik mulai terdengar, semua mata tertuju pada pengendara motor dengan helm full face menutupi wajahnya yang baru datang, membonceng seorang gadis.
Gema dan Kian menoleh, melihat Raisa Navasya turun dari motor. Gadis berseragam batik dengan rok putih itu membuka helmnya dan menyerahkannya pada sang pengendara, Adam.
Si pengendara motor menerima helm itu dan menggantungkan di setang motornya, ia juga melepas helm full face nya. Memperlihatkan wajah tampannya khas orang Eropa, ialah Adam.
Adam merapikan rambutnya yang berantakan diatas motornya, lalu ia menaruh helmnya di setang yang kosong motornya. Adam menyampirkan tasnya sebelah pundaknya.
“Aku anter sampe kelas ya,” ucap Adam dengan lembut. Raisa hanya mengangguk kecil.
“Jadi ini alesan lu buat nolak berangkat sama pulang bareng,” batin Gema, api cemburu membara di hatinya.
Adam terkekeh lalu sorot matanya menangkap sosok Gema yang berdiri didepan koridor tengah menatap cemburu kearahnya. Senyuman miring tercetak diwajah tampan Adam. Ia dengan sengaja menggenggam erat tangan Raisa.
Raisa, ia kaget dan menerima genggaman tangan Adam.
Gema yang melihat Raisa bergandengan tangan dengan Adam, dadanya terasa sesak. Ingin ia pukul wajah sombong Adam, namun Gema tidak bisa, ia bukan siapa-siapa nya Raisa.
Adam dan Raisa berjalan melewati Gema, Adam sempat menatap tajam ke Gema. “Gak usah sok-sokan jadi orang ketiga lu bocah,”
Merasakan aura cemburu dari sahabatnya, Kian langsung menoleh ke Gema. Ia menepuk pelan pundak kiri.
“Gem, Chu Pat Kay pernah berkata di series kerak sakti, 'Ya beginilah cinta, deritanya tiada akhir' dan kayaknya perkataan itu bener, ya?” ucap Kian mengutip perkataan Chu Pat Kay di seri perjalanan ke barat yang baru saja ia tamatkan semalam.
Gema mendelik malas ke arah Kian, tapi tetap berjalan dengan hati dongkol. Kian tersenyum canggung, “Gem! Apa salahnya gua ngutip perkataan sodaranya Dava, Gem!”
Ia berlari mengejar Gema yang sudah jauh di depan.
bagus kok nevelmu
aku suka