NovelToon NovelToon
Suami Lumpuh Ternyata Sultan

Suami Lumpuh Ternyata Sultan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Percintaan Konglomerat / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Terpaksa Menikahi Suami Cacat / Pelakor jahat
Popularitas:344k
Nilai: 4.5
Nama Author: Ristha Aristha

Mentari dijodohkan oleh ayahnya dengan pria lumpuh. ia terpaksa menerimanya karena ekonomi keluarga dan bakti dia kepada orangtuanya.
apa yang terjadi setelah mentari menikah?
apa akan tumbuh benih-benih cinta di antara keduanya?
apakah mentari bahagia? atau malah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ristha Aristha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penasaran Dengan Pemilik Rumah Mewah

"Begini Yah, Bu. Tadi Mas Dirga sempat menyinggung soal kunci rumah tadi, dia bilang rumah itu bisa di tempati oleh kita sekeluarga. kalau Ayah mau, besok kita sudah bisa pindah ke sana" ujar Mentari ragu-ragu.

Sebenarnya Mentari belum bisa mempercayai bahwa mahar yang di berikan Dirga sebanyak ini, karena dirinya hanya seorang penjaga minimarket dan dari keluarga yang sederhana. Dirga mengatakan pada Mentari bahwa ia tinggal bersamanya nanti. Namun, rumah yang ia berikan sebagai mahar, Mentari bebas menempatinya dan jika kedua orangtuanya ikut tinggal juga tidak masalah.

Mentari Awalnya menolak, namun Dirga mengatakan jika rumah itu sudah menjadi milik mentari dan dia berhak dan bebas mempergunakan rumah, mobil, perhiasan, serta uang mahar yang Dirga berikan.

"Gimana, yah, Bu?" tanya Mentari lagi.

"Nak, ini mimpi bukan sih?" tanya Laras ragu. "Ibu tidak pernah berpikir kalau kita akan mendapatkan banyak sekali kemudahan seperti ini", lanjutnya lagi.

"Gak lah, mana mungkin mimpi, Bu". Mentari tertawa.

"Memang rumah kamu dimana toh, Nduk? Ayah harus tetap bekerja, kalau rumahnya jauh, ya... Sulit". Bagas menjawab cepat.

"Nah, rumahnya itu..."

"kenapa?" tanya Bagas dan Laras berbarengan.

"Ayah tahu rumah yang ada di samping rumahnya Bulek Narti? Rumah orang kaya yang tidak ada yang tahu siapa pemiliknya itu, loh", Mentari menjelaskan.

"Iya, itu rumah besar banget, Nduk. Mulai dari pembangunan hingga selesai dan sudah diisi perabot pun, kita sebagai warga sini pun tidak tahu siapa pemiliknya ", Bagas menyahutinya.

"Nduk, jangan-jangan...?" nyaris suara Laras hilang.

"Iya, Bu. Itu rumah milikku". Sahut Mentari yang hampir menangis.

...****************...

...Rumah Narti...

Gendis baru pulang dari kerja, ia memberhentikan sepeda motornya di halaman rumah. Dia memperhatikan rumah mewah yang ada di samping rumah orangtuanya, tampak banyak pekerja disana. Gerbangnya terbuka dan banyak mobil keluar masuk membawa perabotan rumah yang mahal.

Gendis masih tinggal bersama orangtuanya, terkadang ia juga menginap di rumah mertuanya sesekali. Karena Reza belum membelikan ia rumah.

Sebenarnya ibu mertuanya pernah menjanjikan untuk membuatkan mereka rumah, namun hingga saat ini belum terealisasi. Bahkan mertuanya belum membahasnya lagi tentang pembelian rumah baru.

"Ibu, sini!" Gendis memanggil ibunya yang baru keluar dari rumah .

Tampak Narti sedang membenarkan rambutnya, buru-buru ia mendekati putrinya.

"Ada apa?" tanya Narti penasaran.

"Ibu lihat deh, rumah sebelah yang mewah itu, banyak orang yang bekerja dan mobil keluar masuk mengangkut barang-barang mewah. Nampaknya rumah itu akan ada yang menempati", Gendis memberitahu ibunya.

"Iya ibu, tadi juga sudah tahu saat keluar mau beli gula di warung. Sempat melihat rumahnya, karena Gerbangnya sedang dibuka jadi ibu tahu rumahnya itu bagus dan mewah. Tapi nampak sedang di bersihkan, mungkin rumahnya akan segera di tempati" kata Narti menanggapi.

"Aku jadi penasaran, siapa yang akan menempati rumah mewah ini? Selama inikan tidak ada orang yang tahu siapa pemilik rumah ini?" tanya Gendis penasaran.

Mereka penasaran dan juga sangat ingin berkenalan dengan pemilik rumah itu, yang pastinya orang kaya pemiliknya.

"Ibu juga penasaran, pasti penghuni barunya datang kemari dan berkenalan dengan kita", ujar Narti.

"Betul, Bu. Ayo coba kita lihat kesana yuk, siapa tahu kita bisa tahu pemiliknya siapa?" Gendis justru mengajak ibunya untuk melihat-lihat rumah itu. Dan mungkin mereka bisa bertanya pada salah satu pekerja yang ada disini untuk mengetahui siapa pemilik rumah itu.

Keduanya berjalan menuju rumah mewah itu. Kedua mata mereka berbinar saat melihat barang-barang mewah yang akan mengisi rumah tersebut.

"Jika, nanti aku sudah di belikan rumah oleh mertuaku. Maka, aku akan mengisi dengan perabotan dan elektronik mahal seperti itu!" ucap Gendis berangan-angan.

Dia sangat ngiler dengan forniture yang mewah dan serta elektronik yang mahal.

Terlihat TV sekitar 80 inch Yang kisrtan harganya 20 jutaan itu tengah diturunkan dari mobil pickup.

"Itu, TV nya besar banget! Ibu jadi kepengen, kira-kira berapa ya harganya?" kata Narti matanya tak lepas memandangi TV besar itu.

"Kalau ibu penasaran, bagaimana kalau kita tanya saja langsung sama mereka?" Ajak Gendis.

Narti mengangguk, dan mereka gegas berjalan menghampiri salah satu pekerja disana.

"Ini TV nya pasti mahal, harganya berapa, Mas?" tanya Narti pada salah satu pekerja disana yang ikut membantu menurunkan TV dari pickup.

"Mahal ini, Bu!" jawabnya.

"Emang berapa harganya? Dan harganya semahal apa?" cecar Narti.

"Tinggal jawab, susah banget sih!" Gendis menimpalinya.

" Sekitar 20 jutaan lah!" jawabnya.

" Mahal bangat, tapi Ibu kepengen punya Tv seperti ini juga" Narti ngiler melihat TV mahal itu. Dia juga pengen memiliki barang sama.

"Ngomong-ngomong disini banyak pekerja serta rumahnya di bersihkan. Apakah rumah ini akan segera ditempati?" Gendis bertanya pada pekerja yang lain.

"Iya Mbak, rumah ini akan segera ada yang menempati!" ucap pekerja yang mengenakan kaos biru.

" Siapa pemiliknya? Sepertinya pemiliknya belum pernah kemari. Kita sebagai tetangga saja tidak tahu siapa pemilik rumah ini". Gendis kembali bertanya.

"Orang kota Mbak, orangnya kaya sekali. Ini rumah adalah hadiah pernikahan untuk putranya". Ujar pekerja itu dan segera kembali masuk kerumah besar itu, karena masih banyak pekerjaan.

Tampak rumah itu akan segera di cat ulang.

"Hadiah pernikahan? Aku jadi iri deh, pasti mereka orang sangat kaya, Bu. Aku yang menikah dengan mas Reza saja tidak pernah mendapatkan hadiah semewah ini! Ujar Gendis sambil melipat kedua tangannya.

"Jangan di bandingkan dengan suamimu, kalah jauh! Beda level, Dis. Ini itu bukan orang kaya biasa, melainkan konglomerat atau sultan tau!" Narti cerocos terus.

Gendis merasa kesal saat ibunya bilang beda level. Bagaimana pun ia menjadi tersinggung.

Di tengah mereka sedang membahas kekayaan. Ada mobil mewah masuk halaman rumah mewah itu.

Keluarlah seorang pria muda tampan dari dalam mobil. Pria itu sekitar usia 20 tahun keatas.

Gendis terpesona dengan ketampanan pria itu. Narti gegas mendekati pria yang baru sja keluar dari mobil mewah itu.

"Kamu pasti pemilik rumah ini kan?" tanya Narti tanpa basa-basi.

"Benarkah pria ini adalah pemilik asli rumah ini? Dia sangat muda sekali!" Batin Narti.

"Maksudnya gimana?" pemuda itu tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Narti.

"Saya ini bertanya, apak kamu pemilik rumah ini? dan pengantin baru yang mendapatkan hadiah dari orangtuamu?" cecar Narti.

Pria itu malah menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Maaf Bu, ini bukan rumah saya. Saya datang kemari hanya mengantarkan mobil majikan!" ujar pria itu dan melirik ke arah mobil di sampingnya.

"Kenapa mobil ini mirip seperti seserahan yang di berikan untuk Mentari, Bu?" bisik Gendis pada ibunya.

Dia melihat plat putih mobilnya masih baru, dari tipe dan nomor mobil juga sama. Gendis masih mengingatnya.

"Kamu, serius?" Narti berharap ini tidaklah benar.

"Iya ini mobilnya, Bu!" ucap Gendis, tapi ia tidak ingin begitu mempercayainya.

"Aku masih ingat dengan nomor plat mobilnya Mentari ".

"Brarti memang betul Mentari di bohongi, mobil itu bukan seserahan untuk dia. Namun cuma hanya formalitas saja, dan bisa jadi ini rumah Pak Beni. Beliau kan kaya raya, jadi wajar jika ia membeli rumah lagi. Ternyata Mentari di tipu, kasihan banget ya!" ucap Narti lalu ia tertawa.

"Benarkan! Ternyata mobil ini milik Pak Beni. Dia orang paling kaya di Desa ini. Mungkin pemilik rumah mewah ini memang dia. Hanya saja dia tidak mau pamer, karena sudah memiliki beberapa rumah mewah lainnya". Cicit Gendis.

"Begitulah kalau benar-benar orang kaya, tidak mau pamer kekayaan. Sedangkan calon suaminya Mentari hanya pura-pura saja, makanya dia pamer!" ujar Narti.

"Jangan-jangan duit yang di buat mahar untuk Mentari, juga Palsu lagi?" Gendis menduga uang mahar Mentari itu Palsu.

"Kamu bener banget, Ibu juga yakin jika Mentari itu cuma hanya di tipu dan nanti sudah menikah dia hanya manfaatkan oleh keluarga suaminya mengurus putranya yang lumpuh itu. Sedangkan mereka jelas sepasang pembantu dan sopir yang memiliki anak yang lumpuh!" ucap Narti tertawa.

Tawa Narti terhenti, saat melihat Mentari dan kedua orangtuanya datang

...**************...

1
anita
gendis ini somplah kyaknya
Les Tary
bawaannya curiga aja tuh Gendhis sm mentari
Reni Anjarwani
doubel up thor
Dimas Satria Wahyu Nugroho
pede banget si Gendhis,,,,emangnya Dirga mau?
Kasih Bonda
next thor semangat
Sri Minggat
bagus cetitany menarik
SAE wife~🥰🥰
lah sakit jiwa si gendis
Nani Rodiah
Dah sm Bella aja Mas Reza
Mamahnya Sultan
kayak nya Reza jodoh nya bella deh
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
Sunaryati
Lanjuut
Kasih Bonda
next thor semangat
Khairunnisa Hassan
lanjut thor semangat
Jodi Novianti
Luar biasa
Jodi Novianti
Lumayan
LuckyOne
pak bagas jadi seorang kakak tapi tidak tegas sama adik2nya malah mengorbankan keluarganya sendiri, bukannya baik hati tapi malah buta hati
Isabela Devi
ada aja ibu Narti.
lanjut thor
LuckyOne
gendis bnr2 mulai sadar??? ruarrrr bhiasaa bagus lah itu..
ines bukan rasa cinta itu..
Sondry Kaday
Kecewa
Isabela Devi
suaminya jg ga tegas sih jd Bu Narti jd semena mena terhadap suami
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!