Menceritakan seorang remaja yang bertekad untuk bertahan hidup apapun caranya. Kenapa harus begitu ? Karena dirinya telah berpindah ke dunia lain.
Cerita ini masih berlatar Multiverse dari cerita 'Pindah Dimensi Lain'.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryn_Frankenstein, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11 : Selesai Sudah.
Terlihat Arc dan Dika berjalan di dalam hutan untuk kembali ke desa. Arc menjelaskan tentang Ras Elf, karena Dika belum paham betul tentang Ras tersebut.
Setelah mendengar penjelasan Arc, Dika mengangguk-angguk paham. "Kalau untuk Ras yang lain ?"
"Untuk Ras lain selain Ras kita, mereka juga sama, hanya saja tidak bisa berumur panjang melebihi Ras Elf. Jadi, kalau kau melihat Ras lain, jangan tertipu dengan penampilannya." jawab Arc menjelaskan.
"Penampilan ?" Dika kebingungan.
Arc menganggukkan kepalanya. "Mungkin saja Elf yang kamu lihat tadi sudah berumur puluhan, atau ratusan tahun."
Dika terbelalak mendengarnya. "Benarkah ? Tapi gadis Elf yang kulihat tadi terlihat sangat muda, mungkin 20an tahun umur."
Arc tertawa, lalu ia menjawab. "Dari penampilan mungkin 20an, tapi bisa saja dia berumur 50, 70, bahkan ratusan tahun."
Dika terkejut lagi mendengarnya. "Hebat sekali."
"Apa Ras manusia dunia ini bisa berumur panjang ?" tanya Dika.
Arc menghela nafasnya, ia menggelengkan kepalanya. "Untuk Ras manusia seperti kita, bila sudah berumur 100 tahun saja, itu sudah sebuah keajaiban, tapi sayangnya belum ada yang berumur mencapai di angka 100 tahun. Kalau pun ada itu sangat langka ditemui."
Lalu Arc menambahkan. "Tapi dibalik itu semua, kita bisa tergolong Ras terhebat, karena pola pikiran kita yang selalu maju ke depan untuk menjadi lebih baik, kita bisa jadi ancaman untuk Ras lain."
Dika mengangguk-anggukan kepalanya, apa yang diucapkan Arc ada benarnya, karena manusia di bumi juga sama, yang dimana mereka terus berkembang untuk maju sesuai pola pikiran mereka yang terbuka untuk mencapai tujuan. Bahkan ada manusia yang cerdas tapi kejam, dan menjadi musuh semua orang.
.....
Keesokan harinya, seperti biasa Dika membantu Arc mencari kayu bakar, dan berburu. Setelah waktu sudah akan sore, Dika kembali melatih fisiknya dan melakukan latihan mengontrol energi mana, sebenarnya ia tak mau, tapi Arc memaksanya. Memang masih banyak orang yang tak bisa menggunakan sihir.
Setidaknya mereka bisa mengendalikan energi mana dalam kehidupan sehari-hari, seperti menguatkan fisik tubuh dalam berburu dan menebang pohon untuk menjadikannya kayu bakar.Arc terus memantau perkembangan Dika dalam mengontrol energi mana meski tak membuahkan hasil, lebih tepatnya belum.
Lalu Arc juga memberitahu, kalau di akademi, semua anak-anak dari kalangan bangsawan hingga biasa juga akan mendaftar, tak harus dari usia kecil, bahkan ada juga yang berusia dewasa juga ikut mendaftar untuk mengasah kekuatannya. Tak hanya Ras manusia saja, tapi berbagai Ras juga ikut mendaftar.
Jadi, Arc berpesan kepada remaja yang sudah ia anggap cucu sendiri untuk tidak terkejut nantinya, dan ada banyak hal yang ia ingin ia sampaian. Meski ada banyak waktu yang lama sebelum berangkat ke kota kerajaan, tidak ada salahnya bila melakukan persiapan di awal.
.....
Tak terada waktu terus berjalan, waktu demi waktu, hari demi hari, minggu demi minggu. Memang benar, segala usaha takkan dikhianati hasil, selama mau bekerja keras, terus berusaha, dan tak ada kata menyerah serta niat, maka semua akan mendapatkan hasil yang memuaskan meski harus membutuhkan waktu yang tidak pasti.
Seperti Dika, yang telah berhari-hari, dan setelah beberapa minggu kini ia telah bisa menggunakan Sihir. Meski memang terpaksa Dika terus melatih energi mananya, karena Arc yang terus memaksa. Arc menjelaskan kalau sihir di dunia ini sangat dibutuhkan setiap individu, karena kembali yang dijelaskan sebelumnya, semua orang di dunia ini bisa mengontrol energi mana, tapi bukan berarti bisa memanipulasikan menjadi sihir.
Sehebat apapun seorang pendekar pedang terkuat di dunia ini, bila tak bisa menggunakan sihir, bukan berarti dia bisa mengalahkan seseorang ahli sihir. Untuk bisa menang bisa, tapi bila sosok ahli sihir lebih hebat, kemungkinan masih menang tapi bukan berarti tidak bisa mendapat luka pada tubuhnya.
"Sihir.., sihir.., sihir.., aku sudah malas mendengar ceramahmu." ucap Dika kesal, karena dia harus terus didik sama Arc.
Dika melanjutkan. "Aku heran, katanya kakek gak akan memaksaku belajar sihir, tapi ini sudah jelas sekali memaksa." Hari telah sore, saat ini Dika tengah duduk menyimak penjelasan Arc yang terus membahas sihir.
Remaja itu pun bangkit dari duduknya, dan saat akan melangkahkan kakinya, Arc yang melihatnya pun berkata. "Kau mau kemana ? Dengarkan penjelasanku sampai selesai..!!"
Dika mengangkat alis sebelahnya. "Males, sudahlah, aku gak tertarik ceramahmu. Aku paling gak suka dipaksa. Lagian aku sudah bisa menggunakan sihir 'kan ? Jadi selesai sudah pelajarannya."
Tanpa mendengar balasan Arc, Dika langsung melompat tinggi setelah menggunakan energi mananya. Remaja itu melompat ke arah belakang rumah, yang dimana tempat itu langsung menuju ke hutan tanpa harus melewati gerbang desa.
Sementara Arc, ia hanya menghela nafasnya, begini 'kah sifat Dika bila sudah kehabisan kesabaran karena dipaksa. Awalnya memang benar, dia tak akan memaksa remaja itu agar bisa menggunakan sihir, tapi ketika melihat sudah bisa mengendalikan energi mana, Arc jadi memaksa Dika untuk belajar ke tahap lanjut.
Harapan Arc Dika bisa menjadi sosok yang ahli bela diri dan bisa menggunakan sihir. Mengingat kisah para pahlawan dari dunia lain juga sama seperti itu, yang dimana mereka bisa menggunakan senjata layaknya ksatria serta menggunakan sihir secara bersamaan.
"Mungkin aku terlalu terobsesi cerita itu, jadi aku menginginkan anak ini seperti para pahlawan." gumam Arc sambil terkekeh.
"Sepertinya aku harus minta maaf, dan menyudahi mengajarinya." tambahnya.
Sungguh tak menyangka, sosok Dika yang merupakan manusia dari dunia lain atau bumi, sudah bisa menggunakan sihir setelah satu bulan lebih. Meski sihir yang ia gunakan hanyalah satu jenis sihir, yaitu sihir elemen api saja, dan tingkat rendah. Tak apalah, yang penting bisa menggunakan sihir walaupun hanya satu jenis sihir saja.
.....
Keesokan harinya, seperti biasa Dika membantu Arc mencari kayu bakar dan berburu. Soal kejadian kemarin, Arc sudah meminta maaf, dan Dika pun mengiyakan, Arc juga berjanji tidak akan memaksa Dika lagi dan mengatakan akan berhenti mengajarkan remaja itu latihan belajar sihir.
Tentu saja, Dika yang mendengar itu sangat senang bukan main. Melihat remaja itu kegirangan, bukannya senang, Arc merasa sedikit kesal, karena responnya Dika begitu sederhana, padahal ada harapan sedikit kalau responnya sebaliknya. Tapi ya sudahlah, lagi pula remaja itu terbilang asik bila diajak berbicara dan bercanda.
Dan sekarang mereka tengah makan siang, yang dimana mereka memakan makanan hasil buruan, yaitu ayam hutan. Dika sendiri juga tak menyangka ayam hutan di dunia ini cukup banyak, setiap kali berburu pasti selalu dapat, walau hanya dapat satu ekor saja. Andaikan di dunia asalnya, mungkin sudah ia jual, lumayan harganya.
Tapi ada satu yang membuat remaja itu kurang puas, yaitu tidak ada nasi. Di dunia ini menggunakan roti kering sebagai bahan makanan pokok. Pernah bertanya tentang nasi kepada Arc, tapi pria itu menjawab tidak tau, lebih tepatnya dia tidak tau apa itu nasi.
lanjutkan