NovelToon NovelToon
PELANGI CINTA BAGASKARA

PELANGI CINTA BAGASKARA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan Tentara
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: julieta

Di usianya ke 32 tahun, Bagaskara baru merasakan jatuh cita untuk pertama kalinya dengan seorang gadis yang tak sengaja di temuinya didalam kereta.
Koper yang tertukar merupakan salah satu musibah yang membuat hubungan keduanya menjadi dekat.
Dukungan penuh keluarga dan orang terdekat membuat langkah Bagaskara untuk mengapai cinta pertamanya menjadi lebih mudah.
Permasalahan demi permasalahan yang muncul akibat kecemburuan para wanita yang tak rela Bagaskara dimiliki oleh wanita lain justru membuat hubungan cintanya semakin berkembang hingga satu kebenaran mengenai sosok keluarga yang selama ini disembunyikan oleh kekasihnya menjadi ancaman.
Keluarga sang kekasih sangat membenci seorang tentara, khususnya polisi sementara fakta yang ada kakek Bagaskara adalah pensiunan jenderal dan dirinya sendiri adalah seorang polisi.
Mampukah Bagaskara bertahan dalam badai cinta yang menerpanya dan mendapatkan restu...
Rasa nano-nano dalam cinta pertama tersaji dalam cerita ini.
HAPPY READING.....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERNIKAHAN VELI

Keesokan harinya,

Pagi-pagi buta, setelah sholat subuh Bagaskara bersama Audry meluncur ke Bandung untuk menghadiri pernikahan Veli dan Hendra.

Menggunakan audi R8 milik Audry, Bagaskara melesat cepat dijalan raya yang lenggang pagi ini demi bisa menyaksikkan akad nikah kak Veli yang akan dilangsungkan jam sembilan pagi nanti.

Mami Gladys yang mendapatkan pesan singkat dari sang anak sebelum berangkat merasa senang, namun dia tak mengabari yang lainnya karena takut jika Bagaskara dan Audry tak bisa datang waktu dan mengecewakan semua orang.

“Mi, Bagas benar-benar tak bisa datang ya...”, ujar Veli sedih.

“Adikmu sudah dalam perjalanan sekarang bersama Audry. Doakan saja perjalanan mereka lancar hingga bisa datang tepat waktu”, ujar Gladys memberi harapan meski dia terlalu yakin mengingat Bagaskara baru mengabarinya selepas adzan subuh tadi.

Veli yang tak ingin moodnya semakin buruk dan mempengaruhi acaranya hari ini pun berusaha untuk iklhas, setidaknya sang adik bisa datang diacara resepsinya dihotel sore nanti.

Sambil menunggu calon pengantin perempuan dirias, beberapa keluarga kini juga tengah menyiapkan diri untuk menyambut kedatangan calon mempelai pria di halaman depan rumah.

Ningsih beberapa kali menatap keluar pintu, berharap sosok lelaki yang sejak kemarin ditunggunya datang.

Bagaskara yang sudah memasuki jalan menuju rumahnya merasa lega ketika dia melihat rombongan pengantin lelaki ada didepannya.

“Lho, Bagas. Baru datang nak ?”, ujar Guntur menyalami Bagaskara yang baru keluar dari mobil.

“Iya om, baru selesai turun tugas”, jawab Bagaskara sopan.

Hendra yang baru saja turun dan melihat calon adik iparnya yang sedang ngobrol dengan ayahnya datang menghampiri.

“Mobil baru nih Gas...”, ujar Hendra kagum.

“Bukan mobilku kak. Tapi punya Audry”, ujar Bagas sambil memperkenalkan Audry kepada lelaki yang sebentar lagi akan menjadi kakak ipar dan keluarganya.

“Audry...”, ujar Audry memperkenalkan diri dengan sopan.

Melihat acara akan segera dimulai, Bagaskara pun segera mengajak Audry untuk masuk.

“Permisi om, tante, kak Hendra dan semuanya. Saya masuk kedalam dulu”, ucap Bagaskara sopan.

Sambil menggandeng tangan Audry, Bagaskara melangkah masuk kedalam halaman rumahnya yang penuh dengan karangan bunga ucapan selamat menempuh hidup baru dari para kolega keluarganya.

Sebelum kaki keduanya melangkah masuk kedalam rumah, Audry menghentikan langkah kakinya membuat Bagaskara pun juga berhenti sambil menoleh kebelakang.

“Ada apa ?”, tanya Bagaskara binggung.

“Sini....”, Audry sedikit menarik tangan Bagaskara dan membawanya kesudut teras.

Diam-diam Audry membaca doa dan meniupkannya kedalam botol air mineral yang baru dia keluarkan dari dalam tasnya.

“Basuh muka dan kepalamu sedikit agar lebih fresh”, ujar Audry yang langsung menyerahkan sebotol air mineral yang telah dibuka ketangan Bagaskara.

Meski sedikit bingung, namun Bagaskara yang mengira jika mukanya lecek pun mengikuti saran gadis itu dan segera membasuh mukanya serta memercikkan beberapa tetes ke kepalanya.

Setelah selesai, Audry memberi Bagaskara handuk kecil untuk menyeka air diwajah dan kepalanya.

“Nah, sekarang sudah segar dan cakep..”, ujar Audry sambil membantu menghilangkan beberapa tetes air diwajah Bagaskara dengan tisu.

Bagaskara yang mendapat perlakuan manis tersebut merasa hatinya berbunga-bunga sehingga dia melupakan apa yang ingin dia tanyakan pada Audry tadi.

“Syukurlah dia tak curiga. Sepertinya aku harus ada didekat Bagaskara terus agar dia tak celaka”, batin Audry sedikit risau.

Ya, tadi sebelum masuk tiba-tiba Audry melihat sekelebat cahaya merah yang sangat cepat mengarah ketubuh Bagaskara.

Tapi untungnya ada seseorang yang tiba-tiba lewat disamping mereka sehingga cahaya tersebut tak mengenai Bagaskara, namun ke tubuh lelaki yang tadi lewat.

Audry yang memiliki sedikit kemampuan bisa merasakan jika ada seseorang yang berniat buruk dan kini tengah mentargetkan Bagaskara dalam kediaman tersebut sehingga diapun berusaha untuk melindungi.

Begitu masuk, semua orang yang melihat kedatangan Bagaskara dan Audry bersama rombongan pengantin laki-laki merasa senang.

“Jadi, itu calon menantumu Gladys ?”, tanya eyang Surti penuh selidik.

Sebagai orang tua yang sudah kenyang makan asam garam, eyang Surti mampu menilai seseorang dari sekali lihat.

Menurut pandangannya, Audry merupakan gadis yang cukup baik dan sopan. Karakternya yang ramah dan hangat sangat cocok jika disandingkan dengan Bagaskara yang datar dan dingin.

Aura bangsawan yang memancar dari Audry juga dirasakan oleh eyang Surti sehingga diapun secara tidak langsung memberi restu seandainya cucu lelaki satu-satunya itu memang benar-benar ingin menjadikan gadis tersebut pendampingnya.

Sayang sekali eyang Surti tak bisa menilai Ningsih dengan baik karena wanita itu lebih dulu memakai jampi-jampi untuk mencuci otak eyang Surti yang entah kenapa akhir-akhir ini mulai memudar sehingga wanita tua itu tak lagi mendukungnya secara penuh seperti biasa.

Hal itu pula yang membuat Ningsih pada akhirnya nekat menemui dan meminta bantuan kepada ki ageng Goni, dukun santet yang terkenal didesa kelahiran ibunya.

Sebelum duduk, Audry menyalami satu persatu anggota keluarga Bagaskara dengan santun membuat semua orang langsung menghujaninya dengan penuh pujian.

Audry duduk disamping mami Gladys karena wanita itu memaksanya dan Bagaskara mau tak mau juga ikut duduk disamping Audry karena tak ingin sedetik pun berpisah dengan gadis yang disukainya itu.

Moment langkah seperti ini tentu saja dipergunakan dengan sebaik-sebaiknya oleh Bagaskara untuk memupuk hubungan lebih dalam dengan Audry.

Acara ijab qobul yang sakral berakhir ketika kata SAH berkumandang. Membuat semua tamu undangan yang hadir menangis haru.

“Selamat ya mbak, semoga sakinah mawadah warahmah”, ucap Audry tulus.

“Terimakasih ya calon adik iparku...sering-sering main ke rumah, nanti mbak ajak berkeliling Bandung”, ujar Veli dengan dengan senyum menggoda.

“Insyaallah jika ada waktu aku akan main ke Bandung”, jawab Audry yang langsung mengeser posisinya karena masih banyak keluarga yang antri ingin mengucapkan selamat kepada Veli.

Ningsih yang berusaha untuk mendekati Bagaskara untuk memastikan kinerja kalung yang dipakainya optimal kembali mengalami kegagalan.

“Kenapa tidak bisa. Padahal, semua lelaki yang bertatapan denganku pasti akan langsung klepek-klepek oleh pesonaku, tapi kenapa Bagaskara tidak”, batinnya kesal.

Bagaskara terus menempel kepada Audry sementara Resti yang juga ikut bersama keduanya memang sengaja menghalau kehadiran Ningsih agar tak mengganggu PDKT yang sedang dilakukan kakaknya tersebut.

Ningsih yang merasa jika kegagalannya membuat Bagaskara jatuh oleh ilmu pengasih miliknya adalah gadis cantik yang ada disebelahnya pun mulai menatap Audry dengan tajam.

Audry yang ditatap tajam oleh Ningsih balas menatap wanita muda yang aura tubuhnya sangat gelap tersebut dengan senyum mengejek, membuat api amarah dalam diri Ningsih berkobar dengan cepat.

“Brengsek! Berani sekali dia meremehkanku !”, batin Ningsih emosi.

Ningsih yang ingin menyerang Audry dalam diam tiba-tiba bergetar ketakutan ketika dia melihat sosok wanita tua memakai jarit kuno berada tepat dibelakang tubuh Audry, menatap tajam kearahnya sambil berguman pelan

“Jangan pernah berniat menyentuh keturunanku jika tak ingin aku bakar menjadi abu”, ujar wanita tua itu memalui mata batin Ningsih yang langsung merasa lemas tubuhnya setelah mendapatkan ancaman dan tekanan yang sangat besar hingga tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri.

Semua orang yang melihat Ningsih jatuh pingsan panik dan bergegas membawa wanita muda itu masuk kedalam kamarnya untuk beristirahat.

Nenek moyang Audry yang selama ini menjaganya sengaja membuat Ningsih pingsan dan lemah agar wanita muda itu tak bisa mengikuti serangkaian acara yang berlangsung hari ini sehingga tak lagi membuat kekacauan.

Semua orang yang tak menganggap Ningsih penting hanya menyuruh salah satu pelayan untuk menjaganya ketika dia telah sadar sementara yang lainnya kini tengah bersiap pergi ke hotel untuk acara resepsi yang akan dilangsungkan sore nanti.

Papi Candra memang sengaja membooking semua kamar yang ada dilantai satu dan dua didalam hotel yang akan dibuat resepsi untuk keluarganya agar bisa beristirahat sejenak sebelum acara resepsi berlangsung.

1
Mak mak doyan novel
kok jadi horor sih
Mak mak doyan novel
nunggu lanjutannya
Mak mak doyan novel
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!