Di sebuah keluarga kultivator hidup anak bernama Lei Nan, meskipun dirinya dulu di agung-agungkan sebagai seorang jenius, namun terjadi kecelakaan yang membuat lenganya lumpuh, karena hal itu dirinya menjadi bahan cemohan di keluarganya, tapi hal itu berubah ketika dirinya tidak sengaja tersambar petir yang langsung mengubah hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Awal Pertandingan
Dua minggu telah berlalu dengan cepat. Pagi ini, langit di kota Bulan Perak tampak cerah, seolah turut menyambut semangat yang menggelora di hati para kultivator muda.
Di lapangan utama kota, sebuah podium besar telah disiapkan, dihiasi dengan ornamen-ornamen mewah yang mencerminkan betapa pentingnya acara ini. Para kultivator muda, termasuk Lei Nan, Lei Kang, Lei Wei, Feng Tian, dan gadis misterius itu, berdiri di depan podium, menunggu dengan penuh antisipasi. Hari ini adalah hari mereka mendapatkan urutan pertandingan untuk kompetisi besar.
Sorak-sorai penonton yang memenuhi tribun bergemuruh, menambah kegembiraan yang sudah terasa di udara. Banyak dari mereka yang telah bertaruh dan berdebat tentang siapa yang akan keluar sebagai juara. Nama Feng Tian sering disebut-sebut sebagai calon kuat juara pertama. Penonton sangat berharap untuk melihat aksi dari generasi muda yang berbakat ini.
Acara ini semakin meriah karena taruhannya tidak hanya untuk menjadi juara, tetapi juga untuk mendapatkan kuota menjadi murid Sekte Sembilan Guntur, sebuah kehormatan yang hanya terjadi setiap lima tahun sekali. Ini membuat pertandingan kali ini lebih meriah dan penuh semangat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Sebuah bola undian diambil dari kotak oleh panitia dan dia membaca nama yang tertera di dalamnya. "Lei Nan, nomor urut delapan," ucap panitia dengan lantang.
Begitu nama Lei Nan disebut, kerumunan langsung menjadi ricuh. Banyak yang mencemooh dan meragukan kehadirannya. Sebagian besar masih yakin bahwa lengan Lei Nan masih lumpuh, termasuk Lei Wei yang berdiri di antara para peserta.
Lei Wei tidak bisa menahan diri. Dia menggunakan qi-nya untuk mengeraskan suaranya, "Hei, Panitia, bagaimana kau bisa membacanya? Bukankah Tuan Muda Lei Nan sekarang cacat?"
Sorakan dan tawa dari peserta semakin keras. Mereka terkejut dan tidak percaya bahwa Lei Nan akan berpartisipasi dalam pertandingan ini. Namun, di balik jubah yang menutupi seluruh tubuhnya, Lei Nan tetap tenang. Dia berniat untuk memberikan kejutan saat bertarung nanti.
Panitia tetap tenang meski menghadapi cemohan dari peserta. "Cukup, Tuan Muda Lei Wei, kau bisa kembali ke tempatmu," ucap panitia itu tanpa gentar.
Di antara kerumunan, Feng Tian tersenyum kecil. Dia tahu sesuatu yang orang lain tidak tahu. Pertarungan antara dia dan Lei Nan sebelumnya sengaja dirahasiakan atas permintaan Lei Nan sendiri. Feng Tian sangat menantikan untuk melihat kemampuan Lei Nan di arena nanti.
Di sudut lain lapangan, seorang gadis manis duduk dengan tenang, memeluk pedangnya. Dia menutup matanya, tidak terganggu oleh keributan di sekitarnya. Saat mendengar nama Lei Nan disebut, dia membuka matanya sejenak, penasaran.
"Hmmm, apakah pria itu juga akan mengikuti pertandingan ini?" pikir gadis itu sambil kembali memejamkan mata.
Di kursi VIP, enam orang duduk dengan penuh wibawa. Mereka adalah kepala keluarga Shu, Feng, Lei, Han, dan dua perwakilan dari Sekte Sembilan Guntur. Di belakang mereka, masing-masing keluarga diwakili oleh anggota-anggota penting mereka.
Percakapan ringan terjadi di sana, terutama antara Kepala Keluarga Shu, Shu Peng, dan salah satu perwakilan Sekte Sembilan Guntur, Tuan Li.
"Hahaha, Tuan Li, bisa saja," ucap Shu Peng sambil tertawa.
Shu Peng dan Tuan Li adalah teman lama yang hubungannya masih terjaga hingga sekarang. Mereka berbincang sambil menikmati suasana yang meriah.
Di sisi lain, seorang wanita dari Sekte Sembilan Guntur yang memiliki kulit putih dan mulus sedang berbicara dengan Kepala Keluarga Feng, Feng Kuan.
"Kepala Keluarga Feng, aku dengar anakmu adalah pemegang peringkat pertama dalam daftar jenius kota Bulan Perak," ucap wanita itu, yang dikenal sebagai Nona Gu.
"Hahaha, Nona Gu, memang benar. Putraku, Feng Tian, adalah pemegang peringkat satu di kota Bulan Perak saat ini," jawab Feng Kuan dengan bangga. Pria tegas dengan aura pedang yang pekat di sekujur tubuhnya itu terlihat sangat percaya diri.
Di sudut ruangan, Kepala Keluarga Lei, Lei Hu, duduk dengan tenang, memperhatikan percakapan di sekitarnya. Wajahnya tampak penuh dengan ketenangan, namun mata tajamnya tidak pernah lepas dari panggung utama.
Di tengah podium, pembawa acara menaiki arena dengan langkah penuh percaya diri. Dengan qi-nya, dia berbicara dengan suara keras yang menggema di seluruh lapangan.
"Hadirin sekalian, sebentar lagi pertandingan Bulan Perak akan dimulai," ucap pembawa acara dengan semangat.
Sorak-sorai penonton semakin riuh. Mereka sudah tidak sabar untuk melihat aksi para kultivator muda di arena. Beberapa di antara mereka sudah bertaruh dan menantikan keuntungan dari pertarungan ini.
"Baiklah, mohon tenang. Pada pertandingan kali ini akan ada lima pertandingan. Juara pertama akan mendapatkan Pil Abadi, juara kedua akan mendapatkan senjata kultivasi, dan juara ketiga akan mendapatkan Ginseng Emas berusia 100 tahun," ucap pembawa acara, menambah semangat penonton.
Penonton riuh kembali saat mendengar hadiah yang luar biasa. Pil Abadi sangat mahal di pasaran dan memiliki manfaat yang besar, mampu menambah umur penggunanya dan memberikan kekuatan yang setara dengan 5 kultivator tingkat Penyerapan Energi.
Dan hadiah lainya berupa senjata kultivasi dan sebuah ginseng berumur 100 tahun yang tak kalah mahalnya bahkan pemilik senjata kultivasi hanya di miliki seorang kepala keluarga.
Ginseng emas sendiri merupakan salah satu herbal langka yang mengandung banyak qi jika seorang mengkonsumsinya, dia akan mendapatkan sebuah pencerahan dengan mudah.
"Tapi dengar, ada hadiah tambahan untuk 10 peringkat teratas, yaitu kuota untuk memasuki Sekte Sembilan Guntur," ucap pembawa acara sekali lagi.
Semangat penonton semakin memuncak. Para peserta juga tampak sangat bersemangat karena mendapatkan kesempatan untuk menjadi murid di salah satu sekte paling bergengsi di kekaisaran ini adalah impian banyak kultivator muda.
Miskipun Sekte Sembilan Guntur berada di urutan terakhir, tapi harus di ketahu jika seorang memiliki tanda pengenal sekte di manapun mereka pergi di kekaisaran ini akan selalu di layani dengan baik.
"Dan tanpa menunggu lama, mari kita mulai pertandingannya," ucap pembawa acara dengan penuh semangat.
Lei Nan berdiri di antara para peserta lainnya, merasakan adrenalin mengalir dalam dirinya. Dia menatap arena dengan tekad kuat, siap menunjukkan kemampuan terbaiknya dan mengejutkan semua orang.
Di satu sisi, Feng Tian tersenyum, menunggu momen di mana Lei Nan akan memperlihatkan kekuatannya yang sesungguhnya. Sementara itu, gadis manis itu tetap tenang, menunggu giliran bertanding sambil memeluk pedangnya dengan erat.
"Baiklah urutan pertama dan kedua silahkan memasuki arena."ucap pembawa acara.
Dari kerumunan peserta maju dua orang, diantara mereka memiliki badan tinggi seperti beruang dengan dipunggungnya tergantung pedang besar dengan dua bilah.
Disisi lain lawanya memiliki wajah yang tampan dengan kipas di gemgamanya dengan baju berwarna putih dengan ornamen berwarna perak menghiasinya.
"Mulai!."teriak pembawa acara memulai pertandingan pertama kali ini.