Irene Jocelyn harus kehilangan masa depannya ketika ia terpaksa dijual oleh ibu tiri untuk melunasi hutang mendiang sang ayah. Dijual kepada laki-laki gendut yang merupakan suruhan seorang pria kaya raya, dan Irene harus bertemu dengan Lewis Maddison yang sedang dalam pengaruh obat kuat.
Malam panjang yang terjadi membuat hidup Irene berubah total, ia mengandung benih dari Lewis namun tidak ada yang mengetahui hal itu sama sekali.
hingga lima tahun berlalu, Lewis bertemu kembali dengan Irene dan memaksa gadis itu untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi lima tahun lalu.
Perempuan murahan yang sudah berani masuk ke dalam kamarnya.
"Aku akan menyiksamu, gadis murahan!" pekik Lewis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bucin fi sabilillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nyonya Baru
Irene hanya terdiam, ada perasaan aneh yang menggelitik di hatinya. Melihat Lewis tidak berdaya seperti ini, membuat rasa iba tiba-tiba muncul.
Ia tidak ingin mengganggu dan mengusik pria tampan ini. "Tidak," ucapnya.
Lewis terdiam dan menatap Irene dengan lekat. "Kau sampai kapanpun akan jadi milikku! Jangan pernah berpikir untuk pergi!" ucapnya tegas.
Irene hanya mengangguk dan memejamkan mata. Ia sudah cukup lelah hari ini menghadapi kelakuan Lewis yang di luar nalar.
Hingga pagi menjelang, Mark memang melakukan apa yang dia katakan semalam. Rapat terbuka para pemegang saham mulai menjadi berita pagi ini.
Pencopotan Lewis tanpa kompromi membuat banyak orang terheran.
"Maaf, Tuan. Kami tidak setuju dengan pencopotan ini! Kinerja Tuan Muda Lewis sangat bagus hingga membuat perusahaan kita semakin maju seperti sekarang!" tolak salah satu pemegang saham.
"Benar, Tuan. Kalau bukan karena tuan muda, mungkin perusahaan ini sudah bangkrut 5 tahun yang lalu,".
Mark tidak bisa membantah apapun yang dikatakan oleh mereka. Hanya saja, ia harus tetap melakukan ini untuk menggertak Lewis yang tidak menurut.
Ruang rapat itu terasa sangat panas dengan perdebatan antara pemegang saham. Ia memilih untuk menghentikan rapat sementara hingga kondisi kembali kondusif
Kini setelah berita itu tersebar, beberapa petinggi perusahaan juga ikut mengundurkan diri dan memilih untuk pergi dari perusahaan.
Mark terdiam dengan rahang yang mengeras. Ia merasa marah dengan semua petinggi yang memilih untuk resign.
"Tidak ada yang boleh keluar dari perusahaan ini!" ucap Mark dengan sangat tegas.
"Maaf, Tuan. Bulan ini kontrak saya sudah habis," jelas mereka.
Secara bersamaan, Kontrak kerja itu sudah selesai bulan ini. Sehingga membuat pria tua itu mengeram kesal.
"Perpanjang!" tukasnya.
"Maaf, Tuan. Kami sudah menemukan perusahaan baru yang menawarkan gaji dan fasilitas lebih tinggi!" tolak mereka.
"Kami permisi!" ucap salah satu dari petinggi itu keluar dari ruangan Mark tanpa menghiraukannya lagi.
"Cari tau dengan siapa mereka bekerja!" bentak Mark kenapa asistennya.
Ia tidak menyangka jika hal ini akan berdampak juga kepada karyawan. Apalagi mereka adalah petinggi perusahaan yang sudah sangat kompeten dan sulit untuk mencari pengganti.
Ia mengambil ponsel dan menghubungi Lewis. Ketika panggilan terhubung, Samar-samar ia mendengar suara wanita yang sedang keenakan.
"Lewis, siapa itu?" tanya Mark terkejut.
"Ada apa? Jika hanya untuk memaksa saya menikah, saya tidak akan pernah!" ucap Lewis dengan suara yang terdengar berat dan napas yang tidak beraturan.
"Kau! Kau sedang bersama siapa?" tanya Mark dengan wajah memerah.
Pantas saja dia tidak mau dengan Clara. Ternyata sudah memiliki simpanan!. Batin Mark dengan wajah yang memerah dan kepala yang terasa berat.
Ia sudah salah langkah!.
"Bawa gadis itu pulang untuk bertemu dengan mommy mu!" titah Mark.
Namun tidak ada jawaban apapun dari Lewis. Panggilan itu telah dimatikan secara sepihak.
Kau anak bebal! Lihat saja nanti!. Batinnya kesal.
Sementara itu di rumah sakit. Clara melihat berita yang sedang trending di sosial media. Pencopotan Lewis dan beberapa petinggi yang memilih untuk tidak memperpanjang kontrak membuat saham perusahaan turun hingga 10%.
"Kenapa Daddy sangat bodoh dan ceroboh? Pantas saja perusahaan hampir bangkrut waktu itu," ucap Clara kesal.
Ia sedikit merasa cemas, jika Lewis dicopot maka laki-laki itu akan jatuh miskin. Hanya menyisakan beberapa properti yang tidak mungkin menjadi tumpuan hidup mereka nanti.
Ia sengaja berdiri di luar kamar rawat inap Marisa, agar tidak menimbulkan kecurigaan dari wanita paruh baya itu.
Otaknya terus berpikir untuk mencari jalan keluar, namun nihil. Ia merasa buntu dan tidak memiliki solusi apapun.
Hingga beberapa saat, ia memilih untuk masuk ke dalam kamar dan tersenyum manis kearah Marisa.
"Mom, sudah bangun? Bagaimana kondisimu sekarang?" tanya Clara tersenyum manis.
"Mommy sudah lebih baik. Setelah keluar dari rumah sakit, kita akan atur pertunangan kalian. Huh, Mommy merasa tidak sekuat dulu lagi," ucap Marisa lirih.
"Mommy pasti cepat sembuh nanti. Hanya perlu pemulihan saja. Untuk acara pertunangan nanti, biar aku yang urus. Mommy tenang saja," tukas Clara membuat Marisa tersenyum kagum dengan gadis ini.
"Mom akan sangat bahagia kalau kamu jadi menikah dengan Lewis. Semoga kalian bisa langsung diberikan momongan, Mommy sudah gak sabar menimang cucu," jelas Marisa membuat raut wajah Clara berubah.
Namun ia segera tersenyum untuk menutupi rasa tidak sukanya ketika membahas tentang anak.
Aku tidak akan pernah hamil anak siapapun! Huh, enak saja menyuruh orang hamil. Gak tau apa, aku susah banget jaga bentuk badan seperti ini. Dasar tua bangka!. Batin Clara tidak suka.
Ia memilih untuk pergi dari sana sebelum rasa tidak sukanya terlihat semakin besar.
Marisa terlihat kecewa dengan kepergian Clara, namun ia tidak ingin terlalu mengekang gadis itu dan membuatnya merasa terbebani.
Clara berjalan menuju sebuat mobil yang sudah menunggunya. "Bagaimana? Apa kau sudah mendapatkan alamat Lewis?" tanya Clara.
"Sudah Nona. Apa kita akan ke sana sekarang?" tanya pengawal Clara.
Gadis itu mengangguk, mereka langsung menuju ke alamat yang diduga milik Lewis.
"Kau yakin?" tanya Clara yang melihat rumah yang tidak terlalu besar, namun memiliki halaman yang cukup luas di sana.
"Yakin, Nona. Dua kali saya mengikutinya sampai ke sini," jelas pengawal itu.
"Bagus, kita pulang saja! Besok saya ke sini sendiri," ucap Clara tersenyum sinis.
Mobil itu pergi dan meninggalkan rumah Lewis. Tanpa mereka sadari, sepasang mata tengah menatap dengan bingung.
"Apa yang kau lihat?" tanya Lewis sambil memeluk Irene dari belakang.
Wanita cantik itu baru saja membuka gorden dan langsung menatap mobil sedan hitam yang terparkir di pinggir jalan.
"Tidak!" sergahnya sambil melepaskan pelukan Lewis. "Saya akan memasak! Jangan ganggu, atau anda akan kelaparan sampai malam!" ancamnya.
Lewis tersenyum tipis, namun ia masih mengekori Irene menuju dapur.
Kedatangan mereka membuat para pelaya terkejut. Lewis memanggil Pak Man, kepala pelayan untuk mengumpulkan mereka semua.
Tak sampai lima menit, semua pelayan yang berjumlah 15 orang ditambah dengan 3 koki berkumpul di ruang tamu.
Irene terlihat bingung, ini terlalu berlebihan. Ia terdiam hingga suara Lewis memecah keheningan di sana.
"Mulai sekarang, kalian harus memanggilnya Nyonya Irene. Dia akan menjadi nyonya di rumah ini. Perlakukan dia seperti kalian memperlakukan saya!" titah Lewis membuat mereka terkejut.
"Untuk Koki, kalian hanya perlu membantunya saja. Ikuti apapun yang di katakan oleh Nyonya. Berani membantah, kalian tau akibatnya!" sambung Lewis.
Para pelayan hanya bisa mengangguk patuh. Irene terlihat sangat cantik dan natural hingga membuat beberapa dari mereka memuji kecantikan Irene.
"Tidak perlu seperti ini!" bisik Irene tidak enak hati.
Lewis hanya terdiam dan mengusir mereka semua. Setelah itu ia mengikuti Irene menuju dapur.
Benar saja, Irene tidak bisa bergerak bebas ketika memasak, karena Lewis selalu mengganggu dan memeluknya dari belakang.
"Berhentilah!" pekik Irene membuat beberapa pelayan di sana terkejut termasuk Lewis yang berdiri tidak jauh dari sana.
semangat kak☺
gila ya lewis nyari irene cuma pengen tubuh dia doang , ayo kasih karma lewis seenggaknya biar dia ga seenaknya lagi sama irene