Niat menerjemahkan bahasa, berujung fucking!!
Cinta gelap seorang mafia Italia bernama Almo Da Costa pada seorang wanita sederhana bernama Luna Diaz yang berprofesi sebagai penerjemah bahasa.
Pertemuan yang tidak diinginkan harus terjadi sehingga Luna kehilangan mahkota berharganya bagi seorang wanita. Hingga 2 tahun mereka berpisah dan bertemu kembali namun hal yang mengejutkan bagi Luna adalah saat Mr. Mafia itu bertanya.
“Where is my child?”
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
M'sDL — BAB 17
PANCINGAN EMOSI
Disepanjang perjalanan, Luna Hana terdiam, mengamati jalanan yang nampak luas dan sejuk. Tak cuman dia saja yang diam, Almo yang menyetir pun hanya fokus ke jalanan hingga tanpa sadar mereka sampai di sebuah rumah sakit! Ya! Rumah sakit.
Almo menitipkan Cassie ke sana tentunya setelah dia menyogok dan mengancam para dokter dan suster di sana.
“Dasar tidak punya hati.” Ucap Luna menggerutu dalam bahas asing lainnya yang mana membuat Almo hanya menatapnya saja saat dia keluar dari mobil tersebut.
Pria itu menyeringai kecil lalu ikut keluar dan berjalan bersama Luna. Tentu, kedatangannya disambut dan disapa oleh para dokter dan juga suster di sana. “Kenapa kau membiarkan nya tinggal di sini? Aku bisa merawatnya sampai hasil tesnya keluar." Ujar Luna yang masih berjalan cepat mengikuti ritme langkah panjang Almo.
“Dia hanya akan mengganggu.” Balas Almo tak peduli.
“Lalu kenapa kau menginginkan anak. Dasar!" gumam Luna pelan sehingga Almo tak begitu mendengarnya.
.
.
.
“Dimana anak itu?” tanya Almo kepada Enzo yang stand by di sana.
“Ada di dalam bersama seorang suster.” Jawab pria berjas hitam.
Luna langsung saja masuk tanpa memperdulikan para pria sialan tadi sehingga Almo juga tak berkutik.
Melihat kepergian Luna, Almo mulai membicarakan hal yang lebih serius kepada asistennya itu. “Apa ada hal lainnya di bisnis?” tanya Almo yang masih berdiri sembari melepaskan kacamata hitamnya.
“Ya Tuan. Sekelompok bandit itu, mereka mengancam akan mengambil paksa wilayah di Sisilia.” Jelas Enzo yang diam-diam selalu cepat tanggap.
“Kau sudah menemukan ketuanya? Mereka hanya bandit kecil, hanya sekali serangan saja mereka akan mati.” Ucap Almo yang mana Enzo juga setuju akan hal itu.
“Kami masih mencarinya. Tapi saya rasa.... Mereka bukan bandit biasa. Mereka ingin membuka Casino di Sisilia di area wilayah kita. Dan jika tidak salah, nama pemimpin mereka marganya Swan.” Jelas Enzo membuat Almo terdiam beberapa saat.
Pria itu tak peduli siapapun orangnya jika sudah berani mengusik kehidupannya, maka nyawa lah yang menjadi taruhannya.
“Cari tahu mereka dan suruh menemui ku langsung jika ingin bernego." Pinta Almo.
Enzo hanya mengangguk kecil sampai bosnya itu mulai melangkah masuk ke kamar yang Luna masuki. Langkahnya menjadi lambat saat dia mendengar suara wanita yang begitu lembut dan penuh kasih sayang.
Almo memerhatikan nya, dimana Luna tengah menggendong seorang anak berusia 1 tahun. Senyuman yang tulus yang berhasil membuat seorang anak ikut tertawa tergelak hati.
“Gerakan tanganmu seperti ini jika kau merindukanku!” ucap Luna seraya memperagakan gerakan tangannya tepat di depan Cassie.
Wanita itu juga tak tanggung-tanggung mengecupi pipi Cassie layaknya seorang ibu.
“Waktumu tinggal 15 menit.” Ucap Almo yang langsung memudarkan senyuman Luna ketika melihatnya.
Berbeda dengan perawat yang masih di sana, dia memandang Almo dengan penuh ketertarikan tersendiri. Entahlah, pelet apa yang pria pakai.
“Tinggalkan kami.” Pinta Almo sehingga perawat tadi pun pergi.
Luna masih diam dengan wajah tak suka ketika Almo memilih berdiam diri di sana. Tentu saja, Luna merasa diawasi dan tak bebas bahkan untuk tersenyum pun Luna tak sudi bila pria itu masih ada disekitarnya.
“Why? Kau mengabaikannya." Ucap Almo yang masih berdiri menatap Luna dan Cassie.
Anak itu terus memainkan rambut panjang Cassie seolah-olah ingin mengajaknya bercanda lagi. Namun Luna yang merasa canggung bila ada Almo di sana.
“Aku tidak mengabaikannya! Hanya saja ada makhluk yang membuat suasana di sini mencengkram. Benar kan Cassie!" ucap Luna sembari tersenyum lebar ke arah anak perempuan itu.
Bukankah itu sebuah sindiran. Almo bersikap biasa saja karena dia merasa bukan mahkluk halus.
Saat Almo tiba-tiba hendak meraih Cassie dari tangan Luna. Wanita itu langsung menariknya dan mencegah Almo yang ingin meraih Cassie. “Apa yang ingin kau lakukan? Apa kau akan menghukumnya juga karena dia bukan anakmu.” Ketus Luna yang selalu berhati-hati terhadap setiap gerakan Almo.
“Aku masih belum tahu apakah dia benar bukan anakku. Kau tidak ada hak melarangku membawanya." Ucap Almo.
“Tentu saja aku punya. Aku adalah perawatnya dan akan menjadi penjaganya disaat kau sudah membunuh ayahnya.” Ucap Luna memperjelas sekali lagi.
Terlihat Almo yang kembali terpancing emosi setelah mendengar ucapan itu. “Keluarlah, aku menunggumu di luar.” Pinta pria itu yang akhirnya memilih keluar meninggalkan Luna yang masih menggendong Cassie.
Dia benar-benar tak tahu apa yang harus dikatakan kepada Almo. Mau bersikap baik pun rasanya tak sudi bila dengan pria itu.
...***...
“Kau dari mana saja Monic? Ayah hampir saja membatalkan meeting nya.” Kesal seorang pria paruh baya yang merupakan ayah dari Monica.
Tentu, wanita itu masih muda dan dia adalah satu-satunya pewaris di keluarga Swan.
“Kenapa ayah panik huh? Apa ayah gagal melakukan suatu hal?!" ucap wanita cantik bernama Monica itu yang terduduk santai di sofa singel.
“Aku sudah mengirim beberapa bandit ke Sisilia. Sisanya aku tak tahu harus melakukan apa lagi. Pertahanan Almo Da Costa sangat sulit dan itu membuatku geram."
Mendengar ocehan ayahnya, Monic menyeringai tak percaya. Di satu sisi, dia bekerjasama dengan bisnis Sergio, di sisi lainnya ayahnya ingin membangun casino di Sisilia wilayah Da Costa.
“Ayah tidak bisa melakukan dengan kekerasan! Almo sangat ambisius dan angkuh, dia hanya perlu sentuhan untuk membujuknya!" Ucap Monic membuat ayahnya menatap ke arahnya dengan senyuman licik.
“Aku tahu cara bernegosiasi dengan baik dan benar! Serahkan saja kepadaku!" kata Monic seraya meneguk segelas wine dengan anggun.
...***...
“Apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Luna dengan nada malas, saat kini mereka berada di luar rumah sakit. Lebih tepatnya berada di dekat mobil Almo terparkir.
“Kenapa kau membawanya keluar?" tanya Almo heran ketika dia melihat Luna malah masih menggendong Cassie.
“Masih tersisa 8 menit untuk bersamanya, apa kau lupa Tuan Almo.” Ucap Luna sedikit sinis.
Sungguh! Dia sudah benar-benar memancing amarah terpendam Almo Da Costa hingga pria itu hanya bisa menatapnya seraya menggerakkan lidahnya dari dalam mulutnya.
“Jangan memancing amarahku, Luna Diaz— ” ucap Almo yang menatapnya dekat jarak tubuh yang dekat.
“Aku tidak memancing mu, aku hanya memenuhi apa yang kau perintahkan." Balas Luna membuat Almo mengangguk-anggukkan kepalanya pelan.
Darr!
Tiba-tiba sebuah tembakan hampir saja mengenai kepala Luna sampai Almo dengan cepat memegangi kepala wanita itu dan membuatnya tertunduk lebih cepat.
Tentu, mereka terkejut mendapati serangan mendadak dari musuh. Bahkan Enzo dan yang lain langsung keluar membalas serangan orang-orang tadi dengan berhati-hati akan keberadaan polisi.
“Anda bisa pergi sekarang Tuan Almo. Kami akan mencegah mereka." Ucap Enzo.
“Aku mempercayakan mu, berhati-hatilah." Balas pria itu segera menarik Luna dan menyuruhnya masuk ke dalam mobil bersama Cassie.
monic kesel pakai bingiittt 😀😁😆
monic pastinya kecewa krn ada gangguan ketika menggoda Almo 😀😁🫢🤭
kita lht reaksi monic ketika melihat luna Diaz 🙂😁🫢🤭
tunjukan luna bahwa km adalah istri sah Almo 😀😁😆🤣🫢🫢
Resiko hidup sama mafia, spot jantung