Aura tiba-tiba harus menikah dengan laki-laki yang selama ini dia cintai dalam diam. Namun sayangnya pernikahan itu hanya dianggap sebagai ajang pembalasan dendam oleh Arga lelaki yang terpaksa menjadikan Aura sebagai pengantin pengganti, karena kepergian Sheila calon istrinya sekaligus sahabat Aura yang memilih pergi bersama cinta pertamanya dan meninggalkan Arga tepat dihari pernikahannya, sehingga Arga terpaksa memilih Aura untuk menggantikannya.
Penasaran dengan ceritanya langsung aja kita baca ...
Yuk ramaikan....
Update setiap hari...
Sebelum lanjut membaca jangan lupa follow, subscribe, like, gift ,vote and komen ya...
Buat yang sudah baca , lanjut terus. Jangan nunggu tamat dulu baru lanjut, dan buat yang belum ayo buruan merapat dan langsung aja ke cerita nya, bacanya yang beruntun ya, jangan loncat atau skip bab....
Selamat membaca ....
Semoga kalian suka dengan cerita nya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Aura masih berdiri di tempat , di tengah ruangan besar dan luas yang membuat dirinya menjadi pusat perhatian , dia tidak berani menatap wajah dingin suaminya yang masih melihat ke arahnya. Sehingga ia memilih untuk menundukkan kepalanya sambil terus menggenggam kuat ponsel yang ada di tangannya.
Beberapa menit berlalu, Arga pun menutup laptop lalu menyandarkan punggung pada kursi yang ditempatinya. matanya terpejam dengan kepala menengadah , tanpa menatap Aura dia bersuara memberikan jawaban.
"Jalan kan tugasmu dengan baik! bersikaplah profesional saat bekerja, kecuali jika Aku memanggilmu untuk datang ke ruanganku!"
"Batasan antara urusan pribadi kita dan urusan pekerjaan adalah pintu ruang kerjaku . Kamu harus ingat itu!"
ketika itu pun wajah Aura berubah menjadi cerah dan dihiasi senyuman yang merekah begitu saja setelah mendapatkan izin dari suaminya untuk tetap bekerja. Dia lupa sejenak dengan status dan batasannya, spontan dia bergerak maju dan berhenti di depan meja.
"Terima kasih, Mas!"
Mendengar suara yang cukup jelas dan dekat dengannya, Arga pun membuka mata dan melihat keberadaan Aura di hadapannya. Perempuan itu masih menampilkan senyuman yang membuat dia justru teringat dengan senyuman seseorang yang selama ini selalu menemani hari-harinya.
Seketika itu pun rasa benci yang menguasai diri Arga, teringat akan penghianatan yang nyaris membuatnya hancur. Wajah lelaki itu pun berubah merah padam dengan sorot mata yang tajam dan tertuju lurus pada Aura.
"Hilang kan senyuman itu dari wajahmu!"
Aura yang mendengar ucapan Arga pun bergetar dengan raut wajah tegang yang menakutkan, Aura langsung memasang muka datar dengan panik, lalu menunduk lagi , akan tetapi, lelaki itu terlanjur terpancing emosi sehingga menginginkan sesuatu sebagai pelampiasan perasaan yang bergejolak.
"Kemari!"
Sesaat kemudian , apa yang tidak berterduga telah terjadi begitu saja . Aura hanya bisa pasrah dan menuruti kemauan suaminya yang tidak bisa dihindarinya. Apa yang terjadi semalam kembali terulang di kamar mereka yang masih baru.
Sementara itu keluarga Arga masih berada di perusahaan dan bercengkrama usaha sarapan . Suasana masih sedikit tegang mengingat sebelumnya memang terjadi pertengkaran antara kakak beradik yang tidak pernah akur tersebut.
"Apa benar kamu menyukai Aura, Reza?"
Mendengar pertanyaan Ibunya, Reza pun yang sudah lebih tenang meski pikirannya terus tertuju pada wanita yang dicintainya itu tidak langsung menjawabnya. Meskipun tidak ada gunanya lagi menyembunyikan hal itu, dia masih merasa sungkan untuk mengakui secara terus terang.
Apalagi, selama ini dia mengira tidak ada yang mengetahui perasaan terpendamnya itu pada salah satu karyawan kakaknya tersebut. pernyataan Arga tadi membuat dirinya merasa malu , terlebih kakaknya mengatakannya dihadapan Aura. Entah apa yang ada di dalam pikiran Aura saat itu. Mungkin wanita itu akan membencinya dan tidak mau mengenalnya lagi.
"Reza!" Dimas tidak suka jika ada anak-anaknya mengabaikan ucapan Ibunya dan tetap diam tanpa memberikan tanggapan.
Mendengar suara Ayah nya yang menjadi sebuah peringatan baginya, akhirnya Reza pun mengalah dan menepis rasa malu dan tidak nyaman yang masih dirasakannya itu. Dia menganggukkan kepalanya tanpa menoleh ke arah Ayah dan Ibunya.
"Sejak kapan kamu menyukai nya?" suara lembut Ibunya membuat putra nya kembali menjawab. Masih tanpa menatap Ibu nya.
"Sejak pertama aku melihatnya , di sini, di perusahaan ini, 2 tahun yang lalu."
Terlanjur Reza harus terbuka dan menceritakan semuanya dengan jujur, toh, pengakuannya juga tidak akan mengubah kenyataan bahwa Aura sudah menjadi istri orang yang tak lain adalah kakaknya sendiri tidak.
Nandini menghela nafas panjang sembari menatap suaminya yang sudah lebih dulu mengalihkan pandangan ke arahnya. Mereka sama-sama diam sejenak sampai Dimas bersuara lebih dulu.
"Jika kamu benar-benar mencintai Aura. Mengapa kamu tidak mengejarnya dan memintanya untuk menjadi istrimu? Mengapa kamu hanya diam dan menyembunyikan perasaanmu itu? Mengapa kamu justru pergi jauh untuk mengejar karirmu?"
"Wanita seperti Aura tidak akan mudah didapatkan kecuali dengan tindakan paksa." Reza menyinggung apa yang dilakukan Arga meski lelaki itu tidak ada bersama mereka.
"Selama ini aku sedang berjuang dengan caraku sendiri agar terlihat baik di mata Tuhan sebelum dilihat dan dinilai baik oleh makhluk ciptaanNya. Aku berusaha memantaskan diriku lebih dulu kau masih belum berani mengutarakan niat baik untuk meminang Aura."
"Namun rupanya Tuhan berkehendak lain , Dia ingin menguji keimananku dengan caranya. disaat aku merasa siap dan memiliki bekal yang cukup untuk berani melamar Aura. Dia sudah lebih dulu menjodohkan wanita yang kucintai dengan orang terdekatku sendiri."
"Aku rasa, Tuhan ingin mengetahui sejauh mana kadar keimananku saat ini, apakah hanya karena ingin memiliki salah satu makhlukNya, atau semata ingin meningkatkan ketakwaanku dengan atau tanpa mendapatkan Aura."
Reza pun mengusap wajahnya dengan telapak tangannya sembari menghembuskan nafas panjang . Merasa lega karena sudah mengakui semuanya dihadapan orang tuanya walaupun kenyataan yang dihadapinya tidak seindah harapan yang dilangitkan nya selama ini.
"Aku ikhlas bila Tuhan menjodohkan wanita yang kucintai selama ini dengan laki-laki lain siapapun itu , akan tetapi aku tidak rela dan tidak akan tinggal diam jika dia hanya dijadikan sebagai tempat pelarian dan pelampiasan saja ، tanpa rasa hormat dan menghargai dirinya dengan cara yang mulia!"
Di tempat lain Arga tidak berlama-lama menikmati masa awal pernikahan yang seharusnya menjadi masa bulan madu seperti yang sudah direncanakan nya jauh jauh hari . Karena kepergian Sheila dan pernikahan nya dengan Aura dia membatalkan semuanya dan memutuskan untuk kembali bekerja lebih cepat.
Setelah pindah ke rumah baru yang awal nya akan dijadikan sebagai hadiah kejutan untuk Sheila.
Beberapa hari kemudian Arga dan Aura sudah kembali bekerja dan menjalani aktivitas masing-masing di ruangan dan tempat kerja yang berbeda.
Selama ini kedua nya memang bekerja di perusahaan yang sama karena perusahaan yang dijadikan sebagai lokasi pernikahan mereka adalah perusahaan pertama yang dibangun oleh Arga tanpa menyertakan nama besar sang ayah yang masih mengelola beberapa bisnis rupa. Dia memilih untuk berdiri tegak dengan karir dan namanya sendiri.
Sebenar nya, keluarga mereka juga memiliki gedung perusahaan sendiri , akan tetapi harga lebih memilih berkantor di perusahaan tersebut . Dimas tidak bisa memaksa putranya apalagi beliau yang mewariskan sikap keras kepala dan ketegasan yang kini mendarah daging pada diri putra nya itu.
Berbeda dengan Reza yang lebih mudah di atur dan di arah kan , meskipun lelaki yang perangai nya lebih tenang seperti Ibu nya itu tetap memilih untuk hidup mandiri tanpa membawa nama besar keluarga nya. Sama seperti harga Adik nya juga merintis usaha dengan nama depan nya sendiri.
************