Celsi harus menjalankan misi yang mengharuskannya berhadapan dengan pria berhati iblis—gelap seperti malam dan dingin bak es. Namun, semakin jauh langkahnya, ia terseret dalam pusaran dilema antara sang protagonis yang menarik perhatian dan sang antagonis yang selalu bermain cantik dalam kepalsuan. Terjebak dalam permainan yang berbahaya, Celsi mulai kehilangan kendali atas pilihannya, dan kenyataan semakin buram di tengah kebohongan dan hasrat tersembunyi
#rekomendasi viral
#kamu adalah milikku!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwika Suci Tifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WHAT
Celsi kembali mengarahkan pandangannya ke arah di mana sistem berada, namun nihil, tidak ada siapa-siapa lagi yang ada, hanya Celsi seorang di ruangan besar nan gelap tanpa penerangan, kecuali lampu kecil tepat di atas Celsi.
Celsi menghela napas panjang lalu mengambil selimut yang telah berada di lantai dengan keadaan mengenaskan. Selimut itu sedikit robek, namun masih bisa dipakai. Celsi menyelimuti badannya, seketika ruangan terasa sangat dingin, bahkan badan Celsi sudah kedinginan.
"Xaviar, anjing..."
"Dah lah, lebih baik gue tidur dulu."
Setelah itu, Celsi menyelimuti seluruh badannya dan tertidur akibat kelelahan batin dan juga pikiran.
Xaviar, yang melihat di layar handphone, mengangkat satu alisnya. Ini tidak sesuai ekspektasi; seharusnya Celsi sedih akan kepergian orang tuanya dan keluarganya yang lain, namun ini nihil, tidak ada sedikit pun raut kesedihan yang ada, hanya raut marah dan kesal.
Xaviar tersenyum sinis, dengan tajam menatap handphone, lalu mengaktifkan pendingin agar Celsi tersiksa.
Setelah itu, ia menyimpan handphone di saku tanpa melihat reaksi Celsi. Ada yang lebih menarik daripada itu, yaitu mangsanya yang kini berada di depannya. Keadaan mangsanya tidak bisa dikatakan baik; dia adalah musuh dari pengkhianat perusahaan, dan seluruh keluarganya serta keturunannya kini berada di penjara, menyaksikan kematian satu per satu keluarganya.
Xaviar akan menghabiskan seluruh nyawa hingga ke akar-akarnya agar tidak ada lagi sampah yang mengganggu kehidupannya, baik itu dendam ataupun yang lainnya.
Akhirnya, tersisa wanita pengkhianat yang telah menyaksikan kekejaman Xaviar sejak tadi.
Lihat saja, tubuh wanita itu sudah bergetar ketakutan dengan air mata yang turun deras.
Xaviar berjalan menuju tempat wanita pengkhianat itu, yang kini tubuhnya sudah bergetar hebat.
"How are you?" tanya Xaviar.
Xaviar mengangkat tangan kekarnya, lalu mengelus pipi yang dipenuhi bedak itu dengan kasar, menancapkan kukunya ke pipi pengkhianat itu tanpa perasaan.
"Ah... s-sir..."
"Ampun, tuan. Saya tidak akan melakukannya lagi."
Xaviar tambah menancapkan kukunya ke pipi yang kini telah mengeluarkan darah, mengalir ke jari-jari tangan Xaviar yang panjang dan indah.
"Ah..."
"Poor thing," ejek Xaviar setelah itu menampar pipi wanita itu dengan keras.
Xaviar mengambil tissue yang diberikan bawahannya dan melapnya, terkesan menggoda. Bahkan wanita yang baru saja disiksa nya menatap terpesona kepada Xaviar.
Xaviar melemparkan belati yang berada di sakunya tepat di kedua mata wanita itu.
"Ah..."
Teriak wanita itu kesakitan, berusaha melepaskan belati itu dari kedua matanya dengan tangan yang bergetar.
Xaviar menonton pertunjukan itu sambil meminum wine-nya. Setelah pertunjukan selesai, wanita itu akhirnya bisa melepaskan belati itu dari kedua matanya, namun kedua matanya ikut keluar—sungguh pertunjukan yang luar biasa.
Dering handphone berbunyi saat ingin bermain-main dengan wanita pengkhianat itu.
"What..."
".............."
"HM."
Setelah percakapan panjang dari si penelepon, walaupun dibalas singkat, Xaviar tidak membuat malam menjadi pagi.
Xaviar menatap tajam mangsanya dengan suara basahnya yang mampu membuat setiap orang yang mendengar bergidik ngeri.
"Nyalakan pemanas dan jangan ada yang membuka pintu ini. Biarkan wanita ini mati bersama mayat-mayat seluruh keluarganya," perintah Xaviar, lalu pergi dari penjara itu.
Setelah itu, bawahannya melakukan tugas yang diberikan oleh Xaviar.
Xaviar menjalankan mobilnya menuju mansion.
Setelah sampai, Xaviar turun dari mobil menuju mansion dengan langkah mendominasi dan penuh perhitungan.
"Tuk..."
"Tuk..."
"Tuk..."
Setiap langkah yang dikeluarkan Xaviar dapat membuat seluruh orang bergetar ketakutan.
Xaviar kembali melihat layar handphonenya yang menampilkan Celsi yang tertidur nyenyak.
...
Pagi pun tiba, burung-burung berkicau dengan sinar matahari yang indah, membuat siapapun akan terbangun dari tidurnya untuk melakukan aktivitas seperti biasa.
Namun bukan di ruangan serba hitam ini, yang tidak bisa merasakan ataupun melihat sinar matahari.
Celsi masih tertidur nyenyak dengan selimut yang masih menutup keseluruhan tubuhnya.
Hingga tidurnya terganggu oleh cahaya yang sangat terang.
Celsi membuka matanya, lalu terduduk dari tidurnya, menatap sekelilingnya yang kini dipenuhi oleh cahaya lampu di setiap sudut ruangan. Sungguh sakit sekali mata Celsi melihat cahaya yang terlalu terang.
Celsi mendengar suara langkah yang semakin dekat, namun ia tidak sanggup untuk membuka matanya.
"Open," perintah Xaviar.
Celsi menggelengkan kepalanya.
Xaviar menekan dagu Celsi dengan kuat.
"Open," perintah Xaviar lagi, semakin menekan kuat dagu Celsi.
"Ah...."
Rintih Celsi, lalu membuka matanya menatap Xaviar yang kini juga menatapnya.
Berbeda dari hari sebelumnya, kini Celsi menatap Xaviar dengan berani.
"Gue tahu Lo cuma mau balas dendam sama keluarga gue, lalu membuat gue juga merasakan apa yang Lo rasakan selama ini, kan? Poor thing," ucap Celsi dengan berani.
Xaviar tambah menekan kuat dagu Celsi, menatap tajam dengan aura mengintimidasi.
"So what?"
Xaviar menaikkan alisnya, lalu melepaskan cengkeramannya.
"Harusnya Lo cari tahu lebih dalam kenapa ayah gue membunuh keluarga Lo," ucap Celsi yang berusaha mempengaruhi Xaviar.
Di dalam cerita, dikatakan bahwa keluarga Kiehl memiliki niat membunuh keluarga Xaviar, namun membiarkan anak-anak hidup, tetapi sampai sekarang niatnya masih sebuah misteri.
"So?" ucap Xaviar, menatap tajam Celsi.
"Nah, itu masih misteri. Tapi menurut gue pasti ada sesuatunya, nggak mungkin lah melakukan pembunuhan tanpa ada alasannya," ujar Celsi sambil menepuk dada bidang Xaviar.
Celsi menumpang kedua dagunya dengan kedua tangannya, menduga-duga dan mengingat-ingat lebih dalam apa yang tertulis di novel Black Love itu.
Xaviar menatap datar Celsi yang sangat santai.
Xaviar tidak peduli apapun; intinya adalah balas dendam.
Celsi kembali mengingat-ingat apa yang terjadi di bab 2, namun bab 1 saja sudah berbeda dari cerita. Seharusnya keluarganya yang meninggal, namun ini seluruh keluarganya bahkan sampai keturunannya juga ikut meninggal, menyiksa Celsi seorang yang masih bertahan hidup.
Di bab 2, kalau tidak salah, pemeran utama wanitanya disuruh membersihkan seluruh mansion, namun pemeran utama wanitanya tidak dapat menyelesaikan tugasnya, sehingga diperkosa dengan kejam. Celsi membelalakkan matanya saat mengingat kejadian di bab 2 itu.
Celsi menjadi gelisah, soalnya bisa dihitung jari saat-saat Celsi membantu mamanya membereskan rumahnya. Selebihnya waktunya dihabiskan di kamar dengan membaca novel dan dan juga menghayal di kelilingi cogan.
Celsi memutar otaknya cara apa agar bab 2 ini tidak terjadi.
Xaviar yang sejak tadi memperhatikan mimik wajah Celsi yang terus berubah hingga akhirnya bosan.
" Berdiri "
Celsi kembali ke alam sadar saat mendengar suara serak nan seksual itu.
Celsi langsung berdiri lalu tepat berada disampingnya.
"Se.."
Celsi lebih dulu memotong pembicaraan Xaviar.
" Lo pasti lelah semalaman bergadang kan, sini gue pijitin "
Celsi berjinjit lalu memijit bahu kekar Xaviar yang keras itu.
Lagi dan lagi Celsi di tipu kerena novel - novel sialan yang selama ini Celsi baca semenjak berumur 16 tahun. Nggak ada tuh menahan nafas saat jarak dekat dengan seorang pria adanya grogi dan takut yang menguasai dirinya.
Xaviar menatap tajam Celsi yang berani menyentuhnya.
Xaviar memegang kedua tangan Celsi lalu menghempaskan ya keranjang.
Menindih Celsi dan meletakkan kedua tangan Celsi di atas, Xaviar melepaskan dasinya hingga memperlihatkan dada bidang Xaviar walaupun tidak terlalu nampak. Mengingat kedua tangan Celsi mengunakan dasi.
Sedangkan Celsi sejak tadi sudah was - was, ditambah tubuhnya kini ditindih tidak lagi bisa bergerak dengan bebas.
Celsi kembali mengingat - ingat hal apa yang penting bagi Xaviar agar bisa terlepas dari cengkraman Xaviar.
Coba saja kalau bukan tubuh Celsi, sudah Celsi biarkan saja jika keperawatannya hilang, namun ini tubuhnya asli .
" Kalau Lo lepas gue, gue akan bantu Lo untuk menguasai dunia gimana ?, Itu kan impian Lo sejak dulu " ujar Celsi kembali menegosiasi.
Itu sudah dijelaskan di dalam novel Balck love yang mengatakan jika Xaviar memimpikan menjadi penguasa dunia namun impiannya tidak bisa dicapai karena penghianatan orang - orang terdekatnya sehingga membuat Xaviar menjadi buronan dan akhirnya pemeran utama wanita yang bersama Xaviar menjadi pelepasan amarah dari seorang Xaviar.
' Nggak papakan nya kalau menjadi penghianat negara yang pentingkan ini cuma dunia novel bukan asli ' batin Celsi.
Xaviar kembali di kagetkan dengan perkataan Celsi yang tidak ada satupun orang yang mengetahuinya selain Xaviar seorang.
Hal itu membuat Xaviar tambah tertarik terhadap mainannya ini.
Xaviar mengeluarkan tangannya, menyentuh tulang pipi Celsi dengan kuat hingga bibirnya kini sudah mirip seperti ikan koi.
" Nggak butuh "
Tangan kekar Xaviar terangkat menyentuh dan mengelus pipi Celsi menjalar ke bibir tipis yang bewarna pink, namun tidak ada ekspresi diwajahnya.
' Dasar batu, jadi buronan baru tau rasa ' batin Celsi yang terus mengumpat.
" Lo harus tau, gue adalah peri yang jatuh dari kayangan dan gue tau apa yang akan terjadi di hidup Lo kedepannya dan tadi gue kasih contoh, gue tau impian masa kecil Lo yang tidak diketahui orang - orang dan tugas gue di bumi ini untuk membuat Lo menjadi manusia normal yang memiliki hati, soalnya sudah diperhitungkan kalau Lo meninggal hati Lo masih batu maka bumi tidak akan menerima Lo bahkan surga neraka tidak juga menerima Lo " ucap Celsi ngawur.
" Oh..."
Jawaban santai dari Xaviar mampu membuat Celsi menahan kekesalannya.
Celsi menggertakkan giginya menahan amarahnya yang ingin keluar.
Padahal tadi Celsi sudah merangkai kata dalam benaknya namun jawaban yang diberikan tidak lebih dari dua suku kata.
" Lo percaya yes or no " tanya Celsi yang masih menahan kekesalan dengan memberikan senyum terbaiknya.
Namun Xaviar dapat melihat senyum itu hanya kepalsuan dan sejak tadi Xaviar menikmati mimik wajah dari Celsi.
Hingga akhirnya perkataan melantur dari Celsi membuat Xaviar tersenyum tipis namun tidak disadari Celsi walaupun jaraknya sudah sangat dekat bahkan hembusan nafas menggelitik pipi.
" Buktikan dengan cara keluar dari kamar ini, gue tunggu selama semalam dan kalau Lo berhasil gue tidak akan mengurung Lo namun kalau Lo tidak bisa lepas maka Lo jadi jalang gue " ucap Xaviar setelah itu beranjak dari ranjang meninggalkan kedua tangan Celsi yang masih terikat.
" Woy setan tunggu dulu jangan main pergi nih tangan gue masih terikat " teriak Celsi namun tidak dihiraukan Xaviar.
Sebelum menutup pintu Xaviar menatap Celsi yang seperti cacing kepanasan yang berusaha melepaskan diri.
" Heh...katanya peri masa melepaskan diri dari ikatan itu aja nggak bisa " ejek Xaviar setelah itu barulah menutup pintunya dengan kasar.
" Brak..."
" Xaviar anjing, babi , syetan, gigolo, laknat, sialan, batu, fuck you " umpat Celsi mengeluarkan semua umpatan yang Celsi tau.
" Woy system sialan " panggil Celsi tidak lagi memedulikan CCTV yang dipantau Xaviar. Itu urusan belakangan.
" Iya tuan ada apa ?"
Celsi mencari - ceri keberadaan system sialan itu namun tidak terlihat sedikitpun batang hidungnya.
" Lepaskan ikatan gue " pinta Celsi walaupun tidak tau dimana system laknat itu berada yang membuat Celsi harus mendapatkan masalah ini.
Setelah merasa ikatannya terlepas, Celsi memegang kedua pergelangan tangannya yang sudah memerah dan sedikit membiru.
" System sialan bawa gue ke Amerika "
" Nggak bisa tuan "
" Lah kenapa nggak bisa Lo aja menghilang bisa "
" Saya tidak menghilang tuan , tapi saya hanya tidak terlihat. Selama ini saya berada di samping tuan "
" Terus kenapa Lo nggak bantu gue tadi "
" Atasan saya hanya menyuruh saya menemani tuan "
" Ok Lo kan sama - sama dari listrik dan logam, nah sekarang Lo buka pintu kamar itu bisa nggak " tanya Celsi lagi.
" Bisa tuan "
Celsi berbinar lalu dengan cepat berlari kearah pintu yang bewarna hitam.
Setelah berada tepat didepan pintu Celsi kembali berkata.
" Ayok buka "
" Baik tuan "
Setelah menunggu selama satu menit akhirnya pintu yang bewarna hitam itu terbuka dengan cepat Celsi berlari kearah tangga itu soalnya tangga itulah satu - satunya jalan selainnya hanya tembok.
Celsi kembali dihadapkan dengan pintu yang bewarna hitam.
" System buka lagi " pinta Celsi lagi.
" Baik tuan "
Setelah menunggu selama satu menit akhirnya pintu kembali terbuka.
Celsi memegang kenop pintu lalu kembali berjalan dan ....
" hap..."
" Aw..."
Celsi membentur dada bidang seseorang.
Celsi membuka matanya terkejut saat melihat Xaviar tepat berada didepannya dengan tatapan tajamnya.
" Lihat gue bisa keluar, So Lo lepasin gue "
Celsi berkacak pinggang dengan senyum kemenangan.