Pernikahan Terpaksa

...***************...

Alwi baru saja pulang dari tugasnya di luar pulau. Saat ini Alwi sudah berada di rumah. Alwi pun bertanya kepada istrinya tentang keberadaan Yura.

"Ibu.... Yura mana?"

"Ada pak, di kamarnya." Jawab Lili yang saat ini sedang berdiskusi dengan wedding organizer.

Alwi pun bergegas menuju kamar Yura. Dari kemarin perasaannya tidak enak mengenai putrinya tersebut. Oleh sebab itu, begitu sampai di rumah Alwi langsung mencari Yura.

Tok...tok...tok...

"Yura sayang, ini bapak. Bapak sudah pulang." Panggil Alwi sambil mengetuk pintu kamar putrinya.

Namun hasilnya nihil, tidak ada jawaban dari kamar Yura.

Alwi pun berinisiatif untuk mengambil kunci cadangan di kamarnya. Setelah Alwi mengambil kunci cadangan kamar Yura, Alwi segera membuka pintu kamar Yura.

Alangkah terkejutnya Alwi saat masuk ke dalam kamar Yura. Suasana kamar Yura gelap gulita, sunyi, senyap, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Alwi pun segera menghidupkan lampu kamar Yura. Dilihatnya seseorang yang sedang berbaring di atas ranjang Yura dan menutup tubuhnya dengan selimut tebal. Alwi segera menghampiri Yura.

"Sayang kenapa belum bangun? Hari sudah siang." Tanya Alwi bingung, karena setau nya Yura tidak pernah bangun kesiangan.

Namun tidak ada jawaban dari balik selimut.

Alwi pun merasa curiga, dan tidak mau membuang waktunya, iya langsung menyibak selimut Yura.

Betapa terkejutnya Alwi saat yang didapati bukan putrinya melainkan boneka kesayangan Yura dan bantal guling.

Alwi langsung bergegas keluar kamar Yura dan memanggil istrinya.

"Ibu... Bu..." Panggil Alwi teriak-teriak.

"Iya Pak, ada apa?" Lilin langsung menghampiri suaminya.

Bukannya menjawab pertanyaan dari Lili, Alwi justru menelpon anak buahnya.

"Segera menyebar, cari putriku sampai dapat. Cepat kabari saya setelah tahu keberadaan putri saya dimana. Bila perlu minta bantuan kepada polisi di Pekanbaru. Saya yakin putri saya pasti menjumpai Hamdan." Perintah Alwi tidak boleh dibantah.

"Siap komandan, laksanakan." Ucap anak buah Alwi dengan tegas.

Mendapat perintah dari atasannya, anak buah Alwi langsung menyebar dan minta bantuan kepada anggota kepolisian di Pekanbaru, seperti perintah atasannya.

Mendengar pembicaraan suaminya dengan anak buahnya, Lily merasa terkejut.

"Ya Allah.... Apa yang terjadi pada putriku?" Batin Lili bertanya-tanya.

Lili sadar bahwa beberapa hari ini dia jarang memperhatikan putrinya, karena dia sibuk mengurus persiapan pernikahan Yura dan Rio. Mungkin kesibukan Lili inilah yang memberikan kesempatan Yura untuk bisa kabur dari rumah.

Lily yang merasa bersalah pun tanpa terasa meneteskan air matanya. Lili tidak habis pikir kenapa putrinya berulang kali mencoba untuk kabur.

Lili tahu sejak awal putrinya tidak menerima perjodohan ini, tetapi bukan seperti ini caranya. Karena walau bagaimanapun Yura itu anak perempuan.

Melihat istrinya menangis dalam diam, Alwi langsung merengkuh istrinya masuk kedalam pelukannya, mencoba menyalurkan energi positif yang bisa memberi ketenangan kepada Lili.

"Sudah Ibu tidak perlu khawatir, Bapak sudah menugaskan anak buah Bapak dan meminta bantuan kepada polisi yang berada di Pekanbaru untuk mencari anak kita Yura." Ucap Alwi sambil mengelus punggung istrinya.

"Tapi tetap saja ibu yang bersalah Pak, karena sudah lalai menjaga Putri kita." Sesal Lili.

"Sudahlah Bu, semua sudah terjadi. Kita do'akan saja semoga anak kita baik-baik saja." Alwi mencoba memberi pengertian kepada istrinya.

Lili hanya menganggukkan kepalanya saja.

Sementara di tempat lain, polisi sudah menyebar di mana-mana, ada yang menjaga di perbatasan Sumbar-Riau, di pelabuhan, tempat rekreasi, tempat umum dan lain-lain.

Tapi sayangnya, saat ini polisi belum menemukan tanda-tanda keberadaan Yura.

Polisi terus saja berusaha mencari Yura sampai ketemu.

Di dalam sebuah taksi, tampak sepasang kekasih yang sedang khawatir. Sebab saat ini di pelabuhan sungai duku ternyata sedang banyak polisi.

"Bagaimana ini bg?" Khawatir Yura.

"Sudah, adek tenang saja. Kita hadapi sama-sama. Apapun yang terjadi kedepannya, hati ini hanya untuk adek." Ucap Hamdan tulus.

"Pakai ini dek." Pinta Hamdan sambil menyodorkan masker untuk Yura.

"Terimakasih Abang." Ucap Yura, sambil memasang masker pemberian Hamdan.

Setelah memakai masker, keduanya turun dari taksi dan tidak lupa Hamdan memberikan tips kepada supir taksi. Yura memegang erat tangan Hamdan saat melewati kerumunan polisi.

Dirasa aman, mereka langsung bergegas menuju kapal keberangkatan ke Singapore.

Tanpa mereka sadari, ternyata ada yang memperhatikan gerak-gerik mereka.

Setibanya di kapal, Yura dan Hamdan di hadang oleh 3 orang polisi.

"Selamat siang Pak," ucap polisi sambil memberikan tanda hormat.

"Siang," jawab Hamdan sesantai mungkin agar tidak dicurigai oleh pihak polisi yang menghadangnya.

"Boleh di buka maskernya Pak." Pinta polisi yang ingin memastikan dugaannya.

"Maaf Pak, saya dan istri saya sedang batuk." Tolak Hamdan yang tidak ingin penyamaran nya diketahui oleh pak polisi.

Uhukkk... Uhukkkk...

Tiba-tiba Yura batuk untuk meyakinkan para polisi, bahwa pernyataan Hamdan benar adanya.

Tapi tetap saja, polisi tidak percaya begitu saja. Dan tetap memaksa Hamdan dan Yura untuk membuka maskernya.

Tiba-tiba, krekkkk....

Seorang polisi membuka paksa masker Yura. Kini terlihat lah wajah anak dari komandan nya itu dengan jelas.

Hamdan dan Yura tidak bisa mengelak lagi. Penyamarannya kali ini terbongkar sudah.

"Ayo nona Yura, ikut kami. Bapak anda sedang mencari-cari anda." Ajak seorang polisi yang langsung menarik tangan Yura.

"Tidak mau, lepaskan tangan saya. Lancang sekali kamu memegang tangan saya." Marah Yura, sambil mencoba melepaskan cekalan dari polisi itu.

Namun tetap saja, tenaga Yura tak sebanding dengan tenaga lelaki apalagi seorang polisi yang selalu berlatih fisik. Tentu saja, sekuat apapun Yura ingin melepaskan tangannya, itu tidak akan bisa.

Hamdan yang melihat wanita kesayangan nya diperlakukan seperti itu, sungguh tidak terima dan membantu Yura untuk melepaskan tangannya dari polisi tersebut.

"Lepaskan tangan kekasih saya, tidak perlu pakai kekerasan jika ingin membawa Yura." Kesal Hamdan.

"Anda jangan ikut campur, anda bisa saja kami masukkan kedalam penjara dengan kasus penculikan." Ancam polisi dengan senyum smirk nya.

"Persetan dengan penjara, yang jelas jangan sakiti Yura, lepaskan tangannya." Bentak Hamdan, yang tidak peduli bahwa orang yang dihadapinya saat ini adalah seorang polisi.

Polisi tersebut langsung melepaskan cekalan nya, lalu memborgol tangan Yura agar tidak bisa lari kemana-mana.

Sementara kawanan polisi yang lain menghubungi Alwi, untuk memberitahu komandan nya bahwa putrinya sudah di temukan di pelabuhan sungai duku.

"Syukurlah jika putri ku sudah ditemukan." Ucap Alwi diseberang telpon.

"Segera bawa putri ku ke Bukittinggi saat ini juga." Titah Alwi pada anak buahnya.

"Siap komandan." Jawab anak buah Alwi.

Mau tidak mau, Yura dan Hamdan akhirnya terpisah kembali.

Bagaimana kelanjutan kisah cinta Yura dan Hamdan???

Stay tune terus yaaa 🤗🤗🤗

Jangan lupa ya pembaca setia yang saya cintai, untuk meninggalkan jejak komentarnya, like, subscribe, vote, serta tolong membacanya jangan di skip yaa… 🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Terimakasih banyak atas dukungan pembaca dan teman-teman selama ini, dan mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penulisan, kesamaan nama tokoh, tempat dan latar. ❤️❤️❤️

...***************...