NovelToon NovelToon
Hai Bos!

Hai Bos!

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Diam-Diam Cinta
Popularitas:280.7k
Nilai: 4.9
Nama Author: Rahma AR

Laura Charita tidak tau kalo laki laki mabok yang akan melecehkannya adalah bos di tempat dia baru diterima kerja.

Laura bahkan senpat memukul aset laki laki itu walau agak meleset dan menghantamkan vas bunga ke kepalanya hingga dia pingsan.

Ini cerita Erland Alexander, ya, anak dari Rihana dan Alexander Monoarfa. Juga ada cucu cucu Airlangga Wisesa lainnya

Semoga suka....♡♡

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Takut part dua

Sampai sekarang pun jantung Laura ngga bisa tenang. Dia membolak balikkan posisi tidurnya dengan detakan yang masih saja berpacu kencang.

Benaknya dicengkram rasa takut memikirkan nasib laki laki itu. Meninggal dunia atau masih bisa bertahan hidup.

Laki laki mesum itu, dia belum pantas meninggal karena belum bertobat dari perbuatan buruknya.

Apa.dia sering begitu?

Melecehkan perempuan karena dia tampan?

Huuuh, tampan juga ngga guna kalo ngga ada akhlaknya.

Dalam hatinya Laura terus mendebat pikiran pikiran yang selalu saja berseliweran masuk di kepalanya.

Laura ngga tenang. Bahkan hampir gila karena tanpa sadar mengoceh sendiri. Menyesali nasib malangnya. Padahal besok dia sudah harus bekerja di tempat yang baru. Yang dia ngga tau suasana kerjanya seperti apa, bosnya bagaimana, apakah jenis tirani yang suka menindas atau diktator yang suka memberikan banyak perintah.

Laura pun bangun dari tidurnya. Dia pun memgambil ponselnya. Mencari di kotak pencarian, apakah ada orang meninggal di club malam ini.

Tapi jawaban yang dia jumpai adalah tidak ada.

Alisnya mengernyit

Jangan jangan berita ini sengaja ngga dipublish.

Laura menghembuskan nafas kasar.

Ngga tau bagaimana lagi dia harus mencari informasi tentang kabar laki laki mesum itu

*

*

*

"Ada temuan obat perangsang di dalam tubuh Erland. Dosisnya sangat tinggi." Alexander menatap Emir dan Daniel dengan serius.

"Selain lukanya yang cukup parah. Itu penyebab dia belum sadar," tambah Alexander lagi.

Dia sengaja mengajak Emir dan Daniel, berbicara bertiga saja Karena anak anak mereka yang membawa Erland ke rumah sakit

Emir dan Daniel saling tatap.

"Nanti akan aku tanyai Fathir dan Fadel," jawab Emir. Dia belum sempat bertanya apa pun tentang kronologis yang sudah terjadi. Semuanya terlalu mendadak.

Dia dan istrinya yang akan terlelap mendapat panggilan emergensi dari Fadel.

Begitu juga Daniel. Hanya saja firasat Daniel agak ngga enak. Dia tau kadang kadang anaknya suka bertingkah jahil. Tapi ini sudah sangat keterlaluan kalo memang perbuatan Abiyan.

"Aku akan bertanya pada mereka."

Alexander mengangguk dengan perasaan ngga nyaman karena tanpa sengaja sudah menuduh anak ipar dan kakak laki lakinya

"Ngga apa apa. Kami mengerti," sahut Daniel yang diangguki Emir. Daniel sudah ngga sabar untuk menginterogasI putranya.

Dan disinilah mereka sekarang, di taman belakang rumah sakit.

Abiyan menundukkan kepalanya dalam dalam. Sedangkan Fathir dan Fadel tetap tampak tenang.

Melihat itu saja sudah membuat Daniel dan Emir tau siapa pelakunya.

"Maaf, pi. Aku hanya iseng. Ngga nyangka kalo Er yang minum minuman itu."

Daniel langsung menggaruk kepalanya yang ngga gatal. Bingung dia buat jelasin ke papinya, tentang kelakuan cucunya yang sebelas dua belas sama saja dengan papinya.dulu waktu masih muda.

Daniel pernah mendengar cerita kalo dulu papinya dan temannya pernah berbuat begitu juga. Yang jadi korban Om Dewan-kakeknya Erland.

"Kamu harus ngaku sama om Alex. Dia udah curiga."

Abiyan langsung berjengkit saking kagetnya

"Ngga berani," tolaknya penuh rasa takut yang terpancar dari sinar matanya.

"Papi aja," sambungnya lagi.

TUK

Daniel menowel gemas kening putranya.

"Berani berbuat berani harus bertanggung jawab."

Abiyan hanya meringis, ngga mengiyakan.

Emir bersama putra kembarnya tersenyum miring

"Sudah dapat rekaman cctvnya?" Emir mengalihkan topik pembicaraan.

"Sudah, pi," sahut Fathir. Saat itu Fathir langsung meminta rekaman cctv di lorong yang langsung saja diberikan oleh pemilik club yang masih teman papinya.

"Ada tersangkanya?"

"Ada pi, perempuan. Tapi karena remang remang, jadi ngga jelas. Lagian perempuan itu selalu menunduk. Rambut panjangnya menutupi wajahnya," jelas Fadel.

"Cuma perempuan itu saja tersangkanya?" Daniel ikut bertanya.

"Iya." Kali ini Abiyan yang menjawab, dia sudah melihat rekaman cctv club.

Emir menghela.nafas panjang.

"Perempuan itu ngga salah. Dia hanya melindungi dirinya," ujar Emir. Jelas sekali terlihat ponakannya menarik tangan perempuan itu ke dalam kamar, ngga lama kemudian perempuan muda itu keluar dalam keadaan panik.

Tapi kalo keponakannya sampai meninggal, Emir yakin, ke lubang semut pun pasti akan di cari Alexander, buat pertanggungjawaban.

"Berapa dosis yang kamu beri sampai Erland bisa out control begitu?"

Abiyan ngga menjawab saat semua pasang mata tertuju padanya. Niatnya ingin mengerjai Noval, makanya dia menggunakan sampai over.

Karena tau Noval sudah biasa meminumnya, makanya pasti sudah tau cara ngantisipasinya. Setaunya Noval punya obat peredanya juga. Abiyan juga membawa penawarnya, sayangnya dia terlambat.

Kesalahan lainnya dia lengah mengawasi peredaran gelas itu.

Melihat Abiyan diam saja, kembali Daniel mentowel kening putranya cukup keras, sampai putranya menjerit pelan.

"Sakit, Pi."

"Dasar manja. Gitu saja sakit," omel Daniel sambil menggusar rambutnya.

Abiyan ngga menyahut. Dia seolah pasrah menunggu hukuman dari papinya. Asal bukan mengaku dengan Om Alex, dia akan lakukan apa pun yang diminta papinya.

Kalo Nadhira tau, istrinya pasti akan menyalahkannya juga, karena selalu membela sikap Abiyan.

"Oke, papi yang urus kesalahan ini. Tapi kamu harus kerjain kerjaan Erland di kantor. Double sama kerjaan kamu," titah Daniel ngga bisa dibantah.

Abiyan hanya mengangguk tanpa protes. Kalo begini dia bisa lembur tiap hari sampai subuh selama sepupunya belum sembuh.

Ya sudahlah, batinnya lagi lagi pasrah.

Fathir dan Fadel tersenyum miring lagi melihat wajah nelangsa Abiyan.

*

*

*

Hampir saja Laura kesiangan pagi ini.

"Makan dulu," ucap mamanya lembut saat dia menggigit roti bakarnya sambil berjalan.

"Ngga sempat, mam," ucapnya sambil meraih kunci mobil dengan tangan sebelahnya yang sudah membawa tas dan ponsel.

Mamanya tersenyum melihat penampilannya yang tidak menampilkan seorang sekretaris profesional.

"Makanya jangan tidur larut malam."

Mamanya ngga tau aja apa yang membuatnya ngga bisa tidur, keluhnya dalam hati.

Jam tiga pagi dia baru bisa tidur. Berharap kantung matanya ngga terlihat jelas nanti.

Juga berharap mendapatkan bos yang baik hati dan ngga mengurusi penampilan.

"Iya, mam. Pergi dulu, ya." Laura menempelkan pipinya sebelum pergi ke pipi mamanya.

Mamanya tersenyum lebar

"Hati hati."

Kania membuka pintu mobil untuk meletakkan tas kerja dan ponselnya. Kemudian berjalan cepat ke pintu mobil sebelahnya.

Sambil menahan pintu dia melambaikan tangan pada mamanya.

Laura menghembuskan nafasnya sebelum melajukan mobilnya pergi meninggalkan rumah pemberian kakek. Sebentar lagi mamanya pun berangkat kerja ke perusahaan keluarga. Mereka ngga bisa bareng karena arah yang berlawanan.

Teringat kata kata kesal kakeknya saat dia menunjukkan email kalo sudah diterima bekerja di Merapi Steels.

"Kenapa harus melamar kerja di tempat orang? Kamu bisa kerja di perusahaan kita."

Laura hanya diam saja saat itu. Jika saja kakeknya tau alasannya. Atau kakeknya pura pura ngga tau?

"Alisha juga di sana dengan sepupumu yang lain. Akurlah. Kakek sudah tua."

Laura masih diam walau dalam hati memprotes karena ngga terima dianggap sebagai biang masalah.

Terdengar helaan nafas orang tua itu. Berat dan panjang.

"Karena kamu di Merapi Steels, kakek dukung. Tapi kalo kamu ngga betah di sana, kakek sudah punya posisi bagus untuk kamu di sini." Kakeknya meletakkan tangannya di dadanya sendiri, membuat Laura merasa bersalah.

Dia pun memeluk kakeknya dengan dada terasa sesak oleh keharuan. Di saat kakeknya begini, dia merasa jadi cucu yang egois. Padahal kakeknya sangat menyayanginya.

Tapi jika mengingat kata kata pedas yang selalu terlontar dari mulut tantenya, jiwa tertindasnya bangkit untuk menentang dan membuktikan kalo dia bisa tanpa harus bergantung pada kasih sayang kakeknya.

1
Perawati R
ceritanya santai ga nambah beban pikiran😏
martina melati
sang ayah (papa)
martina melati
wow tinggi bingit gajiny
martina melati
aneh.... gk usah dpikirkn denda itu laura ... mau resign bikin aja surat pengunduran diri alasanny tdk cocok jabatan pekerjaan (designer)
martina melati
kirain pintu dbuka dg paksa dan datang nathalia
martina melati
keliatan deh aura cemburu nih
Dewi Lutfi
Luar biasa
martina melati
maka br bertemu sekali... koq bisa tahu kakak iparny judes
martina melati
jangan terkecoh... cari kuasa hukum, tidak ada undang2 karyawan harus mengganti gaji 100x jika resign
martina melati
bisany cuman nyinyirrr...
martina melati
astagaaaa... ini sih bukan fitnah lagi namany, tp memutarbalik fakta
martina melati
sama... dulu wkt msh hidup saya jg lebih dekat dg kakek ktimbang nenek/Pray/
martina melati: skrg kakek dan nenek sdh tiada
total 1 replies
martina melati
apa gk takut dhukum, laura
martina melati
hahaha.../Facepalm/
martina melati
salah satu perancangny, kn ada 3 designny milik laura/Grin/
martina melati
hahaha.... kamu ketahuan...
martina melati
dpotong pendek aja... sbg penyamaran agar tdk dkenaliii/Facepalm/
martina melati
ekspetasi tinggi bingit bro, yg duluan berbuat pelecehan siapa???
martina melati
menurut saya nih... itu bukan tindakan kejahatan, justru mengarah pada bentuk perlawanan dikarenakan tindakan penyelamatan diri dari pelecehan (akibat dicium bibir)
martina melati
ternyt sepupu yg nolonk... kirain bodyguard/Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!