NovelToon NovelToon
Sunday 22.22

Sunday 22.22

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Balas Dendam / Cinta Karena Taruhan
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: sun. flower. fav

Di tengah keindahan Jogja, proyek seni yang seharusnya menggembirakan berubah menjadi teka-teki penuh bahaya. Bersama teman-temanku, aku terjebak dalam misteri yang melibatkan Roats, sosok misterius, dan gadis bergaun indah yang tiba- tiba muncul meminta tolong.
Setiap sudut kota ini menyimpan rahasia, menguji keberanian dan persahabatan kami. Saat ketegangan memuncak dan pesan-pesan tak terjawab, kami harus menemukan jalan keluar dari labirin emosi dan ketegangan yang mengancam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sun. flower. fav, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Banyak berubah

Sejujurnya, saat aku menikmati proses kuliah, aku bahkan lupa punya seorang Eja. Mungkin karena terlalu fokusnya. Tapi memang tidak bisa dipungkiri, Reza Ramadhan bukan orang yang mudah sekali dihilangkan begitu saja. Aneh tapi nyata, dari bayi aku kenal dia, tahu bibit bebet bobotnya, tahu kesukaannya, tahu cara berjalannya, cara bicaranya, cara mengatasi kesedihannya, aku tahu semua hal tentangnya. Jadi, kalau aku sibuk, bisa jadi ingatanku tentang Eja akan hilang, hanya saja tidak akan permanen.

Lepas kurebahkan tubuh ke atas kasur, buru-buru tanganku menyalakan handphone dan mencari yang dimaksud Ibu tadi.

"Mulai dari mana ya?" Bingung dan juga heran. Bingung karena apa yang harus diketik di pencarian, dan heran kenapa Eja bisa masuk ke berita Google. Apa itu berarti dia jadi superstar?

Aku coba ketik nama Reza Ramadhan di pencarian, tapi yang muncul malah beberapa artis terkenal seperti Iqbal Ramadhan, Reza Rahadian, dan nama serupa lainnya. Tidak ada satupun wajahnya Eja terpampang. Apa perlu aku ketik Eja? Mana bisa, Google tidak sedungu itu.

"Apaan sih Ibu, sekedar kasih tahu aja pelit," gumamku kesal, melempar pelan handphone ke kasur. Setelah itu aku tiduran menatap langit kamar, bertanya-tanya, memang jika aku menemukan sesuatu tentang Eja aku akan bisa ketemu sama dia?

Ah, kebiasaan. Belum beberapa detik aku menatap langit, mataku sudah terasa amat berat. Gampang sekali menidurkan jiwaku.

Oh, aku teringat sesuatu. "Instagram," seruku bersemangat. Secara otomatis tanganku kembali membuka handphone. Google memang akan sulit mencerna jika aku hanya mengetik nama Eja, tapi Instagram adalah aplikasi ter-update, mana ada orang yang tidak memiliki akun di tahun kemajuan sosial ini.

Aku mengulangi ketikanku di pencarian, kali ini aku mencarinya di laman Instagram. Baru kuketik Reza, beberapa pemilik nama Reza bermunculan. Namun ada satu yang kudapat dengan gampang. Salah satu akun reza\_raden memakai foto kecil Eja sebagai foto profil. Sembari berbisik Basmalah, aku membuka profilnya, di situlah aku menemukan banyak hal tentang Eja.

***

13 postingan pemilik akun reza\_raden. Kuamati dalam-dalam. Dia benar-benar banyak berubah. Aku mendapati foto-fotonya menggunakan kemeja saat kuliah, kaos oblong putih kadang hitam saat bersantai, dan menggunakan pakaian rapi di beberapa acara yang dia datangi. Satu lagi yang membuatku terpana, dia sering membagikan momen olahraga di gedung gym lalu ia kumpulkan di sorotan utama. Lebih menariknya, dia menuliskan kata "Eja si pemberani" di bagian bionya, mengingatkanku pada tulisan terakhir yang kutempel di mangkuk salad saat dia sakit waktu itu.

"Eja si pemberani," aku berbicara sendiri bersama senyuman tengil. Setelah puas memandangi wajahnya, kubuka laman tag , beberapa orang menyebutnya dalam postingan. Aku yakin postingan terbaru orang-orang yang menyebut Eja pasti topik yang tadi dibicarakan ibu dan para tetangga tadi.

"Seorang ballerina terkenal di Jogjakarta menghilang dari sosial media setelah mengakui sedang menjalin asmara dengan pria biasa pemilik akun raden.eja," begitu caption yang tertera. Otakku pelan-pelan menerka. Apa mungkin, ini maksudnya Eja berpacaran dengan ballerina tersorot?

Bergegas aku beralih ke pencarian Google. 'Ballerina terkenal asal Jogja yang menghilang setelah mengaku sedang berpacaran'. Aneh saja, bisa ternyata mencari dengan menuliskan sesuai unek-unek hati, tapi aku yakin semua orang juga akan melakukan hal yang sama.

Hebat, Google secara otomatis memperlihatkan gambar gadis ballerina yang kucari. Kemudian kubuka artikel teratas dan langsung membacanya detail.

Anindya Marisa, gadis 19 tahun asal Jogja, keberadaannya kini banyak dicari di kolom pencarian, telah mengakui kalau dia sedang menjalin hubungan dengan kakak kelasnya saat SMA.

"Ah, ya jelas Eja suka si cewek, cantik begini," batinku bernada kesal. Entah bagaimana aku mendeskripsikan perasaan tapi kali ini aku sedikit kesal. Lebih tepatnya kesal dan gemas.

Saat enak-enaknya aku membaca artikel, panggilan suara dari Ebra masuk mengganggu. Aku tidak bisa mengabaikan Ebra, karena mulutnya selalu mengeluarkan kabar penting. Aku putuskan mengangkat panggilan dan melupakan sebentar tentang ballerina dan Eja.

"Lu harus ke sini sekarang!" Suara Ebra menabrak tanpa pembuka.

"Ke sini mana?" Aku masih menempelkan handphone ke telinga, sedangkan beberapa anggota tubuhku bergerak cepat sesuai tugas. Kakiku beranjak dan tangan mengambil kontak sepeda motor beserta tas kecil kebanggaanku.

"Ke atelier ," kata Ebra langsung menutup handphonenya. Kebiasaan, dia selalu panik tanpa menjelaskan keadaan terlebih dahulu. Aku jadi menebak-nebak nantinya.

Seketika, tubuhku terasa tegang. Keringat dingin mengalir di pelipisku meski siang ini tidak terlalu panas. Aku meraih jaket dan helm dengan gerakan cepat namun kikuk, cemas dan penasaran bercampur jadi satu. Langkahku tergesa-gesa keluar rumah, sempat terpleset tapi aku segera bangkit dan melanjutkan langkah. Kenapa aku setegang itu, jawabanya beberapa orang pati tahu. Dulu, Ebra pernah menelponku seperti ini, saat tiba-tiba api besar menyerang atelier, membakar hangus isinya.

Atelier adalah tempat pulang kedua selain rumah setelah aku lulus menyelesaikan S1 kesenian. Oh, aku belum menceritakan hal ini. Aku adalah seniman amatir, bersama teman-temanku, si Ebra, Baskara, dan Evan, mereka teman seperjuanganku di fakultas kesenian. Kita membeli gedung kecil untuk tempat kerja. Aku memotret, Ebra melukis, Evan dan Baskara merakit apapun yang bersangkutan dengan mekanik dan juga membuat patung. Hasil karya kita di pajang dan dijadikan pemeran bulanan oleh pemerintah. Walaupun seniman amatir, karya kita selalu diapresiasi banyak orang. Bahkan beberapa pengunjung tak segan mengeluarkan banyak uang membeli pajangan pameran.

Di Atelier kita tidak hanya bekerja, tapi juga bermain, nongkrong, bercerita, bahkan tidur. Sepertinya bukan atelier, lebih tepatnya markas kebanggaan.

1
pausberkuda
semangattt🫶👏👏
Azzah Nabilah: weeehhhhh🥲
total 1 replies
ׅ꯱ƙׁׅᨮׁׅ֮ᥣׁׅ֪ꪱׁׁׁׅׅׅꭈׁׅɑׁׅ ηα
kerja bagus ija
Azzah Nabilah
jangan lupa ikuti kisan Eliza dan eja ya
Ohara Shinosuke
Semangat terus thor, aku yakin ceritamu akan menjadi luar biasa!
boing fortificado
Yang bikin author sebisanya aja ya, pengen lanjutin ceritanya.
Min meow
Tidak ada yang kurang.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!