Perjalanan hidup yang berliku-liku harus diterima dengan penuh keikhlasan. Sebagai seorang single parents yang memiliki seorang anak laki-laki itu tak mudah. Setelah kehilangan pekerjaan di salah satu perusahaan di ibukota.
Akankah berakhir dengan bahagia di perjalanan hidupku ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurilmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 11
Jam tiga dini hari aku terbangun dan langsung ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Setelah itu meneruskan membuat kue yang tadi malam aku kerjakan. Aku berkutat sendiri di dapur tak terasa adzan subuh berkumandang, akupun langsung menunaikan ibadah sholat subuh dan dilanjutkan membuat sarapan juga bekal sekolah fahri hari ini.
Saat kulihat fahri sudah bangun pagi dan bersih-bersih rumah menyapu juga mengepel lantai seluruh rumah. Selesai memasak untuk bekal fahri aku lanjutkan membuat kue. Waktu berlalu dengan cepat terik sinar matahari sudah mulai tampak. Fahri sedang sarapan pagi seraya menunggu jemputan dari rangga adik sepupu almarhum ayah fahri.
Tok... tok.... tok....
"Assalamu'alaikum mbak sarah", terdengar suara nisa juga rangga mengucapkan salam.
" Walaikumsalam nisa rangga, ayo silahkan masuk", ucapku saat membuka pintu dan mempersilahkan mereka masuk ke dalam rumah.
"Ayo nisa rangga kalian sarapan dulu",ujarku menatap mereka berdua.
" Sudah mbak sarah tadi kami sarapan bubur ayam beli di pinggir jalan", jawab nisa saat mendekati ku.
"Fahri nanti kamu diantar jemput sekolah sama om rangga dulu ya nak', ucapku mengalihkan pandangan ku ke arah fahri.
" Baik bu", jawab fahri menyiapkan diri untuk berangkat ke sekolah.
Lalu aku dan nisa mengantar fahri sampai pintu depan. Setelah kepergian fahri dan rangga, kini aku dan nisa mengerjakan adonan kue.
Waktu berlalu dengan cepat, kue-kue sudah siap untuk dikemas dalam plastik lalu di letakkan dalam box yang sudah siap. Saat aku sedang asyik mengerjakan pengemasan kue dalam box ponselku bergetar dan kulihat nama adikku Ratna tertera diponsel.
Drrrrt...drrrrt....drrrrt....
"Hallo assalamu'alaikum Ratna", ucapku berhenti sesaat aktivitas ku mengemas kue ke dalam box.
" Walaikumsalam mbak sarah, apa bisa aku bertemu mbak sarah hari ini?
"Hari ini aku sedang sibuk Ratna lagipula aku sedang tidak ada di rumah", ucapku sedikit berdusta.
" Oh gitu ya mbak sarah", ucap adikku dengan nada sendu.
"Hhmm".
Langsung aku matikan ponsel ku dan nisa pun mengusap bahuku seraya berkata, " mengapa mbak sarah berdusta kalau mbak sarah tidak ada di rumah?"
"Setelah ini selesai aku akan mengantarkan ini semua ke rumah bu rt dan nanti pukul empat sore aku menghadiri arisan di rumah bu rt, sama halnya aku tidak di rumah kan nis?" ujarku menatap lekat nisa. Dan nisa hanya tersenyum menanggapi aku.
Tok...tok...tok...
"Assalamu'alaikum bu aku pulang", seru fahri anakku yang ternyata sudah pulang di jemput rangga suami nisa.
" Walaikumsalam nak", jawabku beranjak ke pintu depan untuk membukakan pintu. Ku lirik jam menunjukkan pukul setengah dua siang fahri sampai rumah.
Nisa pun menyambut suaminya dan nisa pamit pulang ke rumah nya setelah selesai membantu ku mengemas pesanan kue di box.
"Fahri nanti ibu tinggal arisan di rumah bu rt ya, sekarang tolong bantu ibu untuk mengantar pesanan kue ini ke rumah bu rt", aku berkata setelah melihat fahri berganti pakaian.
" Siap bu", ujar fahri tersenyum.
Kami pun mengantar kue di box kardus ke rumah bu rt, tak sampai sepuluh menit kami sudah sampai di rumah bu rt.
"Assalamu'alaikum bu rt", ucapku memberi salam. Ibu rt pun nampak keluar dari rumahnya.
"Walaikumsalam eh...mbak sarah, mari silahkan masuk mbak sarah....kata bu rt mempersilahkan aku dan fahri masuk seraya membawa pesanan bu rt.
" Alhamdulillah sudah selesai ya mbak sarah", ucap bu rt kembali berkata.
"Iya bu rt alhamdulillah", ujarku tersenyum pada bu rt.
Lalu aku dan fahri berpamitan pulang setelah selesai menyerahkan pesanan kue untuk arisan nanti sore.
" Terimakasih ya mbak sarah".
"Iya bu sama-sama, mudah-mudahan pada suka ya bu rt kue hasil buatan saya", ucapku tersenyum.
" Pasti pada suka mbak sarah kan kita-kita kalau belanja sayur di warung pada suka beli mbak sarah, juga nanti ibu promosikan ke teman-teman ibu ya mbak sarah".
Aku mengangguk dan tersenyum menatap bu rt yang usianya separuh baya tapi terlihat awet muda.
Aku dan fahri langsung pulang ke rumah, beristirahat karena kelelahan.
"Fahri bagaimana di sekolah tadi nak", tanyaku kepada fahri
" Alhamdulillah lancar bu dan aku dapat nilai bagus di sekolah tadi bu", ujar fahri.
Aku tersenyum mengucapkan alhamdulillah, karunia-Mu ya Rabb telah memberikan seorang anak yang pintar cerdas dan sholeh. Kami pun beristirahat siang di kamar masing-masing.
Sore pun tiba hampir jam empat sore aku bersiap-siap untuk pergi ke rumah bu rt arisan pkk setiap bulan sekali diadakannya. Sampai di rumah bu rt sudah banyak ibu- ibu berkumpul.
Satu jam lebih selesai arisan dan semua ibu-ibu pulang ke rumah masing-masing termasuk aku.
Kulihat fahri sedang menonton televisi saat aku sampai rumah.
"Sudah hampir magrib kamu gak siap-siap ke masjid nak," tanyaku seraya duduk di sebelah fahri yang sedang asyik menonton film kartun kesukaannya.
"Tidak bu,tadi pak ustadz sudah memberi kabar bahwa sore ini tidak datang mengajar TPA karena ada acara keluarga dan aku sholat di rumah saja ya bu", ujar fahri seraya mengedip-ngedipkan mata puppy eyes.
Aku hanya menggelengkan kepala melihat reaksi fahri yang sudah jadi terbiasa jika meminta sesuatu untuk diperbolehkan.
Drrrt drrrt drrrt
Ponselku bergetar kulihat ada panggilan masuk dari adikku ratna, lalu ku geser tanda hijau untuk menjawab telepon nya.
" Hallo assalamu'alaikum", ucapku datar.
"Walaikumsalam mbak sarah apa benar si mbak fani memberi waktu mbak sarah untuk pindah rumah hanya satu minggu saja....apa tidak ada kompensasi lagi mbak sarah? tanya adikku Ratna tanpa jeda
" Ya mau bagaimana lagi semua sudah terjadi itu sudah jalannya....enggak mungkinkan mbak harus ngemis-ngemis sama mbak fani yang notabenenya orangnya seperti itu...harusnya kamu yang bertanggungjawab ini semua kenapa harus mbak yang berimbas seperti sekarang...", ucapku dengan nada tinggi menahan emosi kecewa mengingat itu semua.
"Maaf mbak sarah ini memang salahku tapi aku harus bagaimana lagi? kata Ratna dengan nada sedih ingin menangis.
Aku terdiam meredam emosiku yang mendengar adikku Ratna hanya bisa mengatakan maaf. Kuhela nafas berat yang terasa sesak di dada.
" Lalu nanti mbak sarah akan tinggal di mana...cari kontrakan rumah di ibukota seperti ini sudah jarang ada yang mau bayar bulanan pasti tahunan mbak....atau mbak sarah dan fahri tinggal di rumahku saja bagaimana?
"Nanti biar mbak cari sendiri saja, mudah-mudahan lekas dapat rumah kontrakan yang penting bisa untuk berteduh kami berdua", ucapku ketus
" Jangan begitu mbak sama aku...gini-gini aku adik sarah".
"Kamu masih bisa mengakui mbak sebagai kakak tapi mengapa tega ke mbak diam-diam menjual rumah almarhum orang tua... kalau kamu Ratna masih bisa menghargai mbak sebagai kakak kamu caranya tidak seperti saat ini", ucapku dengan nada ketus.
" Lalu aku harus bagaimana mbak sarahp? tanya Ratna tanpa ada rasa bersalah sama sekali.
"Entahlah....kamu pikirkan sendiri saja....mbak sudah malas mendengar kata-kata yang malah membuat mbak semakin emosi dan jadi beban pikiran mbak saat ini, benahi diri dan instropeksi dirilah jangan terlalu banyak cerita mengeluh....yang pada awalnya kamu yang mulai Ratna", ujarku datar. Dan langsung ku matikan ponselku. Aku tidak ingin terlalu berlarut dalam masalah adikku Ratna yang berimbas di diriku.
Kulihat sekeliling fahri sudah tidak ada disamping ku yang tadinya duduk asyik melihat televisi. Aku beranjak ke kamar untuk melaksanakan sholat magrib dan setelah itu aku akan mengajak anakku keluar rumah untuk makan malam di luar rumah ke kedai pecel lele kesukaan anakku fahri.
Sebelum ke kamarku...aku ke kamar anakku fahri untuk bersiap-siap mengajaknya makan malam di luar ke kedai pecel lele yang tak terlalu jauh dari rumahku saat ini.