Maritsa tidak pernah menyangka jika nasibnya akan berubah menjadi janda..
Setelah kehilangan suaminya, Maritsa menemui beberapa rintangan dalam kehidupannya.
Bagaimana jika keluarga dari pihak mantan suami yang terus mengusik kehidupannya?
bahkan dia di tuduh merebut calon suami dari kakak iparnnya.
Mampukah Maritsa melewati semua itu?
Siapakah yang akan tetap bertahan disampingnya?
Yuk ikuti kisah Janda kuat yg satu ini..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zi_hafs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Secuil Rasa
***
Suasana di kantor begitu ramai. Semua pada sibuk membicarakan sang jagoan kecil. Mereka terlihat antusias karena baru mendapat keponakan baru.
"MasyaAllah ganteng banget calon mantu ku. Jadi gak sabar deh buat besanan sama Bu Maritsa. Hihihihi."
ucap Della salah satu anak buah Maritsa yang memandangi foto Zyan.
"Heleeh..Elu kawin aja belom, udah pengen besanan." Sahut Roy.
"Ya udah, yok kita kawin. Nanti bikin cewe ya yang cantik dan imut kaya aku.." Goda Della.
"Ogah. Siapa juga yang mau cewe kepedean kayak elu."
"Ya udah kalau gak mau, aku bakal nungguin baby Zyan gede. Aku panjerin dah. Lumayan jadi menantu Bu Maritsa. Impian banget deh punya mertua yang sabar dan cerdas.. Hahaha."
"Eh perkedel, tidur elu tuh terlalu minggir, awas jatoh. Gak usah mimpi yang aneh-aneh. Zyan baru gede, elu udah peyot. Mana mau Bu Maritsa punya mantu yang udah nenek-nenek." Ledek Roy.
Dua orang yang tak pernah akur itu selalu saja meributkan hal-hal kecil. Teman teman yang lain pun ikut tertawa melihat tingkah mereka.
"Oh iya gengs, kita jengukin dedek bayi kapan nih? Sabtu aja ya mumpung libur.?" sahut Amel.
"Ide bagus. besok pulang kerja kita nyari kado dulu kalau gitu. Biar besok nya langsung siap berangkat."
Semua serentak setuju.
Ketika lagi asyik diskusi, tiba-tiba sang Direktur masuk ke ruang departement keuangan itu.
Berasa disidak, semua staff yang tadinya berisik langsung mengunci rapat-rapat mulut mereka.
"Ekhhhm." Rendra berdehem memecah keheningan.
"Semuanya tolong diperhatikan. Hari ini kita akan ada kedatangan tamu dari kantor pusat di Denmark, jadi kalian harus disiplin. Untuk laporan keuangan yang saya minta kemarin, tolong di serahkan ke sekertaris saya agar segera direview dan diproses. Ingat!Meskipun tidak ada atasan kalian disini, saya harap kalian tetap tenang dan fokus bekerja. Paham!"
"Baik paaaak." mereka serentak patuh kepada Rendra.
Rendra segera bergegas keluar ruangan itu.
Setelah tak nampak punggung Bos besarnya itu, mereka kembali bernafas lega.
"Aaaah hampir saja.. "
"Tegang banget ya ampun. Gue sampe tahan napas."
"Pak Bos kenapa auranya mencekam ya gengs, jadi merinding gue."
"Sssst udah jangan rame. Yuk lanjut kerja. Takutnya tamu dari pusat tiba-tiba datang." ucap asisten Maritsa yang saat itu ditugaskan menghandle sementara laporan keuangan.
Mereka pun kembali berkutat dengan layar dan keyboard.
***
Di ruangan Rendra..
"Sepertinya anak buah Maritsa mau berkunjung hari sabtu. lebih baik aku kesana hari minggu saja biar tidak bareng sama mereka. Aku ingin menggendong jagoan kecil itu tanpa ada saingan. Pasti Sangat menggemaskan." Rendra yang tak sengaja mendengan obrolan karyawannya tadi, dia berinisiatif untuk menjenguk anak Maritsa di lain hari.
ketika asyik bergumam sendiri, tiba-tiba pintu ruangannya diketuk.
"Permisi Pak Rendra, Tamu dari pusat sudah datang. Kita harus segera menyambut mereka." Asisten Rendra menyampaikan kabar tersebut dengan sedikit menundukkan kepala.
"Ayo kita temui mereka."
Mereka berdua melangkahkan kaki menuju pintu utama gedung Direktur.
Setelah bertemu dengan para tamu, mereka segera memasuki ruang meeting yang di dalamnya sudah berjejer rapi para manager setiap departement untuk membahas perkembangan dan kemajuan perusahaan. salah satunya adalah bekerja sama dengan perusahan lain.
Setelah menimbang beberapa masukan, akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan PT.Zxx.
Meeting pun selesai. Semua keluar ruangan dan kembali ke kantor masing masing.
***
Di kantor Manager Pemasaran..
"Dunia emang benar benar sempit. Dari sekian banyak perusahaan, kenapa Perusahaannya Zacky yang terpilih. huuuuft ." Rayyan menghembuskan nafas dengan kasar. Dia takut sewaktu waktu Zacky melakukan kunjungan, Zacky akan bertemu dengan Maritsa. Beruntung saat ini Maritsa masih dalam masa cuti. Jadi paling tidak mereka tidak bertemu dalam waktu dekat.
"Haiish, kenapa aku jadi khawatir gini. Apa aku takut kalau mereka kembali bertemu? sepertinya aku cemburu." Rayyan mengusap kasar wajahnya.
Dia ingin memberitahu Maritsa, tapi dalam hatinya merasa berat. Diurungkannya niat itu. Toh nanti Maritsa pasti akan dijelaskan oleh Bos Besar.
"Aku tiba-tiba kangen sama jagoan kecil, nanti malam aku mampir aja kali ya. Ah seperti nya aku lebih kangen sama emak nya. Wkwkwkk". Dia terkekeh geli.
Rayyan bersemangat memijat tombol keyboard. Berharap waktu cepat berlalu hingga malam tiba.
.
.
.
"Hallo bebeb Maritsa.." Rayyan menelpon sahabat nya itu.
"Waalaikum salam Bestie, salam nya selalu dapat diskon. hehehe."
"Iya iya Assalamualaikum. Oh iya nanti malem aku mampir. Kamu ada dirumah kan?"
"Iyalah, masak iya aku mau ketempat Gym."
"Kirain Sa, kamu mau karaoke."
"Hahahah udah udah, kalau dilanjutin bisa panjang kayak sungai amazon."
"Kamu mau dibungkusin apa?"
"Gak usah bestie, nanti aku mau masak ikan bakar teflon sama tumis sawi. Kamu nanti makan di rumahku aja. Nanti aku masak banyak."
"MasyaAllah, berasa jadi suami yang pulang kerja udah dimasakin istri.. "
"Huuush, ngawur. Gak usah ngadi-ngadi ya. Aku tuh kasian sama jomblo ngenes, kan aku niatnya bersedekah, biar banyak pahala hahahaha."
"Selalu buat mood ku hancur !"
Maritsa semakin tertawa kencang. Dia bisa membayangkan ekspresi manyun sahabatnya itu.
"Yaudah nanti tunggu kedatangan ku ya. Pangeran Rayyan akan datang menebar cinta dan kebahagiaan."
"Garing. Krik Krik Krik."
"Huuft, aku tutup dulu telponnya Sa, dari pada aku makin gak mood. Jadi pengen makan orang. "
Di sebrang sana hanya menjawab dengan tertawa renyah.
.
.
.
Pukul 5 sore Rayyan bergegas pulang kerumah utuk mandi dan bersiap ke rumah Maritsa. Karena tergesa-gesa dia sampai menabrak asisten nya Rendra.
"Eh Sorry Pak Barry, saya terburu buru."
"Iya Pak Rayyan, tidak apa-apa. Ngomong-ngomong pak Rayyan kenapa buru-buru? Mau kemana?"
"Saya Mau ke rumah Bu Maritsa. Pengen jenguk bayinya."
"Jenguk bayinya apa ibu nya...?" Goda Pak Barry.
"Ah Pak Barry bisa saja. Saya duluan ya Pak. Sampai ketemu besok." Rayyan melambaikan tangan ke pak Barry dan mempercepat langkahnya.
Ketika sampai di parkiran, dia masuk mobil dan menunggu Atasannya, Rendra. Karena tadi Rendra sempat pamitan ke kamar kecil dulu.
Setelah selesai, Rendra bergegas masuk ke dalam mobilnya.
"Ayo kita jalan." Titah Rendra.
Asistennya itu pun melajukan mobilnya dengan pelan agar Bos nya itu terasa aman dan nyaman.
"Maaf Pak Rendra, apa dalam waktu dekat ini bapak ada niatan untuk menjenguk Bu Maritsa."
"Kamu selalu tau apa yang aku fikirkan, Barri. Saya memang berniat menjenguk Maritsa hari minggu besok" Rendra tersenyum karena asistennya itu selalu paham apa yang dia rencanakan.
"Emm, sebetulnya tadi saya sempat bertemu Pak Rayyan, Dia terlihat tergesa-gesa. Saat saya tanya, ternyata Pak Rayyan mau ke rumah Bu maritsa."
"Ehmm..Menurutmu, apa mereka sangat dekat?"Tanya Rendra penasaran.
"Sepertinya begitu Pak. Setau saya, mereka dekat semenjak masuk ke perusahaan ini. Bahkan dengar-dengar Pak Rayyan tidak segera menikah karena Bu Maritsa."
"Kamu memang canggih Barri. Bahkan sampai Gosip karyawan pun tahu." Rendra sejenak memikirkan ucapan Barri. Ada secuil hatinya yang tersentil.
"Barri, besok sabtu antar saya ke Mal, kita cari kado buat Zyan."
"Baik pak."
Di sepanjang perjalanan, Rendra masih termenung mengingat perkataan Barri. Dia merasa sedikit tidak terima jika Rayyan lebih dekat dengan Maritsa. Tapi dia berusaha menghalau perasaanya.
Apakah Rendra sudah memiliki secuil rasa untuk Maritsa..? Nantikan kelanjutannya di bab berikutnya..
Mampir di karyaku jg ya